18 Unilateral Kidnapping

114 18 0
                                    

Kiyo melebarkan senyumnya sembari melangkah mendekat dan mengangkat kedua tangannya. “Jangan galak-galak begitu. Aku datang kemari karena ingin bertemu dengan 3 semanggi yang dirumorkan itu. Kebetulan aku berniat ingin memulai karir di bidang bisnis dan menjadikan mereka panutanku.”

Reol menarik seringai sarkas. “Sungguh omong kosong yang menarik.”

Menjentikkan jarinya sekali, para anggota Zingai muncul dengan cepat dan mengepung dalam radius 10 meter. Menyeringai lebar, Kiyo yang mengangkat kedua tangan juga menepuk tangan dua kali. Untuk kemudian kepungan Zingai berada dalam kepungan antek Yusya yang langsung merobohkan kepungan lawan dalam satu tembakan di belakang kepala.

“APA!?”

Kiyo menurunkan kedua tangannya, lalu berjalan maju seiras dengan anteknya yang mempersempit radius kepungan. Sepasang maniknya menyipit puas kala menatap Reol, Akatin, Sekihan, dan Sou dibuat terpojok tanpa bisa melakukan perlawanan karena para tokoh besar semanggi berada didekat mereka.

“Bagaimana? Apa kalian sekarang punya waktu untuk membantu pemula ini?” tawar Kiyo.

Di tengah situasi yang terdesak itu, pikiran Sou teralihkan pada bangunan kediaman yang mulai terdengar ricuh. Sepasang maniknya membelalak khawatir, memikirkan satu orang yang masih berada disana. “Soraru-san ...!”

Tepat di balkon jendela pada waktu yang sama, Soraru menatap sosok pria bertopeng oni yang berdiri di sampingnya. Hening menyelimuti keduanya sebelum akhirnya Soraru memecah keheningan lebih dulu.

“Apa kau utusan Kiyo?” tanyanya.

“ ... ”

“Apa kau Manjushage?”

“ ... ”

Beralih pada pemandangan di depannya, Soraru menghela napas. “Sudahlah. Jika kau membawaku secara baik-baik dan memenuhi syarat ku, aku akan menyerahkan diri.”

Soraru mendongakkan kepalanya. “Apa jawabanmu?”

Terdiam agak lama, Manjushage perlahan membungkuk dan bersimpuh, kemudian mulai membungkus seluruh tubuh Soraru dengan selimut wolnya tanpa melewatkan bantalnya. Melihat ini Soraru termangu untuk kemudian mengejek dengan seringai. “Apa-apaan ini?”

Soraru tahu di depannya adalah sosok yang sanggup membunuh ratusan orang. Ia tahu kemana ia akan dibawa setelah ini. Ia bahkan paham mungkin takkan ada yang sempat menolongnya karena mereka ada kemungkinan sedang berhadapan dengan musuh lain di luar sana. Harusnya ia sekarang kabur sambil berteriak minta tolong daripada malah terpaku pada sosok iblis yang kini bersimpuh di depannya.

Tapi kenapa ... tangannya gemetar?

Seiring ia menerima perlakuan lembut dari sepasang tangan yang menyelimutinya dengan hati-hati, mengapa dia jadi begitu ingin memeluk pembunuh ini?

“Sial ...,” rutuknya, “kenapa kamu mirip dengannya?”

Perlakuan lembut ini, aroma ini, bahkan hawa kehadirannya. Semua yang ia rasakan pada Manjushage membuatnya teringat pada Mafumafu. Merogoh lengan yukatanya, Manjushage menyodorkan satu botol setinggi jari telunjuk pada Soraru yang berisi permen merah.

Soraru tertawa sarkas. “Ini racun?”

Manjushage menggeleng. Membuka tutup botol, ia dekatkan bibir botol pada hidung Soraru. Mengenali bau dari permen ini, netranya membelalak. “... Ringo ame?”

“Makanlah.”

“Kenapa aku harus?”

Manjushage kembali diam. Tapi sikap ini semakin membuat relung batin Soraru naik-turun. Mengambil satu butir permen, Soraru agak ragu memasukkan permen ke mulut untuk kemudian terhenyak karena permen kecil ini sungguh ringo ame dengan struktur dan rasa yang sama. Hanya versi kecil dari ringo ame yang asli.

My Lovely Killer || MafuSora [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang