[9] Lunch

11K 511 16
                                    

"Sshhh...."

Perlahan kelopak mata Enola mengerjap menyesuaikan cahaya matahari yang berusaha masuk ke dalam retina nya. Bibir nya pun sesekali meringis merasa pusing, mungkin efek dari obat tidur.

Salah satu tangan Enola hinggap di kepala nya, Ia memijat pelipis nya pelan, sebagai upaya agar kepala nya tak pusing, dan berhasil, rasa pusing itu hanya bertahan sebentar, setelah Enola membuka mata nya sempurna, pusing itu langsung menghilang.

"Aku dimana?" gumam Enola.

Manik coklat terang milik Enola melirik ke segala penjuru kamar, kerutan di kening nya sangat kentara, menandakan jika gadis itu merasa bingung dan asing.

Perlahan, tatapan Enola menunduk, Ia menatap ke arah tubuhnya yang terhalang selimut, tanpa menunggu lama, Ia menyingkap selimut tebal tersebut.

Seketika kedua bola mata Enola membulat, pakaian nya sekarang sudah berganti dari pakaian yang Ia gunakan semalam, yaitu sebuah piyama panjang berwarna peach.

Enola memegang dada nya yang tiba-tiba berdegup, Ia menatap kosong ke arah depan dengan wajah pias.

"Apa yang terjadi?" gumam Enola bingung sekaligus takut.

Ceklek....

Tubuh Enola tersentak saat mendengar suara pintu terbuka, refleks Ia menoleh ke asal suara dengan mata yang sedikit melotot karena terkejut.

Rasa terkejut Enola semakin meningkat saat Ia melihat sesosok wanita paruh baya masuk ke dalam kamar yang Ia huni.

Wanita itu adalah Zoya, Ia masuk ke dalam kamar dengan senyum tipis, Zoya merasa gemas melihat wajah terkejut yang Enola tampilkan.

"Sudah bangun?" tanya Zoya.

Zoya melangkahkan kedua kaki nya menuju ranjang, senyum nya semakin lebar melihat Enola yang malah melongo sambil melihat ke arah nya, apalagi Enola saat ini tengah memegang selimut erat-erat.

"Sayang," panggil Zoya.

Zoya mendudukkan dirinya di sebelah Enola, tanpa meminta persetujuan gadis itu, Ia mengusap surai indah milik Enola, membuat Enola tersadar dari lamunan nya.

Tanpa sadar, Enola memundurkan kepala nya, Ia merasa asing dengan Zoya.

Mendapat reaksi seperti itu, tangan Zoya sontak terdiam, lalu Ia pun segera menarik tangan nya, tersenyum kembali kepada Enola.

"Tante siapa?" tanya Enola.

Kelopak mata Enola mengerjap beberapa kali, Ia sama sekali tak mengenal wanita di hadapan nya.

"Saya Zoya, sayang," balas Zoya lembut.

"Kenapa aku ada di sini?" cicit Enola merasa takut.

"It's okey, kamu ada di rumah Tante, suami Tante yang bawa kamu ke sini semalam."

"Om Kenan?"

"Iya, sayang."

Ingatan Enola kembali ke kejadian semalam, dimana Kenan sudah menolong nya dari kekejaman Hero, ternyata wanita anggun nan cantik di hadapannya ini merupakan istri dari Om Kenan.

Enola menghela nafas lega, apalagi saat mengetahui jika ini rumah Om Kenan, pria baik yang sudah mau repot-repot menolong diri nya.

"Kamu baik-baik saja kan? tidak pusing?" tanya Zoya.

Kepala Enola kembali terangkat, Ia menatap Zoya dengan pandangan polos, lalu menggelengkan kepala nya pelan, karena memang Ia sudah tak merasa pusing lagi.

"Bagus lah," gumam Zoya.

Zoya menatap intens ke arah Enola, Ia dapat melihat jika wajah Enola memiliki beberapa kemiripan dengan Sang Suami. Hidung dan mata Enola mirip seperti Kenan, tapi dengan warna mata yang berbeda, jika Enola berwarna coklat terang, maka Kenan berwarna hitam.

ENOLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang