14: I Will Take Care Of You

1.1K 122 14
                                    

Hujan yang mengguyur di malam hari seolah menjadi tanda suasana hati Atha sekarang. Setelah makan malam tadi dia pamit pergi ke café untuk bertemu teman-temannya ditambah Janu dan Javin. Dia rasa mereka semua harus tau mengenai kondisi Hiresh sekarang, karena tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu Hiresh bisa lupa dengan kehadiran mereka semua. Atha tidak ingin mereka mengetahui kondisi Hiresh disaat sang Adik tiba-tiba melupakan ekistensi teman-temannya. Alangkah lebih baiknya Atha memberi tau mereka semua dari sekarang dengan harapan Jazil dan yang lain bisa membantu Hiresh nantinya. Jika mereka keberatan pun Atha tidak akan marah, toh mereka memang tidak memiliki kewajiban untuk melakukan hal tersebut.

Café yang di datangi Atha tidak terlalu ramai mengingat hujan turun cukup derasa diluar. Teman-temannya baru saja tiba dengan mulut yang tidak berhenti mengoceh. Pasalnya si manusia robot itu tiba-tiba memberi kabar agar mereka berkumpul di café biasa. Jelas mereka menolak, tapi Atha memaksa dengan berkata ada hal penting yang harus dia sampaikan. Akhirnya mau tidak mau, Jazil dan Daya yang memang membawa sudah di izinkan membawa mobil harus menjemput temannya satu persatu. Terutama dua bocah SMA yang terlihat senang sekali saat Jazil menjemput mereka.

"Gue kira lo sama Hiresh Bang." Ucap Janu, dia baru saja selesai memesan makanan.

"Mana mungkin gue ngajak dia. Yang ada malah rewel minta pulang."

Daya tertawa, dia jadi ingat saat Atha membawa Hiresh untuk ikut nongkrong di café ini tapi Hiresh malah rewel meminta pulang. Salah Atha juga sih sebenarnya, dia mengajak Hiresh keluar pada pukul 10 malam. Sedangkan waktu tersebut sudah memasuki jam tidur Hiresh. Alasannya sih karena tidak ada orang dirumah, jadi Atha harus membawa Hiresh. Akhirnya anak itu malah tidur di kursi dengan paha Atha sebagai bantalan kepalanya.

"Ya lo waktu itu ngajak dia gak tau waktu." Cibir Yudhis, "Kira-kira aja bocah SMP kelas 9 lo bawa nongkrong jam 10 malem."

"Lah nih bocah 2 pas SMP jam 2 pagi baru pulang ke rumah." Daya menunjuk Janu dan Javin.

"Itu contoh bocah salah pergaulan Day." Jazil terkekeh.

Javin yang sedang memakan sepotong red velvet mengangguk seraya mengangkat garpunya. "Betul itu. Kalo surga dan neraka bisa keliatan, gue, Janu sama Hiresh tuh udah menggambarkan bentukan surga dan neraka."

"Hiresh surga kita berdua nereka." Tangan Janu melakukan tos bersama Javin.

"Bangga lagi bocah." Yudhis mendengus, "Lo ngapain deh nyuruh kita kumpul Tha? Mau balapan lagi?"

"Bukan." Atha menghela nafas, "Gue mau ngomon serius. Ini tentang Hiresh."

"Galih lagi?"

"Bukan Jazil."

"Terus apa?"

Daya mengusap wajah Jazil. "Kepo bener lu."

"Ya abisnya dia lama."

"Dengerin. Hasil pemeriksaan Hiresh keluar hari ini. Hasilnya Hiresh kena demensia dini. Lo tau demensia kan? Kondisi seseorang mengalami penurunan fungsi organ otak. Akhir-akhir ini kalo kalian peka Hiresh jadi sering lupa, kalo ngomong suka enggak fokus, kemampuan berpikir dia juga jadi sedikit nurun. Ternyata dia demensia. Katanya karena Ibunya dulu alzheimer, jadi Hiresh juga kena."

"Yang bener Bang?" Javin menatap Atha dengan tatapan terkejut, "Kalo masalah lupa dia emang akhir-akhir ini sering banget lupa sama sesuatu, cuma gue pikir karena dia pelupa aja."

"Awalnya juga kita mikir gitu Jav, tapi ternyata ada hal lain." Wajah Atha terlihat sedih sekarang, "Gue gak minta banyak. Kalo kalian enggak mau ngelakuin juga gue gak akan marah atau gimana. Tapi bisa gak kalian bantuin Hiresh? Minimal kalo dia lupa di sekolah orang-orang enggak akan ngecap dia aneh. Atau kalo di kelas tiba-tiba dia lupa sama temen-temennya, minimal mereka ngerti sama kondisi Hiresh. Gue sengaja ngasih tau ini karena enggak menutup kemungkinan kalian juga bisa gak dikenal sama Adek gue."

4 BROTHERS || J-Line TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang