THIRTY THREE

9 4 0
                                    

Jackson menatap zergan dengan kebencian, bagaimana tidak, zergan selalu memanasi dirinya dengan memeluk tubuh Alena dan terus saja menaruh wajahnya di pundak Alena.

'Shitt!!! Bangsat.' batinnya.

"Misi kita akan di mulai dari sekarang." Kata Clarissa sedikit berbisik ke arah Jackson.

"Gua ga mau kalo sampai Alena kenapa Napa, kalo dia sampe terluka Lo habis di tangan gua." Katanya mencekik Pelan leher clerissa, tapi itu tidak sakit.

"Tenang aja kalo Alena ga mati, berarti elena yang akan mati."

BRAK..

"Maksud lu apa hah??." Kata Abian menendang meja Clarissa dan Jackson.

"Lo nguping??, Ga sopan." Kata Clarissa mencoba menenangkan raut wajahnya.

"maksud lu apa kalo Alena ga mati berarti elena yang akan mati, Lo pikir Lo siapa hah??,"

Jackson memukul wajah Abian saat dirinya tau bahwa abian akan melakukan kekerasan kepada Clarisa.

"Wahh, anak baru yang pemberani." Kata Abian bertepuk tangan.

BUGHH.
BUGHHH..
BUGHHHH...
BUGHHHHH....

Abian memukuli Jackson dengan membabi buta, dirinya tidak terima kalo seorang anak baru bisa mempermalukannya seperti ini, apa lagi dirinya tidak suka jika elena kenapa Napa.

"BANGUN LO ANJING, SEGITU DOANG KEMAMPUAN LO." teriak Abian yang sudah lelah dengan sifat diam Jackson saat dia memukulinya.

Sebenarnya Zergan ada niatan untuk memisahkan mereka, namun zergan sedikit takut karena dirinya pernah menjadi sasaran saat Abian dan Nerro sedang bertarung.

Abian menatap marah ke arah Clarisa, nafasnya menggebu gebu, ingin sekali dirinya menghabisi Clarisa sekarang, walaupun dia anak pemilik sekolah dia tidak lupa kalo ini masih diarea sekolah.

langkah demi langkah Abian mulai mendekati Clarisa dan mencekik lehernya  dengan mendorong tubuh clarisa sampai membentur tembok, agar mempermudahkan aksinya.

"L-lepa-s a-n-ji-ng." Katanya terbata.

Clarissa mengambil pisau lipatnya yang terdapat di saku roknya, dia selalu membawa itu karena dia pikir itu akan berguna nanti.

Pisau itu mengenai tangan Abian, membuat Abian melepas cengkraman pada leher Clarisa.

"Shittt!!!, beraninya pake senjata." Ucap Abian memegangi tangannya yang mengeluarkan banyak darah.

Clarissa menatap wajah Alena dirinya mendekat ke arah Alena dan di hadang oleh zergan, Jackson yang masih memiliki cukup tenaga pun mendorong Clarisa hingga pisau yang dia pegang terjatuh.

"Bawa Alena pergi, Clarisa itu gila." Katanya dan di angguki zergan.

.....

Di sisi lain seorang wanita sedang menatap monitor laptopnya dengan sangat khawatir jangan lupakan keringatnya yang bercucuran saat melihat aksi di monitor itu.

"Bodoh banget lu elenaaaa, kenapa ninggalin Alena di sana sihhh, bangsat banget lu emang bego anjing." Umpatnya tanpa lawan bicara.

Bisa elena liat jika Abian juga terluka karena mencoba menolongnya, walaupun ada rasa bersalah sedikit.

Elena mengambil jaket hitamnya dan segera kembali ke sekolahan, niatnya untuk menghilangkan moodnya tertunda akibat Clarisa dan Jackson.

Sebenarnya Jackson tidak jahat dia hanya menginginkan Alena, sedangkan Clarisa juga menginginkan alena, mereka saudara namun beda marga karena mereka saudara dari ibu mereka bukan dari ayah mereka.

_jadi ibu Clarisa itu punya kakak nah kakanya itu ibunya Jackson, jadi kenapa mereka beda marga karena beda bapak._

Di perjalan elena terhenti karena segrombolan orang mencegatnya, dirinya tak membiarkan elena untuk kabur dari sana.

'shitt!!, Apa lagi ini ya tuhan.' batinnya.

Elena membalikan motornya menuju suatu tempat, bisa di bilang markas zergan dkk.

Di sana ramai ada banyak orang yang selalu tidur disana untuk berjaga jaga.

DORRR...

suara tembakan membangunkan beberapa orang yang sedang tertidur, mereka bergegas ke arah depan markas dan melihat elena yang berlari sambil merasa khawatir.

"Lo ga papa??." Tanya Nerro dan di angguki elena, pistol itu meleset karena elena menghindar lebih dahulu.

"Keparat sialan, siapa mereka??." Ucap ggero mulai mengambil pistolnya dari saku celananya.

"Gua ga tau--, di saat gua mau ke sekolah---, bantuin Alena---, mereka cegat gua di jalan." Kata elena terbata bata karena sedang menetralkan nafasnya.

"Lo masuk ell, ini perintah." Tegas ggero.

Ggero dan Nerro sudah menganggap Alena dan elena sebagai adik mereka, karena ggero dan Nerro kembar jadi mereka menganggap alena dan elena sebagai adiknya karena kembar.

"Tapi???, Lo gimana??."

"Telfon papah Lo buat bantuin Lo di sini, sementara waktu kita habisin mereka." Ucap Derren mengambil Beberapa senjata tajam.

"Kenapa ga pistol semua??, Kan biar gampang serangan jauhnya." Ucap Delvin menatap senjata yang derren bawa.

"Pistolnya cuman ada 4 terus yang sisa gimana??, Duduk diem??, Kan kalian bisa nembakin orang yang mau deketin gua atau mau nembak gua, biar gua lari ke arah mereka." Kesal derren.

"Bego Gua yakin mereka bukan orang biasa, seorang murid ga mungkin punya pistol sebagus itu, dan ga mungkin juga seorang murid bisa menebak sebaik itu." Kata Nerro.

"Ada zergan sama Abian kalo Lo lupa." Sahut Dean.

Sedangkan elena sudah menelfon papahnya untuk membantunya di sini.

Ggero dan Nerro mulai menembak mereka terlebih dahulu, memang sangat keren karena dirinya sudah di latih dari kecil oleh papahnya.

Elena membalikan badannya tidak mau lihat darah yang berceceran di sana, memang orangnya tidak banyak tapi mereka yakin mereka akan kalah jumlah karena 6 orang melawan 40 orang di sana.

Orang 6 itu tidak lain, Ggero, Nerro, Deven, derren, Dean dan Delvin.
















HALLO GAES MAKASIH YANG UDAH MAU BACA CERITA INI.

VOTE + COMEN

NEXT HAPPY READING

In The BadBoy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang