Malam itu Jihoon sedang sendirian di kamarnya sambil mengerjakan tugas; kali ini ia hanya akan mengerjakan tugasnya sendiri dan tak ada lagi tugas Junkyu dan teman-temannya yang harus turut jadi bebannya. Ia sedang fokus ketika pintu kamarnya diketuk pelan. Untuk sementara Jihoon meninggalkan meja belajarnya dan membukakan pintu kamarnya yang sebenarnya juga tidak ia kunci.
"Masuk aja Sa," ucapnya langsung bahkan sebelum benar-benar melihat siapa yang tadi mengetuk pintu karena sebelumnya pun Asahi sudah bilang bahwa dia akan mampir ke sini.
"Oh iya Kak, gue juga mau ambil buku gue dong, udah selesai lo baca kan? Kata lo kemarin tuh."
"Hah?!" Jihoon yang tadinya hendak kembali duduk di kursi jadi batal. Ia kembali menatap Asahi dengan wajah pucat. "Eum, gak ada, belum selesai, masih mau kubaca," ucapnya cepat berikan alasan agar Asahi tidak mencari bukunya lagi.
Tapi Asahi masih tampak tak percaya. Pemuda pendek itu menengok ke arah meja belajar Jihoon dan melihat jelas bukunya tergeletak di sana. "Itu kan bukunya, boleh gue-"
"GAK BOLEH!" Jihoon menepis lengan Asahi yang berniat mengambil bukunya yang ada di atas meja. "Jangan..., nanti aja, nanti aku balikin."
"Lo kenapa sih Kak? Gue tuh baru inget di situ ada catetan gue dan gue mau ambil itu aja, permisi dulu ya," Asahi terpaksa mendorong Jihoon menyingkir agar ia bisa mengambil bukunya, tapi saat buku tersebut diangkat dari meja, sebagian lembaran halamannya terhambur ke lantai.
Jihoon hanya bisa mematung menatap lembaran halaman yang kembali berantakan setelah semingguan ini berusaha ia tata dan satukan kembali. Asahi pun tak berbeda jauh, ia hanya bisa menatap kosong hamparan halaman bukunya yang terhambur ke seluruh lantai.
"Asahi maafin aku!" Jihoon berujar cepat sebelum Asahi sempat marah atau bereaksi. "Aku janji bakal ganti bukunya kok, aku udah minta Papa buat beliin yang baru tapi Papa belum dapet, maaf banget aku janji bakal balikin secepatnya," kedua tangannya saling mengatup dan raut wajahnya penuh sedih, buat Asahi tak bisa benar-benar marah padanya.
"Kok, bisa serusak ini?" Daripada marah, Asahi sebenarnya lebih penasaran pada bagaimana bukunya berakhir awut-awutan begini. Setiap lembar kertas itu ditatapnya dengan seksama, di beberapa halaman ada yang kertasnya sobek dan itu membuatnya menyimpulkan sesuatu. "Ini dirusak sengaja ya? Siapa yang ngerusak?"
"Ah..., itu..., eum...," Jihoon tiba-tiba gugup. Ia tak tahu bagaimana harus menjelaskan pada Asahi mengenai bukunya yang dirusak teman-teman Junkyu. Dari awal Jihoon hanya berpikir untuk langsung carikan buku pengganti yang baru dan berharap Asahi tidak menyadarinya.
"Jangan-jangan, orang yang ngebully-"
Jihoon cepat-cepat menutup mulut Asahi dengan kedua tangannya sebelum anak itu selesai berucap. Jihoon menatap ke arah pintu, melihat bayangan seseorang melewati kamarnya. "Sshhht, jangan keras-keras, nanti Mama denger," bisiknya. Setelah dirasa aman barulah Jihoon melepaskan tangannya dari Asahi.
"Kak, jadi lo beneran dibully?! Dan lo diem aja? Lo harus lapor Kak, seenggaknya orang tua lo harus tahu," sembur Asahi seketika setelah ia dapat bicara lagi. Kekesalannya sekarang benar-benar memuncak begitu sadar bahwa Jihoon masih saja merahasiakan pembullyan itu dari orang tuanya.
"Ssshht! Jangan ngomongin itu, sekarang udah gak apa-apa kok, Junkyu sama temen-temennya udah gak gangguin aku lagi. Soal buku itu, itu tuh udah agak lama tapi aku janji bakal ganti bukunya kok."
Asahi berdecak; masih kesal sebenarnya karena selain Jihoon yang terus merahasiakan hal ini, ia juga kesal karena ia yang tak bisa membantu apa pun. Jihoon berjongkok di lantai untuk mengumpulkan kertas-kertas yang berhamburan, Asahi lantas turut turun membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafferty [ yoshihoon ]
FanfictionB O Y S L O V E Park Jihoon, siswa SMA biasa yang sayangnya harus terima banyak serangan fisik dari teman sekelasnya hanya karena masalah sepele. Ia berusaha mencari solusi dan tidak hanya menangis sendirian di kamarnya sambil mengobati lukanya. Sam...