12 Security Cage

164 16 3
                                    

Memasuki liburan musim panas, Sou memutuskan untuk kembali melakukan latihan intensif demi mempersiapkan diri di pertarungan selanjutnya. Tampaknya, sindikat Yusya sungguhan mundur dan tidak lagi mengirim penyusup atau penyerang seperti terakhir kali. Sejak saat itu juga, Sou sama kali tidak mendengar informasi apapun tentang Manjushage apalagi orang-orang mencurigakan.

Baginya, ini seperti ketenangan sebelum badai besar datang. Bisa jadi Yusya saat ini sedang mencari cara agar bisa kembali menyerang mereka dengan lebih keras.

Tidak hanya dia, para tuan muda juga sibuk berkutat pada tugas mereka masing-masing di kamar mereka. Dengan dua orang bodyguard yang menjaga di setiap pintu, para tuan muda itu akan aman dalam pengawasan sehingga keadaan mereka akan selalu terpantau.

Sudah dua minggu berlalu sejak liburan musim panas dimulai, Soraru sama sekali tidak keluar rumah. Jika itu dulu, ia bahkan bisa tidak keluar rumah selama 3 bulan penuh dan memilih untuk tetap di kamarnya dan bermalas-malasan sebagai bentuk pelampiasannya. Tapi sekarang, ia sepertinya tidak bisa melakukan itu karena ia lebih merindukan Mafumafu dibanding game terbaru yang baru saja datang ke kamarnya. Mereka berkata bahwa game itu adalah produk baru dan masih dalam perkembangan. Karena itu pihak perusahaan gamenya meminta pendapatnya dan masukan nanti sebelum perilisan.

“Heuh ....”

Apa yang harus kulakukan? Batinnya. Tugasnya sudah selesai dan ada perkiraan kalau tidak akan ada permintaan masuk selama beberapa hari kedepan.

Melirik box game di atas kasur, ia mengulum senyum saat membayangkan betapa heboh nantinya Mafu saat melihat game rilisan terbaru ini dan memainkannya dengan semangat.

Tok! Tok! Tok!

“Tuan muda, ayah anda ingin bertemu.”

Senyum Soraru runtuh seketika bersama dengan khayalannya.

Membetulkan kembali posisi duduknya, ia menatap laptopnya yang memutar konser After the Storm yang terbaru dan memakai earphone. Biar saja saat mereka mengintip nanti, mereka urung mengganggunya karena melihatnya masih duduk di kursi meja belajar. Menurunkan volume, ia melirik ke arah pintu yang terbuka separuh.

“Sedang apa dia?”

“Tampaknya masih sibuk berkutat pada laptop, pak.”

“Bagus. Awasi terus dia. Aku akan pergi ke London selama seminggu. Jangan sampai dia bertemu dengan siapapun terutama rakyat jelata ubanan itu!”

“Baik!”

Begitu pintu kamarnya ditutup kembali, Soraru membanting earphone-nya dan melempar bantal ke pintu marah.

“Awas kalo besok kau kepincut sama dia ya!!” Gerutunya.

Merebahkan diri di atas ranjang, Soraru memeluk selimutnya gusar dan meremasnya kuat.

Padahal kemarin bilangnya bisa sms atau telpon, tapi cuma balas ‘sibuk kerja' atau ‘ngerjain PR musim panas seharian'. Berguling-guling kesal, Soraru menatap langit-langit kamarnya dan mulai merancang berbagai rencana dalam pikirannya.

“Haruskah aku bakar rumah ini?” Cetusnya.

Dan hari-hari hampanya terus berlalu sampai pertengahan liburan musim panas. Bahkan ia sudah tidak ragu lagi menampakkan ekspresi kesalnya setiap hari dan semakin ketus setiap kali ditanya atau diajak ngobrol.

“Soraru-san mau ikut gak potong semangka?” Tawar Luz.

“Enggak.”

“Beneran nih? Manis lho!”

My Lovely Killer || MafuSora [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang