•°WeC•°

15 3 2
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

....
Hahh....

Gadis itu terperanjat, mimpi itu kembali datang. Ah, lebih tepatnya kenangan yang menjadi mimpi buruk, sejujurnya hal ini sama sekali tidak bisa disebut kenangan. Karena hanya memberikan luka, bukan kebahagiaan.

Baginya, kenangan tersebut harus harus ia musnahkan, walaupun dengan cara yang harus menyakitinya.

Menyakitkan, hidup dalam bayang-bayang kenangan yang meninggalkan rasa bersalah untuknya.

Hingga saat ini, ia masih di hantui rasa bersalah yang tak berujung karena kematian ibundanya. Ia merasa bahwa dirinya lah penyebab sang ibu meninggal dunia. Hanya karena satu pertanyaan yang ia lontarkan, mampu membuat rasa bersalah tak berujung ini.

Semua asumsi yang ia simpulkan lah yang membuatnya seperti ini. Ia tak mengetahui yang sebenarnya, karena sang nenek menyembunyikan kebenarannya hingga ia tiada. Dan hingga kini menyisakan gadis itu dengan rasa bersalah yang sebenarnya tak berdasar.

"Bunda, maaf." Isak gadis itu. Malam ini ia kembali menangis, melupakan kembali perkataan seseorang yang menyuruhnya untuk berhenti menangis.

Setelah puas meluapkan segala emosinya, ia pun beranjak dari tempat tidurnya. Jika dirinya memaksakan untuk memejamkan mata kembali pun tidak akan bisa, kecuali dia kembali meminum obat tidur.

Tapi tidak bisa, dia sudah berjanji pada seseorang untuk tidak meminumnya lagi. Dan ia merupakan tipe orang yang akan menepati janji yang dibuatnya.

Diptaa

Dipta? Kamu sudah tidur?
02.14

"Apa yang aku pikirkan? Dia pasti sudah tertidur." Dia mungkin akan menggangu Dipta lagi kali ini, karena siapa lagi yang akan menjadi pendengarnya disaat seperti ini. Kecuali dia, Niscala Dipta Bhagawanta, sahabatnya.

Tiba-tiba saja benda digenggaman nya bergetar, dengan nama Dipta yang tertera.

"Halo, Dipta." Sapanya.

"Maaf aku mengganggu mu lagi, pasti kamu sudah tidur ya." Sambungnya.

"Untuk apa minta maaf sih, gak perlu lah. Kamu kenapa La? Mimpi buruk lagi ya?"

"Iya, mimpinya terus menerus datang." Balasnya pelan.

"Udah minum? Kalau belum minum dulu, tarik napas dalam-dalam terus hembusin pelan-pelan. Jangan panik lagi."

Nala langsung mengikuti arahan Dipta, ia merasa lebih tenang sekarang. Ia seringkali lupa akan hal-hal yang bisa membuatnya lebih baik jika sudah bermimpi seperti ini, dan pasti Dipta lah yang akan menuntunnya.

When Everything ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang