Pagi itu Jihoon berjalan sempoyongan meninggalkan kelasnya. Baru kemarin ia ditinggal kedua orang tuanya yang harus mengurus beberapa hal mengenai pekerjaan mereka di luar kota sehingga mau tak mau Jihoon harus ditinggal sendirian di rumah. Ibunya menyimpankan banyak makanan yang hanya perlu ia panaskan, tapi hari ini rasanya semuanya begitu terburu-buru karena ia bangun siang. Perutnya masih kosong dan kepalanya terasa berat.
Ia pergi ke UKS setelah meminta izin pada guru yang mengajar. Setelah sampai di UKS, Jihoon langsung membaringkan tubuhnya di ranjang tanpa peduli sekitar, pun tak mau repot meminta obat kepada penjaga UKS yang memang sedang tak ada di tempat.
Ada empat ranjang di sana dan setiap ranjang dibatasi oleh tirai-tirai yang saling menghalangi. Jihoon berbaring di ranjang kedua dari ujung; tidak ingin terlalu terlihat dari luar.
Jihoon membuka ponselnya lalu menelepon kedua orang tuanya. Lama dering sambungan telepon berbunyi sampai akhirnya terputus. "Aaah, Mama kemana," suaranya sedikit merengek, mulai gelisah karena kedua orang tuanya tak ada yang bisa dihubungi.
Demamnya makin naik saja dan perlahan-lahan air mata merembes di pelupuk mata. Jihoon masih berusaha menghubungi orang tuanya, sambil terus menelepon ia juga mengirimkan beberapa pesan singkat meminta ayah dan ibunya untuk segera pulang dan menjemputnya di sekolah. Bibirnya terus meracu memarahi ayah-ibunya yang sulit dihubungi di saat genting begini.
Srak!
"Bisa diem gak sih lo!"
"Hah?!" Jihoon menoleh seketika pada tirai yang sibuk tiba-tiba. Tampak Junkyu berdiri di sana dengan kesal. Kedua mata basahnya itu melebar, terkejut, padahal ia yakin sedari pagi tadi tidak melihat Junkyu di kelas tapi sekarang justru menemukan pemuda itu di UKS.
"Brisik lo, gue mau tidur."
"Ko..., kok kamu di sini?!" Telunjuknya menunjuk ke arah Junkyu, bola matanya bergetar, tiba-tiba ketakutan memenuhi dirinya melihat Junkyu yang kembali ia buat kesal.
"Kenapa, gak boleh? Lo juga ngapain di sini, gak mau diem lagi," Junkyu bergerak mendekati Jihoon, dan Jihoon secara reflek langsung duduk dan bergeser menjauh sampai ke ujung ranjang; bergeser sedikit lagi saja ia akan berguling ke lantai.
"Diem di situ! Kalo kamu macem-macem, aku aduin ke Yoshi ya kamu!" Ancamnya dengan suara bergetar.
"Apaan sih lo, ngaduan lo dasar, kalo gak mau diapa-apain tuh diem! Ini UKS tempatnya orang istirahat, lo kalo cuman mau nangis ya sana pulang aja sekalian!"
"Jangan marahin aku, huaaa...," Jihoon tambah menangis. Semakin sakit kepalanya mendengar bentakan Junkyu. "Yaudah aku per—AKH!"
BRAK!
Junkyu terkejut melihat Jihoon yang tiba-tiba terguling jatuh ke lantai. Baru ia akan menghampiri Jihoon untuk melihat bagaimana keadaannya, penjaga UKS sudah lebih dulu datang dan dibuat terkejut dengan Jihoon yang sudah menangis di lantai dan ranjang yang sampai bergeser tempat.
"Astaga, ini kenapa, kamu gak apa-apa? Ayo bangun dulu, Nak, hati-hati," Jihoon dibantu berdiri. Air matanya masih mengaliri pipinya yang panas. Penjaga UKS itu pun terkejut saat menyentuh lengan Jihoon dan rasakan suhu panas yang luar biasa.
"Junkyu marahin aku," ucap Jihoon adukan apa yang baru saja Junkyu lakukan padanya.
Maka setelahnya Junkyu lah yang dapat pelototan dari penjaga UKS. "Kamu ini, sudah sana balik istirahat aja, atau balik ke kelas, jangan malah gangguin siswa lain yang juga mau istirahat," lalu beranjak membantu Jihoon berjalan menuju ranjang lain yang jauh dari Junkyu.
Tanpa mengatakan apa pun, Junkyu langsung menutup kembali tirai sekat dan membaringkan tubuhnya di ranjang, abaikan seluruh bising dan gangguan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafferty [ yoshihoon ]
FanfictionB O Y S L O V E Park Jihoon, siswa SMA biasa yang sayangnya harus terima banyak serangan fisik dari teman sekelasnya hanya karena masalah sepele. Ia berusaha mencari solusi dan tidak hanya menangis sendirian di kamarnya sambil mengobati lukanya. Sam...