Pulang sekolah, setelah mengganti seragam, aku membuka laptop putih milikku. Siang saat di kantin tadi, aku sempat mengobrol dengan Stevia perihal hantu di rumahku. Untung saat itu sedang tidak ada Agrav. Coba kalau ada, pasti akan sulit untuk membicarakan masalah hantu itu. Apalagi Agrav cenderung sensitif jika sudah menyinggung masalah hantu itu.
Iseng, aku bertanya pada Stevia bagaimana caranya agar rumah kita bisa bebas dari hantu. Dan jawabannya, sungguh bukan yang kuharapkan. Dia justru bilang, supaya aku lebih rajin bersih-bersih rumah. Dan kata-kata serta ekspresinya yang menjengkelkan itu masih terngiang jelas di kepala.
‘Makanya, jadi cewek itu yang rajin, jangan jorok. Tuh, rumahmu sapu terus dipel biar bersih.’ Kurang ajar. Padahal rumahku ini selalu bersih kinclong seperti baru.
Lalu, kutanyakan pertanyaan lain. Kalo rumah kita ada hantunya, kita harus ngapain biar hantunya pergi? Dan gadis itu justru menjawab dengan enteng. Katanya, cari saja di Mbah Google. Sungguh menjengkelkan. Kalau saja kami tidak sedang berada di kantin, sudah kegetok kepala perseginya itu.
Akhirnya, pulang sekolah kuputuskan untuk mencari tahu sendiri jawabannya. Dengan bantuan Mbah Google pastinya. Karena Stevia sama sekali tidak membantu.
Saat kolom search terpampang nyata di laptop, aku segera mengetikkan kalimat yang langsung muncul di kepala. Ternyata tidak semudah yang kubayangkan sebelumnya. Kukira mungkin hanya akan ada satu atau dua artikel saja. Tahunya ada banyak sekali. Berendet panjang hingga ke bawah.
Cara mengusir rasa takutmu dari hantu.
Ada hantu di rumah Anda? Ini solusinya!
Teknik mengusir hantu dijamin jitu dan ampuh. Mulai dari Mbak Kunti bau melati sampai Tuyul Gundul! Dijamin kabur!
Jangan sungkan! Mari datang dan nikmati wahana baru kami!
Yang terakhir ini malah nyeleneh. Tanpa pikir panjang, aku menjatuhkan pilihan pada artikel pertama yang menurutku paling waras di antara yang lain. Oke, Mona! Misi pengusiran hantu dimulai! Kubaca perlahan dan hati-hati.
1. Hantu hanyalah proyeksi imajinasimu sendiri.
Hantu memang ada, tapi hantu yang biasa kamu bayangkan mungkin hanyalah makhluk yang dipantulkan oleh media yang ada di sekitar kita.Mataku terbuka lebar. Apanya yang imajinasi kita? Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk mengimajinasikan sesosok makhluk astral itu. Kubaca sekali lagi tulisan itu untuk memastikan. Setelahnya, aku berdecak gemas. Yakali! Mungkin seekor Unicorn lebih bagus untuk diimajinasikan ketimbang hantu yang memiliki tanduk di kepala.
Apa artikel ini benar? Lagipula aku bingung. Kalau memang hantu itu hanya hasil pantulan dari media sekitar, lalu media apa di rumahku yang bisa menghasilkan bayangan hantu? Seingatku, rumah ini tidak memiliki banyak cermin besar seperti di film-film horor.
Bahkan aku selalu dapat melihatnya di manapun aku berada di rumah ini. Di kamarku, di ruang tamu, di dapur, bahkan di kamar mandi. Lalu media apa yang memantulkan bayangannya? Setahuku, hantu itu tidak akan nampak di cermin. Mereka tidak memiliki bayangan, itu karena mereka tidak memiliki jiwa. Aku hanya mendengarnya dari televisi saja. Itupun lupa di acara apa. Padahal mungkin sepertinya tidak juga. Buktinya, banyak yang berhasil menunjukkan kalau hantu itu bisa juga muncul di cermin, seperti di video atau foto penampakan.
“Hm..., ternyata hantu itu hanya imajinasi ya,”
Matek!
Mataku membelalak lebar. Aku tidak berani menoleh ke samping, itu karena hembusan angin dingin darisana. Gosh! Kenapa harus sekarang?!
“Kamu mencari tentang ini, Mona?”
Deg!
Mama!! Dia bahkan berani menyebut namaku! Tanpa pikir panjang, aku segera berlari keluar rumah dengan membawa serta laptop.
Syalan! Hantu itu memang sudah menghancurkan masa depan indahku. Lihat saja nanti. Aku tidak akan menyerah. Akan kubuat perhitungan dengan hantu berkepala coklat itu. Iya benar, rambutnya memang berwarna coklat gelap. Wahai artikel Mbah Google, jangan sungkan membantuku untuk membasmi hantu usil itu!
***
Sesudah makan malam, aku memutuskan untuk tidur lebih awal. Sebenarnya itu hanya alasanku saja agar bisa kabur dari pertanyaan berentet Kak Auston. Karena dia kelihatan heran, begitu aku—yang biasanya selalu menonton televisi sampai larut malam—tiba-tiba izin untuk tidur lebih awal. Padahal alasan sebenarnya, karena aku ingin melanjutkan misi pengusiran hantu. Kubuka kembali artikel yang—untungnya—sempat kusimpan tadi siang.
2. Manusia adalah makhluk yang sempurna. Untuk apa takut pada hantu yang tidak jelas wujudnya?
Tidak jelas wujudnya? Aku tertawa hambar. Bisa-bisanya artikel ini bilang begitu. Apa kabar anak-anak indigo yang bisa melihat jelas wujud mereka, bahkan berbicara dengan mereka juga. Bagian mana dari hantu itu yang tidak jelas wujudnya? Jika bukan indigo, memang jelas saja dia bisa berkata demikian, tapi lain halnya dengan mereka yang indigo.
Memang. Secara signifikan, aku sudah beberapa kali melihat hantu itu dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan kedua saudaraku malah menganggapku bohong. Ya, kuakui memang aku bukan seorang indigo. Tapi aku tidak pernah berbohong. Oke, mungkin beberapa kali.
Bagaimana rupa hantu itu? Menurutku, hantu itu berwajah sempurna. Sempurna di sini maksudnya, dia punya indera yang lengkap layaknya manusia hidup. Dan..., uhuk tampan. Oke, lupakan yang satu itu. Dan pakaiannya juga terlihat normal. Tidak seperti hantu-hantu di film horor yang pakaiannya dekil, robek, atau compang-camping. Menurutku, pakaian yang dia kenakan terlihat mahal seperti, pakaian ala bangsawan atau orang terpandang pada zaman Belanda dulu, meski hanya sebatas kemeja putih dan knit vest sewarna maniknya yang biru gelap, celananya seperti celana bahan berwarna hitam dan sepatunya..., oh tunggu dulu, dia tidak pakai sepatu! Hm, mungkin karena dia hantu jadi tidak butuh alas kaki, toh saat dia menginjak tanah pasti tidak akan kotor juga.
Sebentar. Kenapa hawa di sini terasa lebih dingin? Aku bahkan tak menghidupkan kipas angin di kamar. Eh? Tunggu, tunggu. Dingin?!
Deg!
Aku bisa merasakan kalau jantungku mulai naik ke tenggorokan. Belakang telingaku rasanya dingin sekali. Jangan-jangan, ya Tuhan! Aku tidak berani untuk menoleh.
“Masih mencari tentang ini ternyata.”
Astatang!
Aku langsung melempar guling dan melesat turun ke lantai bawah secepat kilat. Tak peduli apa yang akan hantu itu lakukan terhadap kamarku.
“Lho, katanya mau bobok?”
Aku langsung duduk di sebelah Mia tanpa menatap mereka sekalipun. Bahkan tak menjawab pertanyaan Kak Auston barusan. Sekarang ini, aku hanya duduk diam sambil memeluk erat kedua lutut. Menatap ke televisi dengan ekspresi parno. Tak kupedulikan tatapan aneh yang mereka berdua lemparkan. Aku sedang berpikir keras saat ini. Memikirkan bagaimana cara supaya hantu yang suka muncul tiba-tiba itu hilang dari rumahku. Kalau bisa, dari muka bumi sekalian.
My Friendly Ghost

KAMU SEDANG MEMBACA
My Friendly Ghost
ParanormalAku tidak pernah menyangka jika rumah peninggalan orangtuaku, ternyata sudah lebih dulu berpenghuni sebelum kami datang. Aku bukan seorang indigo, apalagi memiliki kemampuan semacam sixth sense. Tapi entah kenapa, aku justru bisa melihat 'dia', hant...