[21] Feeling

8.6K 480 121
                                    

"Kamu menyukai Enola?"

Satu pertanyaan masuk ke dalam indra pendengaran Brian, dan pertanyaan itu diajukan oleh Kenan, Daddy nya.

Saat ini mereka sedang duduk di ruang kerja Kenan, disana juga ada Zoya, mereka menatap Brian menelisik. Sehabis makan malam, Kenan memanggil Brian kemari, Ia ingin memastikan sesuatu.

"Sayang jawab, Daddy sedang bertanya," titah Zoya.

"Gak tau," balas Brian.

Kenan menghela nafas pelan, Ia memijit pelipisnya yang terasa pening secara tiba-tiba, begitu pula dengan Zoya, Ia terlihat kebingungan dengan situasi sekarang. Apakah Ia harus senang atau marah? Zoya tak tahu.

Akhir-akhir ini Kenan memang mengamati Brian yang seolah berubah semenjak kehadiran Enola.

Brian yang dingin sekaan mencair.

Brian si cuek, berubah penasaran.

Brian yang datar, jadi perhatian.

Meskipun tidak drastis tapi Kenan dan Zoya tau betul bagaimana Brian.

Brian tidak akan menyapa orang lain dan bergaul dengan orang lain, bahkan sampai mengkhawatirkan orang lain, seperti apa yang sudah Brian lakukan kepada Enola.

Bahkan Brian sampai membalaskan dendam Enola kepada Josua dan mantan kakak laki-lakinya tempo hari, padahal Brian paling anti ikut campur urusan orang lain, Ia bahkan tak peduli jika Kenan mendapat masalah, Brian suka membiarkan Daddy nya itu menyelesaikannya sendiri. Tapi kali ini berbeda.

Itu sangat jarang terjadi, atau bisa dikatakan tidak pernah terjadi.

Semua itu disadari oleh Kenan dan Zoya. Mereka berpikir kalau Brian memang menyukai Enola, karena perhatian yang ditunjukkan Brian lebih seperti kekasih dibanding seorang Kakak.

Berbeda dengan orang tua nya yang pusing, Brian malah menatap kosong ke arah pigura besar di depannya yang di tempel di dinding.

Itu adalah pigura berisi foto Enola yang di ambil beberapa hari lalu.

Jika diperhatikan, Brian menemukan lesung pipit kecil di pipi Enola saat gadis tersebut tersenyum.

Kenapa Brian baru menyadarinya sekarang?

Jika dipikir-pikir Enola memang tidak pernah tersenyum atau tertawa di dekat nya, tapi gadis itu malah sering ketakutan dan was-was di dekat Brian, membuat Brian mendesah pelan.

Padahal Brian ingin melihat Enola tersenyum.

Mengabaikan kehadiran Kenan dan Zoya, Brian malah terhanyut dalam pikirannya sendiri.

"Brian!" seru Kenan karena bukannya menjawab dengan serius, Brian malah termenung diam.

"Brian gak tau Dad," ucap Brian seraya berdiri, "kalaupun Brian suka, itu tidak masalah kan?" lanjutnya santai seolah tidak merasakan kebingungan kedua orang tua nya.

Tanpa menunggu balasan dari Kenan, Brian melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut, membuat Kenan geleng-geleng kepala.

Benar-benar memusingkan.

"Sudahlah Dad, kalau pun Brian menyukai Enola, itu malah bagus, artinya Enola akan ada yang menjaga, dan Enola takkan pergi jauh dari kita untuk selamanya," kata Zoya mengusap bahu Kenan.

"Iya, itu memang benar," desah Kenan seraya menyandarkan punggung nya ke kursi.

Jika dipikir-pikir seandainya Brian dan Enola memang berjodoh, maka Enola takkan bisa dibawa pergi jauh, karena Brian memang tinggal di sini.

ENOLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang