02

17 10 2
                                    

Seorang gadis berlari menuju halte bis.

"Mampus gue" gadis itu melirik jam tangan merah jambu miliknya, sekarang menunjukkan pukul 07.15 yang artinya 10 menit lagi bel masuk berbunyi.

"Permisi bu, bis yang biasanya nganter anak SMA Violetta udah lewat belum ya bu?" tanya gadis itu.

"Oh udah dek, kayaknya sepuluh menit yang lalu deh" jawab wanita paruh baya itu.

"Makasih ya bu"

"Sama-sama dek"

Gadis itu memijat pelipisnya. "Gue harus gimana dong papa atau mama gak bisa nganter karna keluar kota mau naik grab tapi gue lupa bawa dompet" pusing gadis itu.

Tin..

Sebuah mobil berhenti didekat gadis itu, seseorang di dalamny membuka kaca mobil.

"Ayo masuk"

"Ogah" tolak gadis itu.

"Gak usah keras kepala Ama, cepet masuk"

"Gue gak-" belum sempat Ama menolak lagi seseorang itu memotongnya.

"Cepet masuk" tekan seseorang itu.

"Angga gue gak mau" kata Amara bersikeras.

"Gak ada penolakan lo masuk atau gue seret" dengan perasaan kesal Amara masuk ke dalam mobil Angga.

Amara duduk di samping kursi kemudi "Puas lo?!"

Angga tak menjawab ia menjalankan mobilnya.

***

Mobil Angga berhenti di parkiran terlihat Amara sedang mengatur nafasnya.

"Lo mau ngajak gue mati?!" Angga tak menjawab ia langsung keliar dari mobil.

"Woy Angga!" teriak Amara, teriakan itu membuat semua orang yang ada di situ melihat ke arah mereka berdua.

Angga menghentikan langkahnya. "Kenapa?" tanya Angga dingin.

"Ya gue kesel sama lo, lo bawa mobil kebut banget kalo kita kecelakaan gimana coba?!"

"Lebay" dingin Angga.

"Lebay kata lo?!" kesal Amara.

"Ya"

"Lo emang beneran ngeselin ya!" Angga tak mengubris malah meninggalkan Amara, gadis itu mengejarnya.

"Angga tunggu gue masih kesel ya sama lo, seharusnya lo minta maaf bukannya kayak gak merasa bersalah gitu" Amara terus mengejar Angga sampai akhirnya ia terjatuh.

Bruk

"Aw..." ringis Amara kesakitan karna lututnya berdarah.

Angga berhenti melihat Amara.
"Jatuh?" tanya Angga dengan wajah datar.

"Ya elah pake nanya, mata lo gak buta kan?" kesal Amara.

"Sakit?" tanya Angga lagi.

"Menurut lo?!" Amara menahan emosinya.

"Berdarah?" tanya Angga lagi membuat Amara kesal. Amara melempar batu kerikil tapi Angga dapat menghindar dengan mudah.

"GUE KESEL BANGET SAMA LO ANGGA EDWAR!" teriak Amara, ia juga melototkan matanya.

MEMORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang