4.FLARA

252 11 0
                                    

Yuk komen vote

Yuk bisa yuk bisa

...

"Bener kata flara, gak seharusnya lo bawa mayra ke sini." semua mata menatap ke arah orang yang berkata barusan, arlan, arlan lah yang mengucapkan itu.

"Lo bela cewek itu ar?" tanya vino heran.

"Gue bela yang bener." jawabnya yang masih santai mengamati handphone nya.

"A-aku emang sa-salah kok, ma-maaf." mayra menunduk, ia merasa takut saat seperti ini, seharusnya tadi ia tidak memaksa rayyan untuk ikut nongkrong.

"Mayra ratunya ATTAK, jadi wajar kalo dia ikut nongkrong di mana pun kita ada." ando tampak bangga dengan jawabannya.

"Lagian ini juga rumah gue, dan gue bolehin mayra buat dateng kesini."ujar charel.

"Serah kalian deh, bodoamat gue, mending makan." flara berjalan ria ke arah dapur dengan tangan yang masih setia menenteng plastik yang berisikan pesanannya.

"Omg, omg, astaga, ini menggoda iman banget." flara menatap isi pesanannya, yang tak lain adalah ceker mercon, basreng, dan martabak sebagai makanan penutup.

Flara mulai memasukkan ceker itu ke dalam mulutnya, ia memekik senang saat rasa pedas dan nikmat mulai menyatu ke dalam mulutnya, dengan lahap ia menghabiskan makanan pedas itu.

"Huh, pedes banget gila, huh, hah....." flara beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju kulkas untuk mengambil air minum.

Tapi saat dirinya hendak berbalik, ada sebuah tangan kekar yang sedang mengambil cola, flara tak bergerak sedikitpun, perlahan, flara berbalik dan menatap siapa orang itu.

"Apa?"

Flara menelan salivannya susah payah, karena jarak antara keduanya sangat dekat, "bi-bisa menyingkir gak, ar." pinta flara gugup, arlan, cowok itulah yang ada di hadapannya.

Flara mendengus lega saat arlan mulai menjauh dari tubuhnya, ia kembali ke meja makan dan memakan martabak manisnya lagi, tiba-tiba ia teringat mayra yang berada di rumahnya, jika mengikuti alur novelnya, flara yang asli akan labrak mayra, dan berakhir di kurung di kamar oleh kakak kembarnya, berarti, berarti, besok flara yang asli akan bully mayra, tapi, ini semua tidak akan terjadi, dirinya masih ingat dengan ending cerita ini, flara akan mati karena ia akan pergi membunuh mayra, tapi belum sampai ke kediaman mayra, cewek itu udah meninggal karena kecelakaan tunggal.

Flara bergidik ngeri mengingat nasibnya yang akan terjadi di masa depan, 'tapi gue bukan flara yang asli, ya kali mau mati lagi, ogah ah deket deket sama tokoh utama.'

"Kenapa bengong?"

Flara tersentak kaget mendengar suara itu, ternyata arlan masih berada di dapurnya ternyata.

"Mikirin apa?"

"Bukan urusan lo sih." jawab flara acuh, ia kembali memfokuskan diri untuk memakan martabak manis yang ada di depannya.

"Kenapa lo masih ada disini? Kenapa gak ngumpul ama temen lo itu."

"Lo ngusir?"

"Kalo lo ngerasa ya gitu."

Bukannya pergi, arlan malah menarik kursi lalu duduk di hadapan flara, kedua netra matanya tak lepas dari gerak gerik flara yang sedang memakan martabak dengan lahap, sukses membuat sudut bibirnya tertarik.

"Apa lo liat liat gue?" sewot flara.

"Berapa taun lo kagak makan?"

"Lo kira gue semedi? Ya kali gak makan ber-tahun tahun."

FLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang