12: Luka Hiresh

1K 126 6
                                    

Suasana makan malam yang harusnya penuh kehangatan sekarang berubah menjadi begitu menegangkan. Bunda sudah berkali-kali menarik nafasnya demi menetralkan emosinya yang sudah memuncak. Sore tadi, saat dia dan sang Suami pergi untuk menjemput Atha teman-temannya berkata bahwa Atha sudah pulang. Tapi saat keduanya kembali ke rumah, mereka tidak menemukan Atha dimanapun. Ponselnya juga tidak bisa di hubungi sehingga membuat Jeslyn mengerang frustasi. Sampai tiba saatnya makan malam, anak itu masih belum bisa di hubungi sehingga Jeslyn terpaksa hanya makan malam bersama Maven dan Yoel.

"Bunda sama Ayah besok pagi udah flight ke Jepang! Tapi Adik kalian sampe sekarang enggak ada muncul."

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Yoel dan Maven. Mereka bahkan tidak menyentuh makan malam yang sudah di pesan. Sama seperti Atha, baik Yoel dan Maven tidak bisa menikmati makanan mereka karena masih mengkhawatirkan Hiresh. Jangankan untuk makan, melihat wajah Harris saja keduanya benar-benar malas. Ayah macam apa yang tega memukuli anaknya sampai babak belur? Jika sampai kondisi Hiresh kembali memburuk, rencana Yoel yang akan pergi dari rumah bersama Adik-adiknya benar-benar akan dia realisasikan.

"Yoel ada urusan Bun, maaf enggak bisa lama. Maven, ayok." Tiba-tiba Yoel membuka suara di tengah-tengah keheningan.

"Mau kemana kalian?" Jeslyn menatap anak sulungnya tidak terima, "Duduk Yoel."

"Maaf Bunda, Maven harus ke kampus. Mas Yoel juga harus lembur. Selamat malam." Maven membungkuk hormat sebelum pergi keluar.

"Yoel, duduk atau Ay-"

"Ayah boleh berbuat apapun." Yoel memotong ucapan Harris, "Kali ini Yoel udah cape selalu nurutin kemauan Ayah atau Bunda. Silahkan, lakukan apapun kalau Ayah dan Bunda sudah siap menjadi musuh Yoel."

Jeslyn membanting sendoknya. "Yoel.. sejak kapan kamu begini hah?"

"Sejak Ayah dan Bunda kehilangan akal sehat kalian dengan menyiksa anak yang tidak bersalah. Yoel permisi."

"YOEL KEMBALI SEKARANG! DUDUK!" Harris berteriak marah, "YASAHIRO!!!"

Sayangnya Yoel tidak peduli. Langkahnya terus berjalan tanpa ragu kedepan. Dia benar-benar sudah tidak bisa mentoleransi perbuatan kedua orang tuanya.

"Mas, Hiresh dimana sekarang?" Maven bertanya begitu Yoel berdiri di depannya.

"Di apartement Janu. Ayo kesana."

Mobil Yoel membelah jalanan yang mulai padat. Pikirannya berkecamuk memikirkan kondisi Hiresh sekarang. Tadi Atha sempat mengabarinya, Adiknya bilang Hiresh ketakutan saat dia tidak sengaja mengangkat tangannya. Jujur saja Yoel takut pikiran-pikiran jeleknya menjadi kenyataan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika sampai Hiresh trauma dan harus mengonsumsi obat-obatan yang jumlahnya tidak sedikit.

Setelah menempuh waktu kurang lebih 30 menit, keduanya sampai di unit apartement Janu. Yoel tanpa basa basi langsung bertanya dimana keberadaan Hiresh. Janu menunjuk kamar di samping tangga, tidak lupa dia juga berkata bahwa Hiresh masih tidur sedangkan Atha sedang mandi di kamar miliknya. Sebelum pergi menemui Hiresh, Maven tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Janu. Sahabat Adiknya itu memang benar-benar sudah membantu mereka.

"Ya Tuhan..." Hiresh jatuh terduduk saat pintu yang semula akan dibukanya sudah terbuka dari luar, "Mas ih kaget aku!"

Namun Yoel malah memeluk Hiresh sama seperti yang dilakukan Atha tadi. Bedanya kali ini Maven juga ikut bergabung. Keduanya sama-sama meminta maaf. Hiresh sendiri tidak mengerti, kenapa Kakak-kakaknya terus meminta maaf padahal kejadian hari ini jelas-jelas bukan salah mereka. Dia juga tidak menyalahkan siapapun, termasuk Ayahnya sendiri. Hiresh sudah terluka terlalu jauh, luka seperti ini bukanlah apa-apa untuknya.

4 BROTHERS || J-Line TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang