You Can Touch Me

78 13 10
                                    

"Ehm."

Dehaman Dida memecah keheningan, setelah lima menit berjalan berdampingan dengan Keisya tanpa suara.

"Jadi...tadi itu siapa?"

"Siapa?" Keisya membuang muka acuh.

"Yang tadi itu...ehm."

"Mas Did kalo ngomong bisa lebih spesifik?"

Dida menghela panjang sebelum akhirnya menjawab, "Laki-laki rambut coklat tadi."

"Ooooh, dia. Fans baru Kei kali." Keisya mengangkat bahu acuh.

"Fans baru?"

Keisya merasa malas berbasa-basi sehingga menghentikan langkah untuk menatap serius pada suaminya. Lagipula apa pentingnya menanyakan soal pria tadi, suaminya ini juga bukan sedang cemburu. Peduli pun mungkin tidak.

"Sebenarnya ada apa Mas Did tadi cari-cari Kei?"

Dida membalas tatapan tegas itu, tapi tak bertahan lama karena kali ini keberanian yang tadi dimilikinya seolah lenyap seketika. Aneh sekali, biasanya Keisya yang ceria, manja, dan ngambekan akan membalas setiap pertanyaan dan pernyataan Dida dengan sebuah rengekan manja atau jawaban-jawaban konyol. Tapi kali ini, bola mata coklat pekat itu seperti sedang...marah?

"Eh? Ah, nggak. Nggak ada apa-apa. Tadi mau cari angin segar, tiba-tiba lihat kamu lagi di taman." Dida mengusap tengkuknya yang tak gatal.

"Ooh."

Beberapa detik Dida menunggu, tapi tak ada kata-kata lain lagi keluar dari mulut Keisya. Canggung.

"Mmm...Kei?" Dida menarik napas panjang sambil menyamakan langkah dengan Keisya yang terus saja berjalan sambil menatap paving-block yang tengah diinjaknya.

"Apa?"

"Lunch date, yuk."

Keisya kembali menghentikan langkah lalu mendongak dengan mata membelalak tak percaya. Apa?! Apa Keisya tak salah dengar?

"Yaa...sebagai permintaan maaf karena sudah nyuekin kamu beberapa hari ini." Lagi, Dida mengusap tengkuknya salah tingkah.

"Cuma sebagai permintaan maaf?"

"Lagipula kamu juga belum sarapan, kan tadi? Pasti lapar."

Keisya menatap suaminya tanpa bergeming.

"Lagi ingin makan apa?"

"Kei nggak lapar. Lagi bad mood."

"Bukannya haid kamu sudah selesai ya?"

Keisya mengernyit bingung.

"Ya kan katanya kalau lagi itu...bisa bad mood karena hormonal lagi nggak jelas. Tapi kan kamu sudah selesai, kenapa masih bad mood?"

"Jadi menurut Mas Did, yang bisa bikin bad mood itu cuma hormon haid yang nggak jelas?" Keisya menghembus kesal.

Berharap suaminya itu bisa menjadi manusia peka ternyata hanyalah ekspektasi sia-sia belaka. Tapi memang yang namanya suami itu rata-rata susah peka, kan? Beruntunglah para istri yang dianugerahi keajaiban punya suami peka.

"Ya memang apalagi?"

Sepasang mata bulat Keisya memutar kesal. Ia kembali meneruskan langkah, kali ini lebih cepat.

"Tau ah!"

"Kei!"

"Ck! Terserah Mas Did mau makan apa. Kei ngikut aja."

Pada akhirnya Keisya benar-benar hanya menuruti saja mau dibawa kemana oleh Dida. Karena setelah beberapa kali Dida menanyakan kembali "Mau makan apa?" selama di perjalanan dengan rent-car, Keisya hanya mengangkat bahu atau menjawab, "Terserah."

I Can Make You Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang