[29] Memory

5.5K 289 25
                                    

Keadaan Brian memburuk.

Walaupun tadi sore sempat membaik, tapi saat malam tiba, demam yang di alami oleh Brian semakin memburuk, Ia bahkan sampai menggigil seraya mengerutkan kening kuat, seakan sedang bermimpi buruk.

Enola berdiri menatap Brian yang terbaring lemah di atas ranjang, pikirannya kosong, apakah Ia kurang memperhatikan Brian? apakah Ia kurang telaten mengurus Brian yang sedang sakit? pikir Enola.

Rasa bersalah menyelimuti diri Enola, Ia merasa kalau keadaan Brian yang memburuk adalah karena ulahnya yang tidak becus mengurus Brian.

"Ayo kita ke rumah sakit," seru Kenan.

Mendengar kabar jika Brian jatuh sakit, Kenan dan Zoya segera pulang, mereka segera mencek keadaan Brian.

Selepas Kenan membantu Brian berjalan ke arah luar rumah, Zoya yang menyadari Keadaan Enola segera menghampiri gadis tersebut kemudian merangkulnya lembut.

"Sayang Kakak gapapa, Kakak bakal sehat lagi kok setelah di rawat nanti, ini bukan salah kamu, jangan sedih ya," ucap Zoya memberi pengertian.

"Tap-"

"Sstt... udah Mommy bilang, ini bukan salah kamu, lagian kamu udah panggil Dokter kan tadi ke rumah?"

Zoya tersenyum keibuan, Ia mengusap pipi Enola yang merah, Ia mengerti apa yang dirasakan oleh Enola.

"Udah jangan merasa bersalah, Kakak mu itu memang suka sakit parah 2 tahun sekali, jadi ini gak ada hubungannya sama kamu."

"Sakit parah 2 tahun sekali?" beo Enola terkejut.

Wajah lesu Enola berubah terkejut, Ia bahkan menggenggam tangan Zoya yang sedang mengusap pipi nya. Apakah itu artinya, Brian sudah sering sakit seperti ini? pikir Enola.

"Iya," jeda Zoya, "udah sekarang ayo kita ke rumah sakit," lanjut Zoya sebelum Enola bertanya lebih lanjut.

Rasa penasaran Enola tertunda karena Zoya segera menarik tangannya menuju keluar rumah, menyusul Kenan dan Brian yang sudah berada di dalam mobil.

"Sayang kamu duduk sebelah Kakak ya, sambil tolong selimutin Kakak nya pake selimut itu," titah Kenan lembut meskipun wajah nya sangat jelas sedang panik, tapi Ia berusaha terlihat tenang, tak ingin istri dan putrinya semakin panik dan sedih.

Menuruti perintah Kenan, Enola segera menyelimuti Brian dengan selimut bermotif bunga-bunga berwarna pink (selimut milik Zoya), kemudian memeluk Brian yang menggigil seraya menyandarkan kepala Brian di bahunya.

Setelah Kenan dan Zoya duduk di kursi depan, mobil pun mulai melaju menuju rumah sakit.

"Ibu...." gumam Brian pelan, saking pelannya hanya Enola yang bisa mendengar hal tersebut.

Sepersekian detik Enola tertegun mendengar gumaman Brian. Apakah Brian baru saja menyebut kata 'Ibu?' tapikan mereka memanggil Zoya dengan sebutan Mommy? bingung Enola.

"Ibu? siapa?" gumam Enola.

***

"Brian, sini Nak."

Brian kecil menyembulkan kepala di balik pintu kamar Sang Ibu, Ia membawa sebuah robot mainan di tangannya seraya menelisik keadaan di dalam kamar.

"Ibu sibuk?" tanya Brian.

Menyadari putra tunggalnya merasa kesepian sehingga datang malam-malam ke kamar miliknya, Marissa segera menutup laptop kemudian merentangkan kedua tangan menyambut kedatangan Brian.

Senyum kecil terbit di wajah Brian kecil, Ia berjalan cepat menuju Sang Ibu kemudian menenggelamkan diri dalam pelukan hangat sosok yang selalu Ia rindukan.

ENOLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang