Tugas yang seharusnya dikumpulkan hari ini juga akhirnya ditunda atas kesepakatan satu kelas. Jihoon mungkin memang bernasib buruk dalam kepindahannya kali ini karena bahkan tugas sekolahnya pun sekarang bergantung pada Junkyu, orang yang sebenarnya sudah tak ingin ia temui dan lihat lagi.
Mau bagaimana lagi, setidaknya sekarang ia memiliki Yoshi yang dalam sudut pandangnya adalah seorang pria baik. Yoshi setuju menemani Jihoon pergi ke rumah Junkyu dan menunggunya di sana sampai tugas kelompoknya selesai. Siapa yang kira, pria yang beberapa hari lalu ia dengar seluruh keburukannya justru jadi orang pertama yang paling peduli padanya.
Tapi satu hal yang tidak Jihoon perkirakan dalam kunjungannya ke rumah Junkyu, selain penampilan Junkyu yang masih terdapat sedikit memar di pangkal hidung dan pelipisnya yang ditutup perban, suasana penuh ancaman di kanan dan kirinya adalah sesuatu yang paling mengejutkan baginya. Rasanya ada permusuhan yang begitu besar terpancar di antara dua orang yang duduk di sampingnya ini, Jihoon yang duduk di tengah serasa jadi pembatas perdamaian.
"Em, jadi, Pak Johnny bilang, sebaiknya kamu ikut ngerjain supaya kamu dapat nilai juga, masa skorsing kamu udah selesai kan?"
Pertanyaan itu pecahkan hening. Junkyu mendengus malas dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Mereka yang duduk melantai di ruang tengah itu lebih banyak saling diam, Junkyu yang malas bicara karena rahangnya masih sakit, Yoshi yang sepenuhnya tidak peduli dan hanya sibuk pada ponselnya, dan Jihoon sendirian yang berusaha menghangatkan situasi dingin di sana.
"Emang harus banget lo ke sini, hari ini, pake bawa bodyguard lo segala," Junkyu akhirnya bertanya, sedikit melirik pada Yoshi yang masih saja tak acuh.
"Bukan bodyguard! Kamu bisa gak sih stop bilang gitu, kita fokus aja sama tugas kita, gak usah bahas yang lain-lain," Jihoon kembali menegaskan, lalu mulai membuka buku catatannya beserta modul yang diberikan oleh gurunya tadi; semua tugasnya ada di sana.
"Lagian ini dikumpul lusa, aku kan gak tahu besok kamu udah masuk sekolah lagi atau belum, jadi mending kerjain sekarang aja," lanjutnya menjelaskan, yang akhirnya buat Junkyu mengerti dan tak lagi suarakan protes. "Ini bacaannya, kayak cerpen gitu, tugas kita bikin yang kayak gini tapi pake bahasa Inggris."
"Bawa sini," Junkyu merebut buku Jihoon, lalu membacanya dan mengabaikan Jihoon yang masih ingin bicara.
"Jadi—"
"Stop! Gue mau baca ini dulu," Junkyu menginterupsi sambil kedua matanya fokus pada paragraf panjang di dalam buku.
Jihoon berdecak, diam menahan kesal karena Junkyu yang berbuat seenaknya saja, bahkan mengambil bukunya tanpa permisi. Ia akhirnya biarkan saja Junkyu membaca seluruh paragraf panjang yang sudah ia baca saat di sekolah tadi dan memahami intruksi tugasnya sendiri.
Selama beberapa menit setelahnya ruangan tersebut kembali sunyi karena Junkyu yang masih fokus pada bacaannya.
"Kayaknya aku laper deh."
"Lo belun makan?"
"Udah sih, tapi ini udah mau jam empat sore, udah hampir waktunya makan malam kan?"
"Masih jauh."
"Udah deket tahu, apalagi tadi aku cuman makan roti. Huh, gara-gara tadi pagi Mama buru-buru jadi gak sempet buatin bekal."
"Emang biasanya lo bawa bekal?"
"Kadang, kan Mama lebih sering sibuk, kalo pas gak sibuk aja baru Mama sempet buatin."
"Mau cari makan sekarang?"
"Tapi kan masih kerja kelompok..."
"Biarlah, temen sekelompok lo juga sibuk sendiri gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafferty [ yoshihoon ]
FanfictionB O Y S L O V E Park Jihoon, siswa SMA biasa yang sayangnya harus terima banyak serangan fisik dari teman sekelasnya hanya karena masalah sepele. Ia berusaha mencari solusi dan tidak hanya menangis sendirian di kamarnya sambil mengobati lukanya. Sam...