eps 11

280 53 11
                                    

Malam itu Yoshi dengan setengah hati turuti perintah tantenya. Ia mengendarai motornya memasuki sebuah pekarangan rumah dengan halaman luas yang penuh dengan mobil-mobil yang terparkir rapi berjejer sampai depan rumah. Helaan berat nafasnya kembali berhembus. Lubuk hatinya nyeri begitu menatap bangunan besar di depan matanya kini.

Sebuah rumah besar yang dulunya juga jadi tempatnya tinggal dan tumbuh sejak kecil. Sebuah tempat yang seharusnya jadi tempatnya menyimpan banyak kenangan bahagia yang sayangnya justru kini tak lagi ingin ia ingat.

"Yoshi!"

Tantenya, satu-satunya orang yang keluar dan datang menyambut kedatangannya. Dari luar sini pun dapat ia dengar bunyi musik yang ribut. Sebuah bingkisan kecil dibawanya dalam sebuah paper bag kecil.

Langkah kakinya tenang seirama dengan raut wajahnya yang dijaga setenang mungkin berbeda dengan degup jantungnya yang berpacu semakin kencang bersamaan dengan semakin dekatnya ia dengan titik kumpul pesta yang diadakan di halaman belakang rumah. Gugup dan takut mengisi hatinya saat netranya menemukan si bintang malam ini.

"Kak! Coba liat siapa yang datang."

Tantenya berteriak sekeras mungkin, pastikan perempuan masih berdiri di belakang kue besar itu mendengarnya. Wajahnya berseri penuh kebahagiaan redup begitu dia menoleh dan melihat siapa kini datang bersama adiknya tersebut, tapi ranumnya tetap dipaksa ukir senyum untuk sembunyikan rasa tak senangnya.

Tatapannya dingin saat menatap Yoshi, seolah sedang berikan banyak peringatan pada remaja yang kini di hadapannya tersebut. Sementara Yoshi sendiri sudah tak berharap banyak, ia menolak menatap wanita di hadapannya tersebut.

"Kak, Yoshi juga bawain hadiah loh buat Kakak. Yoshi, ayo kasih."

Yoshi menoleh pada Tantenya, kemudian berusaha beranikan diri menatap wanita yang hari ini berulang tahun di hadapannya itu.

"Em, Ma—"

"Hm? Apa?"

Ucapan Yoshi dipotong, tatapan yang diberikan semakin dingin mengancam. Yoshi menahan diri, mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat berusaha tahan seluruh emosi yang kini berkecamuk di dalam kepalanya. Nafasnya ditarik panjang sebelum kemudian kembali berucap.

"Selamat ulang tahun Tante, ini hadiah buat Tante, semoga Tante suka."

Senyumnya diukir tipis, kini berhasil buat lawan bicaranya turut ukir senyum lebih lebar dengan kesan puas dan bangga, sedangkan Yoshi sendiri harus menahan diri dari seluruh perasaan aneh di dadanya.

"Terima kasih Yoshi, aku pasti akan menyukai hadiah darimu, Terima kasih juga karena sudah mau datang ke pesta ulang tahunku, silahkan nikmati hidangannya."

Yoshi hanya mengangguk. Ia segera pergi dari sana meninggalkan kedua Tantenya dan memisahkan diri dari kerumunan tamu undangan. Ia duduk sendirian di ujung, tempat yang tak begitu ramai orang.

Hembusan nafasnya berat rasakan nyeri di hatinya. Alasan utamanya menolak datang kemari adalah ini, kehadirannya yang gak pernah benar-benar dianggap. Mamanya, ibu kandungnya sendiri yang melahirkannya tujuh belas tahun lalu menolak mengakuinya sebagai anaknya.

Yoshi ingat saat kecil ia masih bisa memanggil ibunya dengan sebutan Mama, tapi sejak usianya beranjak, ibunya mulai melarangnya memanggilnya Mama terutama saat mereka berada di tempat umum yang ramai orang. Hal itulah yang buat Yoshi akhirnya pindah tinggal dengan kakeknya dan berhenti berhubungan dengan ibunya dalam bentuk apa pun, dan ia yakin ibunya justru akan senang dengan keputusannya tersebut.

Hatinya masih sakit setiap kali ia tidak bisa memanggil ibunya sebagai ibunya, seolah bahkan kelahirannya di dunia ini tidak berarti, tidak penting, atau justru menjadi beban bagi ibunya. Hanya kakeknya yang benar-benar selalu ada untuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rafferty [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang