"Keeeeiii!!!"
Tok! Tok! Tok!
"Sudah belum? Telat lho ini."
"Iyaaa! Bentar lagi!"
Keisya menjepit bulu mata palsunya satu persatu, lalu secepat kilat membuka roller yang membentuk curly rambut panjangnya. Tidak lupa ia sapukan sedikit kuasan bronzer untuk mempertegas tulang pipinya. Ia rapikan sedikit tatanan rambutnya yang sudah bergelombang cantik.
Sementara di luar kamarnya, Dida tengah mondar-mandir tidak karuan karena panik membayangkan jika ia akan terlambat meeting penting pagi ini hanya gara-gara ulah istrinya yang entah sedang bersemedi apa di dalam kamar.
Keisya periksa sekali lagi penampilannya kali ini dengan seksama lewat refleksi dirinya di dalam cermin panjang. Mini dress putih yang dipadankan dengan blazer abu-abu semakin mempertegas lekuk tubuhnya. Ia tidak salah pilih baju. Keisya bahkan tersipu sendiri dengan penampilan seksi nan modisnya ini.
"Keeei!!! Buruan!"
Teriakan dan ketukan tak sabar Dida dari balik pintu kamarnya kembali menggaung, membuat Keisya berdecak sebal dan segera membuka pintu.
"Iya, tau! Bawel!"
Dida yang tadi sudah berniat mengomeli istrinya, kini terpaku dan mematung meniti penampilan Keisya dari atas kepala sampai bawah kaki.
Sedangkan Keisya terlalu abai memperhatikan fokus suaminya yang tengah memicing karena ia tengah berlari kecil mengambil heels putihnya yang tersimpan di dalam rak lemari.
"Apa liat-liat begitu? Ada yang salah?" cibir Keisya karena percaya diri telah berhasil menyihir suaminya itu dengan pesona paripurnanya pagi ini.
"Kamu mau kerja, kondangan, atau dangdutan?"
Keisya menoleh tak percaya dengan komentar sinis suaminya. Ya kali tampilan sudah cantik maksimal seperti Angelina Jolie malah dibilang mau dangdutan.
"Ya kerjalah. Emang kenapa? Nggak boleh Kei tampil cantik ke kantor?" tantangnya sebal.
"Kerjaan kamu ngurusin mangrove, hutan bakau. Nggak salah pakai pakaian seperti ini?" Dida menggerakkan tangannya atas bawah untuk menunjuk penampilan istrinya itu.
"Kerjaan Kei cuma admin di kantor. Jarang turun ke lapangan. Apalagi hari ini. Pak bos lagi cuti."
"Ya tapi nggak perlu berlebihan seperti ini juga kan?"
"Berlebihan??? Lebih berlebihan mana sama Mbak Sella resepsionis di kantor Mas Did?"
Jujur, Keisya malah suka jijik melihat penampilan Sella sang resepsionis yang terlalu sering memamerkan belahan kebanggaannya. Wanita putih itu biasanya membuka 3 sampai 4 kancing teratas kemejanya, sengaja. Mungkin sekalian menyelam minum air. Siapa tahu ada klien tajir yang nyantol di belahan dan bisa merubah nasibnya. Ini hanya asumsi dan prasangka buruk Keisya and the gank, sih.
"Kamu mau dibandingin sama dia?" Dida ikut meraih sepatu loafer coklat-nya di dalam rak lemari lalu berdiri tegak memusatkan perhatian sepenuhnya pada Keisya yang sedang melengos.
"Ya nggaklah. Nggak level!"
"Ya sudah, terserah kamu kalau memang maunya berpenampilan begitu. Lagipula sudah nggak ada waktu buat ganti baju." Telunjuk Dida mengetuk-ngetuk jam tangannya.
Keisya mengangguk sekilas lalu mengekori langkah terburu-buru suaminya dari belakang.
Setelah keduanya melanjutkan perjalanan menuju kantor, sesekali Dida lirik istrinya yang lebih memilih membisu sambil mengalihkan pandangan. Sumpah! Dida sedang tidak tahu bagaimana harus menghadapi makhluk Tuhan yang namanya wanita. Sebentar-sebentar ceria, sebentar-sebentar sedih tidak jelas, sebentar-sebentar marah tidak jelas. Sejak kemarin Dida benar-benar bingung dengan tingkah laku Keisya. Memangnya apa sih salah yang sudah diperbuatnya secara tak sadar? Meskipun banyak pertanyaan, tapi mencari tahu satu jawaban saja susah. Jadi, Dida hanya bisa membuang napas berat saja, sambil bersabar dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Make You Move On
Chick-LitKeisya dan Dida, pasangan mendadak nikah karena perjodohan. Tentu saja tidak saling mencintai, tapi sama-sama sedang mencintai orang lain. Keisya cinta Billy, kakak kelas yang dipacarinya selama dua tahun terakhir. Dida cinta Maira, rekan kerja Keis...