13.FLARA

193 6 1
                                    


Hay

Ketemu lagi nih kita

Udah pada gak sabar yah.

Oke selamat membaca

***

Vano menyenggol lengan charel yang duduk di sebelahnya, membuat sangat empu yang asik memakan cemilan langsung menoleh ke arahnya dengan pandangan bingung.

"Itu tuh." vano menunjuk Rayyan yang duduk di depannya dengan bola matanya, charel mengikuti arah tunjuk vano dan mendapatkan sosok Rayyan yang diam dan menurutnya itu biasa aja nah kalo kayang baru gak biasa.

"Apaan dah? Emang dia kenapa?"

Vano melirik charel dengan kesal, "ck, lo gak ngerasa aneh sama si bos?"

"Emang kenapa?" sambung ando.

"Si bos aneh yah, dia diem mulu."

"Kalo bos kayang ya baru dia aneh, emang dia diem dari dulu kok." sahut charel, kenapa pula dengan si vani, bukankah hal biasa kalau Rayyan diam.

"Enggak gak gitu maksud gue, maksudnya nih yah, tatapan matanya tuh kek kosong diliat dari mukanya aja si bos udah kayak banyak pikiran dia." jelas Vano, charel dan ando sontak melihat ke arah Rayyan secara bersamaan.

"Lah iya yah, kok gue baru nyadar."

Charel menendang-nendang kaki sangat kembaran, "sst el, sst el." panggilannya dengan nada berbisik.

"Hm." khael masih fokus dengan ponselnya.

"Coba deh lo tanyain si bos kenapa gitu."

Khael melirik sebentar pada Rayyan lalu kembali fokus pada ponselnya, "ogah."

Charel berdecak kesal, inilah kenapa ia sangat malas jika berbicara dengan kembarannya, jika ada arlan pasti sudah peka dengan keadaan, tapi sayangnya arlan tidak ikut bolos bersama mereka, yaiyalah orang dia ketua kelas.

"Eh mau kemana ray?" tanya vano.

"Pulang."

"Etdah, kayak orang banyak pikiran ajah si bos."

***

"Ah, ni mobil minta di sleding agaknya." kesal flara seraya menendang-nendang ban mobilnya, ah kenapa pula tadi ia ke toilet tanpa di temani kedua temannya sih.

"Plis deh ini udah sore banget, enggak mungkin ada bus lewat." flara memijit pangkal hidungnya, pening kepalanya oy.

Kakinya melangkah ke halte dekat sekolahnya, mungkinkah ojol bisa pada waktu sekarang?

"Naik."

Flara spontan mendongak menatap siapa yang berbicara, syok dong ia karena tahu siapa yang berada di depannya besertaotor yang di naiki orang tersebut.

"A-arlan?" kagetnya.

"Cepet naik, hampir malam bahaya." ucapnya lagi tanpa mau di bantah.

"Mobil gue gimana? Gak mungkin tinggal gitu aja kan?"

"Entar biar suruhan gue yang angkut."

Flara mendekat dengan takut-takut, tapi ia dibuat terkejut saat arlan turun dan mengikatkan jaketnya pada pinggang flara.

"Ar, lo kok belom pulang juga?"

"Ada sedikit urusan." bohong. Ia sama sekali tak memiliki urusan ia memang tidak pulang karena sedang memperhatikan flara sejak dari tadi.

Flara ber-oh ria, lalu ia menaiki motor arlan dan keduanya mulai menjauh dari tempat halte tersebut.

***

Mayra tersenyum sumringah, di lihat dari manapun ia sangat bahagia, karena Rayyan mengajaknya ketemuan di taman dekat rumahnya, beruntung keluarganya sedang tidak ada di rumah, jadi ia bisa bebas menghabiskan waktu dengan Rayyan.

Mayra langsung berdiri dan menghampiri Rayyan yang tampak berjalan ke arahnya, segera ia memeluk cowok tersebut dengan hati berbunga-bunga.

"Kamu tadi bolos yah, pantesan tadi kamu gak keliatan."

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Senyum mayra luntur, mengapa perasaannya tak enak, dan lagi kenapa Rayyan menggunakan bahasa lo-gue bukannya aku-kamu, semoga saja firasatnya salah.

"Iya kamu mau ngomong apa?" tanyanya dengan nada riang.

Rayyan melepas tangan mayra yang masih memeluknya dengan hati-hati, "gue mau putus."

Luntur sudah senyum manisnya, mendengar kata itu membuat matanya merah dan ber embun, mayra menghirup nafas dalam-dalam, dadanya sesak, dan hatinya sakit.

Cukup lama keheningan melanda mereka berdua, akhirnya mayra mendongak dengan air mata yang sudah tak bisa ia bandung lagi.

"Kenapa?" tanyanya parau.

"Dari awal hubungan kita salah dan—"

"Bukannya hubungan kita ada sebelum pertunangan kamu? Lalu salahnya dari mana? Harusnya yang salah itu adalah pertunangan kamu kan?"

Rayyan menghela nafas berat, "memang hubungan kita ada sebelum gue tunangan, tapi harusnya kita udahan saat pertunangan itu ada, ini salah gue, tapi ay, mau ngelak gimanapun juga, hubungan pertunangan gue lebih tinggi dari pacaran, sia-sia aja kita pacaran kalo pada akhirnya gak bakal bersatu juga, gue gak mau sakit terlalu dalam, gue juga kasian sama lo yang nanti mungkin bakal lebih sakit dari gue, makanya dari itu, ayo kita sampai sini aja, papa juga bakal gak restuin hubungan kita, gue gak bisa bantah papa gue, sorry mayra."

Mayra menunduk dengan air mata yang terus keluar, sakit? Jangan di tanya, bahkan semuanya meninggalkan dirinya sendiri.

"Boleh aku peluk untuk yang terakhir kalinya?" tanya mayra dengan nada lirih, tak ada jawaban dari Rayyan namun tubuhnya sudah di rengkuh oleh cowok itu, membuat tangis mayra menjadi-jadi.

"Sekali lagi liat mereka pelukan kenapa hati gue sakit yah?"

***

Halo maaf ya agak lama updatenya, author sibuk terus soalnya.

Oh ya kalian pilih mana nih?

Rayyan atau arlan

Jawab di komentar yah.

FLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang