21 It Is Time?

158 18 3
                                    

“UAAAAAARGGGHHH!!!”

Jerit kesakitan Kiyo kini yang mengguncang seisi gedung tiruan colosseumnya. Selagi memanfaatkan Kiyo yang ambruk, Manjushage segera membopong Sou di bahunya lalu bergegas menuju ke tempat Soraru duduk. 

“Permisi.”

“Ya? EH!?”

Terkejut bukan main, Soraru diangkat begitu mudah oleh Manjushage dengan satu tangan. Spontan memeluk leher sang veteran Soraru menatap sedih Sou yang babak belur tapi masih bisa tersenyum padanya.

“Soraru-san aman, kan?”

Sepasang manik obsidian itu memanas. Soraru mengangguk kecil dan tersenyum. “Mhm, makasih Sou.”

“AAARGGHHH!!! MANJUSHAGE SIALAAAN!!!” teriak Kiyo.

Manjushage kembali berlari ketempat para sandera berkumpul, begitu hampir tiba disana Sou berteriak kearah mereka sambil menunjuk pintu keluar yang di jaga oleh dua orang anggota Yusya. “CEPAT LARI KE MOBIL!!”

Semua orang segera bangkit dan saling melepas ikatan, untuk kemudian berlari menyusul Manjushage menuju mobil pick up yang dimaksud. Mengeratkan genggaman pada dua tubuh di gendongannya. Manjushage menerjang ke arah satu orang untuk kemudian memutar tubuhnya ke belakang dan menghantamkan kepala si penjaga pintu hingga pecah ke dinding. Rekan penjaga yang melihat temannya mati langsung jatuh sambil berteriak lemas. Tidak memedulikan orang itu, Manjushage lanjut berlari keluar dan tidak menyadari beberapa pasang mata yang shock bukan main melihat kejadian yang baru saja terjadi.

Sesaat sebelum melewati pintu, Eve sempat melirik kearah pria yang semenit sebelumnya masih hidup itu dan panas dingin melihat kepala yang benar-benar pecah dan terbelah bak buah kenari. Ia kembali teringat saat belum lama tadi dirinya hampir nekat untuk melawan Manjushage dan benar-benar merasa bodoh.

Sekeluarnya mereka dari gedung tersebut, beberapa anggota yang menyebar di luar halaman segera mengacungkan senapan mereka.

“Pegangan yang erat,” pinta Manjushage.

“Ba-baik!” Soraru mengeratkan lengannya pada leher Manjushage.

Sou yang tiba-tiba sibuk meraba-raba pinggangnya menyodorkan satu pistol padanya. “Soraru-san bisa nembak, kan?”

Menerima pistol bingung, Soraru menjawab. “Aku— Whoa!!“

Secara mendadak, Manjushage menambah kecepatan larinya dan bergerak secara zig-zag. Salah seorang pembidik yang kesulitan untuk menembak dikejutkan dengan tapak kaki yang langsung menginjak wajahnya untuk kemudian dijadikan pijakan untuk melompat. Dengan mudahnya, Manjushage melompati mobil pick up dan bersembunyi di belakang mobil. Segera mengepung mobil tersebut, mereka yang baru saja akan membidik sudah keduluan Sou dan Soraru yang langsung menembak tepat mengenai kepala beberapa dari mereka. Selagi beberapa musuh fokus dengan dua orang yang saling memunggungi, Manjushage yang sebelumnya melompat kembali ke atas langsung memenggal musuh yang tersisa dan tidak menyisakan satu orang pun hidup.

Fyuh, beres,” ucap Sou lega.

Menoleh kearah Soraru, Manjushage menadahkan tangannya. “Maaf membuatmu harus melihat semua hal ini.”

Jujur saja, Soraru benar-benar terkejut. Apalagi saat orang ini tanpa ragu memecahkan kepala orang dengan satu tendangan. Namun, merasakan bagaimana hati-hatinya pembunuh veteran ini membawanya dan menjaga membuatnya merasa sedikit kompleks. “Tidak apa, kurang lebih aku sedikit terbiasa,” ucapnya sembari mengembalikan pistol di tangannya.

Rombongan yang tiba segera buru-buru menaiki mobil dengan Akatin yang mengambil alih kemudi. Setelah semua orang naik, barulah Manjushage kembali membopong Soraru untuk di bawa masuk kemudian Sou sebagai yang terakhir naik ke dalam mobil. Semua orang yang berada di dalam pick up spontan menegang dan hampir menahan nafas karena Manjushage berada tepat di depan mata mereka sedang mengobati Sou dengan cermat bahkan sampai memberikan akupuntur sederhana untuk mengurangi rasa sakit. Selesai mengurus Sou yang termangu karena tak menyangka akan diobati, Manjushage melompat keluar dari mobil dan menarik keluar pedangnya.

My Lovely Killer || MafuSora [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang