Sore itu setelah bel pulang telah berdenting dan Jihoon berhasil tinggalkan sekolah sebelum Junkyu bangun, ia pergi ke lapangan umum di dekat sekolahnya sana dan duduk sendirian di samping tribun penonton. Di sana ia membersihkan luka di wajahnya dan membersihkan seragamnya yang kotor menggunakan tisu basah. "Dasar Kim Junkyu sialan. Aku pastiin bakal bales kamu, liat aja." Jihoon bergumam penuh geram dengan kedua tangan terkepal erat.
Brak!
Jihoon berjengit terkejut saat mendengar suara-suara berisik benturan dan sesekali terdengar teriakan dari seseorang. Jihoon mengintip dari samping tribun ke tengah lapangan. Matanya melotot terkejut saat melihat ada seseorang yang mengejar seorang lainnya dan langsung memukulinya saat yang dikejar tadi jatuh di atas salah satu tribun.
"Wah, siswa di sini isinya preman semua ya, ck ck ck." Jihoon geleng-geleng kepala dan meringis sesak bayangkan sakit yang dirasakan pria yang dipukuli itu. Tak lama dari itu datang lagi beberapa siswa berseragam sekolah yang langsung memisahkan perkelahian tersebut.
"Udah Yos, udah! Bisa mati anak orang lo pukulin kayak gitu!"
"Si brengsek ini yang mulai duluan! Dia yang nyabotase motor gue, si bajingan ini!"
"Udah woy!"
Samar-samar Jihoon mendengar percakapan mereka yang diucapkan dengan suara lantang itu. Jihoon sudah tidak mendengar percakapan mereka karena suaranya berubah pelan. Ia masih terus memperhatikan sampai akhirnya siswa laki-laki yang tadi mengamuk itu dilepas cekalan tangannya dan diminta pergi lebih dulu sementara temannya yang lain membawa anak laki-laki yang tadi kena pukul dan menuntunnya yang sudah hampir tak mampu berjalan.
"Wah..." Mulutnya terbuka lebar bagai tengah mengagumi bagaimana siswa tadi akhirnya meredam emosinya. "Ck, Junkyu kalau dipukulin kayak gitu bakal kapok gak ya." Jihoon kembali duduk di tempatnya sebelumnya sambil memikirkan sesuatu. "Aku gak bisa aduin Junkyu ke guru atau Mama sama Papa, tapi kalau Junkyu dihajar sama yang sesama preman kayak dia... bakal mempan gak ya..."
Jihoon bangkit buru-buru, menengok ke kanan dan kiri mencari sekelompok siswa sekolah tadi. "Ah, kelewatan! Bentar..." Jihoon memutar otak berusaha mengingat seragam yang mereka kenakan tadi. "SMA 2 ya... kayaknya, soalnya yang dipukul tadi pake almamater warna merah tua, ya, harusnya bener anak SMA 2, akan aku periksa besok."
Jihoon meraih tasnya yang tergeletak di tanah lalu buru-buru berlari pulang. Di rumah ia berpapasan dengan ibunya yang sedang duduk di ruang tengah sambil menonton televisi. "Jihoon, kenapa lagi dengan wajahmu?" Taguran itu membuat Jihoon berhenti melangkah seketika dan dengan kaku berbalik menatap ibunya yang sudah menatapnya curiga.
"Ah itu, biasa lah Mah, namanya juga anak cowok," Jihoon berucap dengan santai seolah lukanya bukanlah apa-apa. Beberapa hari belakangan ini Jihoon memang sering pulang dengan wajah babak belur dan seragam berantakan.
"Anak cowok gak harus berantem. Mama gak mau ya kalau kamu berantem-berantem kayak gitu."
"Hehe, iya Mah tenang aja. Oh ya, Jihoon masuk dulu ya, mau ngerjain tugas." Jihoon segera melipir naik ke kamarnya di lantai dua.
"Jangan lupa makan sayang!"
"Iya Mah!"
Di dalam kamarnya Jihoon langsung duduk di meja belajarnya dan keluarkan empat buku tulis dengan pemilik berbeda yang berisi tugas-tugas yang harus ia selesaikan. "Astaga... ini kenapa bukunya banyak yang kosong..." Jihoon berdecak sebal. Demi kedamaian hidupnya di sekolah ia harus mau disuruh mengerjakan tugas dan PR Junkyu serta teman-temannya. "Hahh... bakal lembur deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafferty [ yoshihoon ]
FanfictionB O Y S L O V E Park Jihoon, siswa SMA biasa yang sayangnya harus terima banyak serangan fisik dari teman sekelasnya hanya karena masalah sepele. Ia berusaha mencari solusi dan tidak hanya menangis sendirian di kamarnya sambil mengobati lukanya. Sam...