🪄 AWI 6 ✨

2.5K 293 36
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah ini bercanda?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah ini bercanda?

Jawabannya adalah tidak. Sebab aku keluar rumah untuk menyetop taksi. Pergi ke tempat pertemuan tanpa berpikir, dan tujuanku adalah meminta maaf secara langsung kepada Mile.

Aku merasa tidak sopan telah menaruh prasangka beruntun padanya, padahal pria sebaik Mile sungguh eksis di dunia. Dia hidup, tapi dipandang sebelah mata oleh orang-orang sepertiku. Maka akan kukembalikan hak-haknya sebagai manusia siang ini.

Namun, ekspektasiku ternyata keliru lagi. Kupikir kita akan bertemu di restoran seperti dulu (tidak kulihat jeli lokasinya) tapi si sopir taksi membawaku ke tempat berbeda. Itu adalah gedung seni The Brook Heroism di Barker Street nomor 746. Sangat sepi, karena ramainya adalah di malam hari. Biasanya orang akan menonton show lukis pasir di dalam. Kadang juga Opera kecil tentang kisah cinta.

Kulihat Mile berdiri menunggu di sayap kiri sambil merokok. Tapi dia kelihatan gelisah. Terbukti bagaimana Mile melempar puntung rokoknya yang masih panjang. Lalu menggantinya dengan baru tanpa alasan. Dia menyalakan korek berulang kali karena emosional. Lalu mengembuskan asapnya ke udara sambil terpejam.

Hei, ada apa dengan pria ini?

Aku pun mendekat dengan langkah hati-hati. Tidak ada lagi Bella di tengah kami berdua. Tapi pernyataan Mile waktu itu tetap membuatku terperanjat.

"Hai, Phi Mile--"

"Boleh aku menciummu untuk terakhir kalinya?"

".... hah? Apa?"

"Aku ingin menciummu untuk terakhir kali," kata Mile, menekankan sekali lagi. Dia menatapku seolah memendam rindu amat dalam, tapi kakinya tetap di tempat dengan rokok diantara sela jari. Aku yakin pria ini sudah di batas akhirnya, ingin melepasku. Tapi mungkin akan jadi gila jika aku tetap tidak mengizinkan.

"Aku janji takkan mengganggumu setelah ini."

"...."

Napasku pun tertahan sesaat. Sesak sekali, dan jujur ini lebih menegangkan daripada saat aku menembak Davikah. Jantungku berdebar hingga gemuruhnya seperti badai, dan keringatku merembes di telapak tangan layaknya hujan. Padahal usiaku sekarang 37 dan beranak satu, tapi menghadapi pria ini kuakui benar-benar kebingungan.

𝐀𝐅𝐅𝐀𝐈𝐑 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐈𝐍𝐅𝐈𝐃𝐄𝐋𝐈𝐓𝐘 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang