[23] Mine

7.5K 361 29
                                    

3 jam sebelum kejadian di kantin.

Sebelum masuk kelas, Enola ingin buang air kecil, alhasil Ia kembali keluar dari kelas barunya dan pergi ke toilet setelah tadi menanyakan letak toilet ke teman sekelasnya.

"Brengsek! persetan sama semua orang di dunia ini!"

Baru juga masuk ke dalam toilet, Enola dikejutkan dengan makian seorang perempuan di depan wastafel. Perlahan Enola masuk ke dalam, Ia melirik perempuan tersebut, tapi Enola segera mengalihkan perhatian lalu masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Selesai dengan urusan yang mendesak yaitu buang air kecil, Enola nampak ragu untuk keluar dari bilik toilet tersebut, Ia bahkan berpikir sejenak untuk segera keluar atau tidak, karena Ia tahu perempuan tadi sepertinya membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, jadi Enola takut menganggu.

Tapi mengingat jam masuk kelas akan segera tiba, Enola akhirnya memutuskan keluar.

Enola berjalan ke arah wastafel lalu mencuci tangan, masih dengan perempuan tadi disana.

Merasa canggung, Enola mengelap tangan menggunakan tisu, kemudian menghadap perempuan itu yang memang sedari tadi menatap Enola dengan sinis, bahkan sampai membuat Enola tak enak hati.

Astaga, penampilannya berantakan, batin Enola menyadari wajah perempuan tersebut.

"Mm, kamu gapapa?" tanya Enola mendadak khawatir walaupun sesaat merasa ragu.

Bagaimana Enola tidak khawatir, perempuan tersebut nampak seperti sudah menangis, wajah sembab memerah dengan nuasan gelap yang menyelimuti dirinya, segera saja Enola mendekat dan bertanya.

"Kenapa lo peduli?" sinis nya.

Enola terdiam sebentar, tapi Ia sama sekali tidak mengambil hati perkataan perempuan tersebut, karena jujur saja Enola sudah terbiasa diperlakukan seperti itu dulu.

"Sebaiknya kamu cuci muka, ini aku bawain tisu," ujar Enola.

Salah satu alis perempuan tersebut terangkat, seperkian detik Ia seperti tertegun dengan ucapan Enola dan tangan Enola yang menyodorkan beberapa lembar tisu. Tapi perempuan tersebut segera memalingkan wajah menghadap cermin.

Wahh gila, muka gue ternyata berantakan banget, batin perempuan tersebut.

Tanpa sadar Enola terkikik melihat ekspresi perempuan tersebut yang syok dengan penampilannya sendiri. Hal itu pun membuat sang empunya merasa malu dan segera mencuci wajah lalu menerima tisu yang Enola sodorkan.

"Ehh, itu di bawah matanya masih ada noda, sini aku bantu."

Entah keberanian dari mana, Enola mengelap noda maskara yang tertinggal di bawah mata perempuan itu. Bukan tanpa alasan Enola melakukan nya, itu karena Enola tahu betul bagaimana rasanya menangis sendirian di toilet sekolah mengingat kejadian dulu dimana Ia selalu di bully di sekolah lamanya.

Enola tak tega membiarkan orang lain seperti dirinya di masa lalu.

"Kenapa lo baik sama gue?" celetuk Perempuan itu.

Enola seketika terdiam, Ia mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali menyadari tatapan perempuan itu yang nampak tajam. Sadar atas kelancangannya, Enola segera menarik tangan menjauh kemudian menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal sama sekali, sepertinya Ia sudah keterlaluan.

"Maaf kalau kamu gak-"

"Gapapa," potong nya cuek.

Perempuan itu kembali menatap cermin lalu merapihkan rambut yang awalnya acak-acakkan.

ENOLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang