I WANNA KISS YOU

108 10 21
                                    

Dug dug dug...dug dug dug...

Semoga hanya Keisya dan Tuhan saja yang tahu betapa kerasnya jantung Keisya bertabuh seharian ini. Keisya tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan dirinya saat ini. Hawa tubuhnya pun tiba-tiba memanas.

Bukan karena sedang demam, meriang, atau masuk angin. Penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah karena sang objek yang sedang duduk manis di hadapannya saat ini.

Kenapa pose sang suami yang kini tengah bersandar di sofa sambil membolak-balik majalah bisnis di tangannya, justru terlihat menawan dan menggoda? Ditambah ketika Dida sesekali tanpa sadar mengulum bibir merahnya saat sedang fokus membaca, mata Keisya tidak bisa lepas dari objek kenyal itu. Belum lagi gerakan tangan Dida yang sedang memperbaiki posisi kacamata di hidungnya, memicu sesuatu di bawah sana untuk berkedut. Entah apa itu namanya, yang jelas Keisya belum pernah merasakan sensasi yang seperti ini. Bahkan jika Billy yang melakukan gerakan-gerakan seperti itu, sepertinya Keisya tidak akan terpancing merasakan yang aneh-aneh begini.

Ada apa dengan Keisya? Kenapa ia mendadak panas dingin? Seakan baru saja berendam lama dengan air hangat, padahal tadi ia mandinya dengan air adem. Keisya sama sekali tidak paham urusan biologis manusia. Apalagi tentang reaksi-reaksi tubuh dengan fenomena aneh seperti ini.

Ah, seharusnya sebelum menikah Keisya cari tahu dulu soal intimacy suami-istri dari A sampai Z. Setidaknya ia tidak akan resah seperti orang tak waras begini jadinya.

Pikiran kotornya memerintah untuk segera memerkosa sang suami yang sekarang terlihat seksi dan mengundang hawa nafsu. Namun hati sucinya memerintahnya untuk tahan diri, JANGAN GILA!

Sebaiknya ia segera tidur saja agar otaknya kembali waras. Keisya yang tadinya hanya duduk diam di pinggir ranjang, langsung merebahkan diri dan menarik selimut.

"Sudah mau tidur?" tanya Dida dengan mata tetap menatap majalah.

"Iya, Kei duluan ya," jawab Keisya singkat lalu sengaja membalik badan untuk menyembunyikan wajah gelisahnya.

Bukannya bersikap acuh seperti biasa, apa yang dilakukan Dida di detik selanjutnya, malah bikin Keisya jadi super panik.

Suaminya itu menutup majalah, lalu berjalan, naik ke atas ranjang dan berbaring tepat di samping Keisya. Kasur di samping Keisya terasa melesak, membuat Keisya akhirnya reflek membalik badan.

"Mas Did mau apa?" Matanya membulat.

"Mau tidur."

"Hah? Kan, Mas Did tidurnya di sana?" Keisya dengan cepat menunjuk pada sofa-bed.

"Saya belum boleh tidur di sini?"

Keisya menggigit kuat bibir bawahnya.

Bukannya belum boleh, Keisya hanya takut ia jadi terpancing nekat berbuat hal gila. Dida itu ngerti nggak sih kalau Keisya sedang dalam mode singa betina pingin kawin???

"Belum boleh?" tanya Dida sekali lagi dengan tatapan yang benar-benar menaklukkan akal sehat Keisya.

"Memangnya Mas Did nggak apa-apa?"

"Memangnya kenapa?"

Merasa tak tahan terus-terusan menjadi korban penuh pesona suaminya, Keisya membuka selimut dan duduk tegak di atas ranjang. Sepertinya ia harus mengambil langkah serius dan melihat bagaimana reaksi Dida selanjutnya.

"Mas Did, Kei mau jujur."

"Jujur soal apa? Kamu ada bohong?"

"Kalo Kei nggak jujur sekarang, bisa-bisa Mas Did yang nggak selamat."

I Can Make You Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang