19 His Precious Treasure

147 17 0
                                    

Membanting kembali Soraru ke lantai, Kiyo dengan seringai keji menatap rendah dan puas pada si surai raven yang beringsut mundur layaknya kucing yang ketakutan. Tubuhnya langsung meringkuk dalam dan memeluk dirinya erat seolah sedang melindungi sesuatu yang sangat amat ia sembunyikan. Tentunya hal ini tak luput dan perhatian dan keingintahuan semua orang yang melihatnya

“Soraru-san ...?” lirih Sou.

Di posisinya, Soraru sudah tidak lagi peduli pada apapun. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah melindungi satu-satunya harapan hidupnya. Ia tidak ingin lagi kehilangan untuk ketiga kalinya.

Tolong, bertahanlah sebentar lagi!

“Soraru!! Apa yang kau lakukan disana!? Cepat bangun!! Kau kira aku mendidikmu untuk jadi orang yang lemah!?” Bentak ayah Soraru. Tapi peringatan itu langsung dibalas oleh gelengan kuat yang memancing emosi sang ayah seketika. “SORARU!!!”

“TIDAK!!” Teriak Soraru. “Kumohon ... Tidak ... Tidak ...!”

Menyunggingkan senyum, Kiyo mendaratkan kakinya diatas bahu Soraru seraya menekan bahu itu kebawah. Namun, tentu saja Soraru menahannya dengan kedua lengannya. Mempertahankan posisi duduk tegak agar perutnya tidak tertindih walau seluruh tulang sendi tangannya sudah linu dan gemetar. Melihat perlawanan yang gigih itu, Kiyo tertawa puas.

“Astaga ... kau pasti sangat ingin melindungi anakmu, ya?”

Ayah Soraru seketika terbelalak. “Anak katamu?! Apa kau gila!? Memangnya kau pikir dia perempuan?!”

“Osora, apa kau pernah dengar soal Persistent Mullerian duct syndrome?” Menekan bahu Soraru dengan tumit sepatunya, senyumnya merekah saat melihat Soraru yang makin kesakitan dan masih berjuang. “Singkatannya PMDS. Ini adalah sebuah kelainan dimana seorang pria bisa mengandung bahkan melahirkan. Menjijikkan bukan?”

Puas menginjak bahu Soraru, ia tendang bahu Soraru hingga si raven terjengkang kebelakang untuk kemudian kembali ia injak lebih keras. Mengabaikan Soraru yang mengerang kesakitan dibawah kakinya, Kiyo melanjutkan kalimatnya. “Dia ini, selalu menolak menjadi pewarismu karena dia memiliki kelainan itu. Kau lihat, kan? Dia  terus memeluk perutnya karena sudah ada bayi disana. Benar-benar menjijikkan. Bagaimana bisa makhluk yang menyalahi kodrat sepertimu bisa dibiarkan terlahir?”

Soraru yang sudah keringat dingin tersengal. Pandangan matanya sudah kabur karena menahan sakit sejak tadi dan tak tahu ekspresi macam apa yang kini ditampilkan oleh semua orang di depannya. Susah payah untuk fokus, Soraru yang terebah dan sudah kotor debu terkekeh pelan. “... Lalu ... Bagaimana denganmu?”

“Apa?”

Mendongakkan kepalanya, Soraru menampilkan seringai menantang. “Bagaimana bisa ... Pria sempurna sepertimu ingin merampas kekayaan milik pria cacat sepertiku? Apa kau waras?”

Senyum merekah Kiyo hilang dari wajahnya. “Beraninya kau membandingkan diriku dengan dirimu?!”

Tepat Kiyo akan melayangkan tendangan kuat menuju rahang Soraru, Sou yang sudah tidak tahan melompati meja dan dengan sekuat tenaga mendorong Kiyo dengan bahunya hingga terjungkal. Sontak ruangan yang semula ramai oleh sorakan meriah berubah jadi raungan marah. Cepat-cepat bangun, Sou langsung menghampiri Soraru.

“Soraru-san gak apa-apa!?” Pekik Sou khawatir setengah mati.

Menatap Sou bingung, Soraru hampir tidak bisa menahan genangan di pelupuk mata bertanya lirih. “Kamu ngapain?”

“Kok pake nanya sih?! Tolong lepasin taliku, Bisa? Cepat!!”

Soraru memaksa tubuhnya untuk duduk dan membantu membuka ikatan pada tangan Sou,  sebelum tiba-tiba ujung katana menyela tangannya. Mendongak keatas, Soraru segera menatap topeng Aka hannya yang membantu memotong tali ikatan tangan Sou. Awalnya, keduanya bingung dengan kemunculan tiba-tiba sang veteran itu, tapi pekikan Kiyo segera menyadarkan keduanya.

My Lovely Killer || MafuSora [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang