06 First Practice Lesson

119 18 2
                                    

Mengenakan seragam tugas lengkap, Sou mengenakan masker hitam dan memastikan seragam combatnya terpasang rapi di balik jubah hitam. Berdiri di dalam gang tempat keduanya pertama kali bertemu, Sou akhirnya menangkap suara langkah kaki yang mendekat.

Sosok Manjushage muncul dengan jubah putih bertudung yang sangat cocok dengan yukata biru gelap didalamnya. Dibanding seorang pembunuh, penampilan Manjushage justru tampak seperti seorang samurai pada era masa lalu. Begitu sederhana namun membuat semua orang terpaku karena wibawa yang terpancar darinya.

Membuka tudung jubahnya, Manjushage merogoh lengan yukatanya dan mengeluarkan sebuah dokumen “Sambil jalan, kita bahas ini.”

Sou mengernyitkan dahi. Memangnya mau kemana mereka dan hanya berdua?

Mengekor di belakang, Sou menatap curiga sebelum langkah mereka terhenti di belakang sebuah gedung. Makin bingung, Sou menatap Manjushage yang menunjuk ke depan.

“Anti-Zingai. Bunuh.”

“!!”

Sou melongok dari samping dan benar saja, ada dua anti-Zingai yang sepertinya sedang bersiap untuk mengintai. Menarik pistol, ia pasang peredam dan segera membidik kepala dua orang itu. Berhasil melumpuhkan musuh, sang Manjushage maju lebih dulu dan merogoh kantong jasad mencari sesuatu.

“Kau cari apa?” Tanya Sou.

Manjushage menunjukkan kunci mobil. “Kita ke markas anti-Zingai.”

“Sekarang?”

“Kau bakal paham kalo udah liat isi dokumennya,” Ucapnya seraya melempar dokumen pada Sou dan masuk ke dalam mobil. “Ayo cepat.”

Mobil convertible hitam itu melaju di jalan raya dengan kecepatan sedang. Selagi Manjushage menyetir, Sou membaca seluruh dokumen dengan ekspresi terguncang tercetak jelas di wajahnya.

“Mereka mau meledakkan kediaman Harapeco malam ini!?”

Manjushage mengangguk. “Ada mata-mata yang disusupkan di kediaman. Sepertinya mereka menunggu kesempatan saat ketiga tuan muda menginap di satu atap. Tapi pasti si mata-mata itu akan segera ketahuan karena harus kirim sinyal transmisi.”

Meremas dokumen di tangan, Sou mengeraskan rahangnya. “... Tolong percepat.”

Menatap Sou agak lama, Manjushage menghela napas pelan dibalik topengnya. “Apa manfaatnya emosi begitu? Harusnya kau pikirkan sebuah rencana selagi kita menuju lokasi.”

Sou terhenyak sebelum kemudian menoleh. “Menurutmu aku harus apa?”

“Pikirkan baik-baik. Kita hanya berdua sedangkan di belakang anti-Zingai adalah sindikat Yusya. Menurutmu cara apa yang terbaik agar anti-Zingai kebingungan dan mundur seketika?”

Sou terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan semangat. “Menghancurkan pusat komunikasi?”

Manjushage mengulum senyum kecil dan mengusak kepala Sou. “Anak pintar.”

Termangu oleh usapan itu, Sou menatap sang Manjushage agak lama. “Sebenarnya ... kenapa kau mau membantuku?”

“Aku senggang.”

“Huh?” Sou membelalak shock.

Manjushage tertawa kecil. “Ada urusan, itu saja.”

“Urusan?”

“Eratkan peganganmu. Kita akan terobos gerbang mereka.”

“Eh?!” Sou meraih pegangan dan menatap ngeri jalanan yang semakin transparan karena kecepatan mobil yang bukan main. Dengan lihai, Manjushage berbelok dan memutar stir hingga mobil berputar cepat dan entah menabrak apa saja di depannya barusan.

My Lovely Killer || MafuSora [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang