04 Soraru's Spoiled Session

257 17 5
                                    

“Hmm ... laporannya beneran asli ya. Mereka kayaknya beneran dendam sama keluarga baginda. Tapi sampe kepengen nikung Yusya, mungkin mereka sadar udah di manfaatin si brengsek itu.”

Sesuai perjanjian, orang-orang anti-Zingai itu datang seminggu kemudian dengan rombongan tiga mobil dan pemimpin mereka langsung. Setelah berdiskusi dan menerima map serta tiga koper uang, ia mengerahkan sedikit tenaga dan membantai semua orang tanpa ada satupun yang berhasil selamat kurang dari 5 menit.

Duduk di atas atap gudang kosong, Mafu mengacuhkan ledakan susulan mobil penuh mayat yang terbakar dan menghela nafas lelah. “Telepon polisi kah? Jangan deh. Diapain ya, enaknya? Biarin aja?”

Sekian menit berpikir, Manjushage akhirnya mendapatkan sebuah ide. Memasukkan berkas ke dalam tas, Ia melompat melompati balkon demi balkon jendela gedung dan mendarat dengan mulus di tanah. Memungut walky talky yang masih utuh, Ia menyalakan alat komunikasi itu dan berdehem beberapa kali untuk mengubah suaranya semirip mungkin dengan pemimpin anti-Zingai yang telah menjadi golekan mayat di dalam mobil.

“Ini aku, bagaimana keadaan markas?”

Bzzt... Bzzt... Oh, Shui-sama! Keadaan markas saat ini masih baik. Tidak ada penyusup atau mata-mata baik di bar, casino, dan juga distrik merah Ayasaka. Semua aman.”

Manjushage mengangguk puas. “Bagus, awasi terus sekitar kalian. Bisa jadi besok lusa Zingai akan datang dan membabat habis kita. Aku akan pergi dalam beberapa hari. Kuserahkan markas pada kalian.”

Baik!

Pip!

BRAAAAK!!!

Menginjak walky talky sampai hancur, Manjushage berjalan menjauh setelah dengan sengaja meledakkan mobil yang lambat laun menjadi api unggun besar dan mengeluarkan bau pekat lelehan besi dan amis darah. Meraih tas gitar yang ia sandarkan di dinding jalan, ia keluar dari gang dengan pakaian yang sudah berganti jadi seragam sekolah biasa. Dengan alaminya ia berbaur menjadi anak sekolah yang pulang malam setelah kumpul dengan teman-temannya.

“Besok pagi enaknya makan apa ya?” Pikir Mafu.

Di pagi hari yang sama seperti biasanya, sekolah yang sudah mulai dipenuhi oleh siswa-siswi setidaknya mencerahkan hari yang lumayan mendung. Berjalan gontai menuju kelas, Sou merapatkan syal di leher agak gelisah. “Pagi ...,” ucap Sou lirih.

“Oh! Sou-kun pagi—“ Mafu yang menyapa lebih dulu Sou tiba-tiba pasang senyum nista. “Ohooo~ kayaknya ada yang ‘main’ malam nih~?”

Sou merona hebat sambil meremat syal biru mudanya. Walau sudah dipasangi hansaplast untuk menutupi kissmark, tetap saja jumlah hansaplast yang tidak normal di lehernya akan jadi bahan gosip kalau terlihat. Jadi Sou akhirnya memakai syal meski sekarang sudah akhir musim semi.

“Udah, ih! Mafu-kun! Jangan diliatin!” Sou makin manyun. Seiring wajahnya semakin merah merona.

“Ututututu~ bayi gede Mafu udah makin dewasa ya~ EH, URATAN! SINI DEH LIAT!!”

“MAFU-KUN, IH!!”

Urata yang baru muncul dari pintu menghela napas. “Apa sih kalian tuh, masih pagi tau gak?”

“ini nih, ini~” Mafu masih menunjuk Sou di kursinya, masih betah meledek Sou yang makin merenggut imut.

“Mafu-kun, ih! Bodo! Sou ngambek!!”

“Yee, jangan marah sama aku lah, sama pawangmu tuh yang ganas tiap male—“

“AAAAAAAAAA UDAH DONG, UDAAAH!!”

My Lovely Killer || MafuSora [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang