•°WeC•°

1 0 0
                                    


Happy Reading

——

Nala rasa sedikit aneh melihat perempuan yang sudah lama tidak ia lihat kini berada di depannya.

"Naladhipa, apa kabar?" Zanna, perempuan itu tersenyum tipis dihadapan ku.

Lama terdiam, ia pun menanggapi dengan sedikit rasa canggung. Sungguh, mereka sudah tidak bertemu selama 7 tahun lamanya. Rasanya akan lebih aneh jika mereka bersikap biasa saja.

"Aku baik." Balasnya singkat. Entahlah, dia malas berbasa-basi dengan perempuan yang telah menyakiti Dipta.

Mendengar respon singkat itu, Zanna hanya kembali mengulas senyum kecil di wajah manisnya. Sudah ia duga, perempuan itu, yang merupakan sahabat dekat Dipta, pasti masih tidak suka padanya. Terlebih setelah kejadian itu.

Sedangkan Dipta, dia bingung sekali harus bersikap bagaimana. Disisi lain ia merasa tidak enak pada Zanna atas respon Nala tersebut. Tapi ia juga memaklumi alasan Nala bersikap seperti itu, tentu saja karena Nala sangat sangat peduli padanya.

"Dipta, terima kasih udah bawa nenek aku kesini. Kamu boleh pulang kok, gak perlu nunggu nenek lagi. Aku sudah sangat bersyukur dengan kamu bawa nenek aku ke rumah sakit ini." Ungkap Zanna, ia merasa tidak nyaman dengan tatapan Nala yang terasa seakan melubangi tubuhnya.

Merasakan apa yang dirasakan oleh Zanna, Dipta pun dengan terpaksa pergi berpamitan sembari menggandeng Nala untuk pergi bersamanya.

"Baiklah, kalo gitu aku pergi dulu ya, Zanna." Pamitnya.

Nala yang ditarik seperti itu hanya diam saja, jujur saja memang, ia merasa tidak suka akan kehadiran Zanna. Perempuan itu terlihat sangat menyebalkan di mata Nala. Apalagi setelah lintasan kejadian dulu.

"Nala, kamu gak seharusnya natap Zanna kaya gitu. Dia keliatan gak nyaman tau." Dipta berujar sambil memandang wajah malas perempuan itu.

"Suka-suka aku saja, aku yang punya mata." Balasnya dengan jengah. Ia tidak suka jika Dipta mulai membela perempuan itu.

Memangnya Dipta itu batu ya? Apa dia tidak merasa sakit hati dengan tindakan Zanna dulu dan yang menyangkut dirinya? Dasar pria batu.

"Kamu gak bisa kaya gini, jangan kekanak-kanakan." Ujarnya lelah.

"Kamu terlalu bodoh Dipta, jangan karena cinta kamu bisa melupakan hal yang hampir bikin kamu gila dan buat aku mati." Tandasnya pedas. Bodoh sekali pria ini.

Inilah kepribadian Nala, ia kasar. Bahkan bisa lebih kasar jika dirinya merasa kesal dan terancam. Dan Dipta kini tak lagi bisa memahaminya.

Setelah mengucapkan hal tersebut, ia melengos pergi.

Untuk kali ini, ia merasa kecewa dengan perkataan Dipta.

——

Heyooo, aku balik lagi. Maaf yaa baru update kali ini, soalnya aku lagi hectic banget di rl.

Semoga kalian suka yaa!

Enjoy reading! And don't forget to rules.

24 Maret 2024
Tbc.

When Everything ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang