Happy reading babe!.....
Hal yang tidak di sangka oleh Dipta, ia akan kembali bertemu dengan sosok yang menjadi cinta pertamanya, dulu.
Ia kira, setelah perempuan itu menghilang begitu saja meninggalkannya, ia tak akan pernah bertemu lagi dengannya. Iya, itu awalnya saja. Tapi lihatlah sekarang, Zanna, cucu dari nenek itu adalah perempuan yang sama dengan Zanna-nya.
Sejujurnya, ia tidak tahu mengapa dunia bisa sesempit ini. Ia yang dulu hampir saja menggila saat mengetahui Zanna menghilang dan ternyata perempuan itu selalu berada di sekitar nya. Ia merasa seperti orang bodoh saat ini.
"Apa kabar, Dipta?" Perempuan itu memecahkan keheningan yang sempat melanda beberapa saat.
Ia terlihat kikuk saat Dipta hanya terdiam menatapnya. Dulu, tatapan itu penuh dengan rasa memuja dan rasa cinta yang amat sangat terlihat jelas. Tapi kini, ia rasa itu semua sudah menghilang. Namun entah mengapa, kenyamanan itu masih terasa, seolah tidak pernah terjadi sesuatu diantara mereka.
"Baik, aku baik. Bagaimana dengan kamu?" Sungguh, euforia apa ini. Sangat menyesakkan.
"Aku juga baik." Zanna tersenyum tipis.
Ah lihatlah, bahkan senyumnya masih sama. Senyuman yang dulu selalu menjadi kesukaannya.
Iya, dia memang sesuka itu pada Zanna. Dipta tidak akan mengelak dan mungkin perasaannya masih sama seperti dulu, mungkin.
"Oh ya, aku lupa. Tujuan ku sebenernya mau kasih tau kamu, kalau nenek kamu sekarang ada di rumah sakit," Ucap pria itu, hampir saja ia melupakan tujuan utamanya.
Mendengar hal itu gurat khawatir terlihat jelas diwajah Zanna. Dan Dipta melihat itu dengan jelas.
"Tenang dulu, nenek kamu baik-baik aja. Tadi aku gak sengaja menyerempet beliau, dan maaf untuk itu." Ujar Dipta dengan raut wajah penuh rasa bersalah.
Perlahan gurat kekhawatiran itu berkurang, namun terlihat jelas jiga bahwa Zanna masih terlihat cemas. Neneknya adalah satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini, ia tidak ingin terjadi suatu hal yang buruk pada neneknya.
"Boleh aku tau dimana rumah sakitnya?" Tanya Zanna.
"Ayo, kita pergi bareng." Pria itu melangkah lebih dulu.
Aneh, jantungnya tidak berdebar kencang sekali seperti dulu. Tapi ia yakin, dirinya masih menyukai perempuan itu. Lagipula, bagaimana bisa ia melupakan cinta pertamanya begitu saja? Tidak mungkin.
Dengan tergesa-gesa, Zanna kembali masuk ke dalam toko lalu kemudian keluar menyusul Dipta yang sudah bersiap dengan kendaraannya.
"Aku bawa motor, nanti aku ikutin kamu dari belakang aja ya." Ungkap perempuan itu.
"Gak usah, naik aja. Nanti bisa kamu bisa ambil motornya, soalnya kalau gitu pasti lama."
Tidak, Dipta tidak sedang mencari kesempatan atau modus. Ia berkata jujur, jalanan di jam seperti ini pasti sangat macet mengingat ini jam nya makan siang.
Zanna menatapnya ragu, ia terdiam lalu tak lama menaiki motor itu. Bukan apa-apa, hanya saja ia merasa dejavu dengan hal ini.
Oh tidak Zanna, jangan pikirkan itu.
Ia menggelengkan kepalanya sekilas. Bersamaan dengan itu Dipta mulai menjalankan motornya.
Sepertinya tidak hanya Zanna, pria itu juga merasa dejavu saat ini. Ia mengingat momen-momen saat keduanya selalu bersama. Saat keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah.
Pria itu melirik Zanna pada kaca spion motornya, perempuan itu terlihat masih cemas.
"Jangan khawatir, nenek kamu baik-baik aja. Kita juga sebentar lagi sampai." Ucapnya dengan sedikit berteriak, karena suara bising di jalanan.
Ia melihat perempuan itu mengangguk dan kemudian membalas tatapan Dipta.
"Terima kasih, Dipta." Balasnya tulus dengan bibir yang melengkung keatas.
Sedangkan Dipta hanya menganggukkan kepalanya. Ia bingung, ia senang saat perempuan ini terlihat kembali dalam radar nya. Tapi mengapa rasanya seperti tak sama, apa yang berubah dan apa yang berbeda?
Ia benar-benar tidak mengerti.
Menurutnya, mungkin perasaannya masih sama.
Ya, mungkin.
.....
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Everything Changes
Ficção AdolescenteSemuanya bermula ketika dua orang dipertemukan namun berakhir dengan kata persahabatan. Si gadis penyuka hujan dan laki-laki pemilik senyuman teduh. Takdir seolah mempermainkan sang gadis, ketika dia sadar bahwasanya dia memiliki sebuah rasa dan den...