Sweter Hitam

3 0 0
                                    

Pict ( Alea & Maxim )

Apa dia baru saja mengkhawatirkan kan ku pikir ku, hanya sekejap terlintas pemikiran itu, aku kembali fokus pada bir di hadapanku, aku tidak tahu sudah berapa banyak aku meminumnya yang jelas rasanya tubuh ku terasa ringan, kepalaku yang sebelumnya terasa berdenyut juga membaik, Rolla benar benar mengirimkan solusi yang tepat untuk ku, aku kemudian kembali menatap kearah Max yang sedari tadi hanya minum bir tanpa menyentuh makanannya.

" Kau tidak lapar? " Tanya ku membuat Max akhirnya menatap kearah ku, jelas sekali sejak tadi dia menghindar dariku.

" Aku sudah makan di kantor. " Jawab nya singkat membuatku mengangguk, aku kembali mengangkat kaleng bir ku tapi entah sejak kapan isinya sudah kosong, apa aku minum terlalu cepat pikir ku yang kembali mengambil kaleng utuh namun Max menghentikanku.

" Sudah cukup, kau minum terlaku banyak. " Ucap Max membuat ku terdiam, aku menatap Max dengan tatapan ku yang entah kenapa terasa berat.

" Aku tidak menyangka kau mau datang hanya karena Rolla yang menyuruhmu." Ucap ku yang memang penasaran dengan jawaban yang akan dia berikan.

" Bukankah kita tidak sedekat itu, dan aku kira kau tidak nyaman dengan ku.” Lanjutku kembali membuat Max terlihat sedikit tersentak namun dia masih bisa untuk menormalkan kembali ekspresi nya.

" Aku tidak pernah berpikiran seperti itu." Jawab Max membuat ku tersenyum.

" Benarkah, tapi yang aku rasakan kau tidak menyukaiku sama sekali, aku jadi berpikir apakah aku mempunyai salah padamu. " Ucap ku yang entah kenapa berani untuk mengeluarkan isi kepalaku saat ini pada Max, apa ini pengaruh bir yang aku minuman pikirku.

" Tentu saja tidak seperti itu."Jawab Max dengan cepat, dia seolah tidak setuju dengan apa yang aku katakan.

" Benarkah, baguslah jika pemikiranku salah, akun hanya tidak nyaman jika berada satu ruangan dengan orang yang tidak menyukai ku dari belakang, setidaknya jika kau merasakan sesuatu padaku katakan saja jadi aku bisa tahu apa yang harus aku lakukan, mungkin seperti menghindarimu dan berusaha agar tidak terlihat di sekelilingmu" Ucap ku kembali.

" Itu karena aku menyukai mu." Ucap Max yang tidak terdengar jelas oleh ku

" Ya jika begitu aku akan_" Aku terdiam, apa pendengar ku tidak salah, dia mengatakan sesuatu yang aneh pikir ku.

" Apa? " Tanya ku memastikan

" Karena aku menyukaimu. " Ucap Max dengan wajah tenangnya yang entah kenapa seolah menarikku dalam kesadaran kembali dari bir yang sebelumnya aku rasakan seolah menguap begitu saja.

" Hahaha kau sedang mengerjaiku, oke itu lucu. " Ucap dengan senyum canggung  yang pada akhirnya mengambil Kaleng bir lain, aku butuh untuk menyegarkan tenggorokan ku yang tiba tiba terasa kering.

" Aku serius dengan apa Yang aku katakan, dan itu lah yang terjadi sesungguhnya, mungkin kau terkejut karena sikapku yang aneh dan Tiba-tiba mengungkapkan perasaanku dengan tiba-tiba pula " Ucap Max membuat ku bahkan tidak tahu harus meresponnya seperti apa.

" Sudah lama sejak aku memperhatikan senior ku ini mungkin sekitar beberapa tahun ke belakang. " Ucap Max membuat ku menatapnya dengan tatapan tanya, bukankah kami bertemu baru satu tahun terakhir ini pikirku.

" Kau mungkin tidak mengenaliku tapi aku masih mengingat nya dengan jelas" Lanjut Max kembali

" Apa kita pernah bertemu selain di kantor? " Tanya ku penasaran membuat Max menganggukkan kepalanya.

" Iya, di kampus dan di rumah.” Jawabnya membuat ku hampir saja tersedak oleh minumanku sendiri.

" Apa?" Tanya ku tidak percaya

" Aku dua tingkat di bawahmu di universitas dan selain itu kau juga menjadi guru les adik ku. " Jelas Max membuat ku mencoba mengingat, jika dia junior ku di kampus oke aku akan menyerah karena tidak akan mengingat nya tapi guru les, saat aku masih menjadi mahasiswa aku mengambil  beberapa pekerjaan seperti menjadi guru les tapi itu pun hanya beberapa orang anak yang aku ambil karena aku memasang tarif tinggi , tidak banyak yang berani membayar ku saat itu.

" Adik Mu? " Tanya ku kembali

" Iya adikku jia. " Jawab Max membuat ku mencoba untuk mengingat nama itu dan saat itu aku menutup mulutku sambil menatap kearah Max.

" Jia kim? " Tanya ku memastikan membuat Max mengangguk

" Kau kakaknya? " Tanya ku lagi dan Max menjawab dengan sama, tapi seingatku kakak Jia tidak seperti Max saat ini, dia berkacamata dan tubuhnya tidak setinggi ini, dan saat itu juga aku tidak sering bertemu Max hanya beberapa kali berpapasan ketika di rumah mereka, hanya itu interaksi di antara kami pikirku.

" Kita tidak terlalu saling mengenal saat itu" Ucap ku dan saat ini pun tidak ada bedanya.

" Iya itu benar, tapi kau menceritakan semua rasa sakitmu saat itu pada orang yang tidak terlalu kau kenal Ini" Ucap Max membuat ku terdiam, apa yang dia katakan pikirku namun kenangan lama yang bahkan sudah sangat aku lupakan seolah kembali terputar di kepala ku, bagaimana ketika aku mabuk dan menceritakan apapun yang aku rasakan saat itu pada orang asing yang meninggalkanku di depan kontrakan kecil milikku dengan sebuah sweter, itu tidak mungkin Max bukan pikir ku, aku langsung beranjak dari duduk ku dan menatap Max dengan tidak percaya.

" Kau orang asing yang bersamaku saat aku mabuk? " Tanya ku membuat Max menganggukkan kepalanya, ah sial

" Jika itu benar kau, kau pasti tahu apa yang kau tinggalkan saat itu padaku? " Tanya ku memastikan.

" Aku meninggalkan sweter hitam milikku, itu memiliki gambar  Sketboard di bagian belakangnya.”  Jawab Max membuat ku tidak menunggu lama lagi, aku langsung berlari menuju kamar, mencari sweter yang Max maksud dan memastikannya, dan rasanya lutut ku lemas ketika tebakan Max benar, itu sweter miliknya, aku tidak pernah meninggalkan atau membuang sweter itu meskipun aku sudah beberapa kali pindah, entah kenapa meskipun hanya sejenak tapi sweter itu sempat memberiku kehangatan saat aku membutuhkannya. Aku kemudian kembali berjala pada Max sambil memegang sweter itu, dia terlihat terkejut ketika miliknya ada di tanganku.

" Kau masih menyimpannya" Tanya nya membuatku menganggukkan kepala

" Iya, karna aku paling tidak bisa membuang apa pun  yang sudah sangat melindungiku meskipun hanya sejenak. " Ucap ku membuat Max terdiam, kami terdiam cukup lama dengan pikiran masing masing, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan pada Max dan sepertinya Max pun berpikir hal yang sama.

" Kau tidak perlu terlalu memikirkan tentang ungkapan perasaanku tadi, aku tidak ingin kau menjadi canggung padaku, aku juga mengatakannya tidak mengharapkan kau akan menjawabnya, aku hanya mengakui apa yang aku rasakan selama ini yang sudah aku pendam Cukup lama." Ucap Max membuat ku hanya mengangguk lemah, bahkan untuk membalas tatapannya saja terasa berat saat ini.

Ending yang ke tiga (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang