Pagi-pagi sekali entah kerasukan jin apa Fuad pergi ke perpustakaan.
"Gue gak akan ke perpus kalo gak tuh bapak tua ngehukum gue" monolog Fuad.
"Mana sih bukunya?" frustasi Fuad dari tadi ia berkeliling mencari buku yang dimaksud oleh gurunya.
Samar-samar Fuad mendengar suara orang menangis.
"Gue gak salah denger kan? Perpus ini kan sepi, penjaga perpus juga lagi keluar" tapi makin lama suara tangisan itu semakin menjadi karna rasa penasaran Fuad mencari suara tangisan itu.
Fuad berhenti di sebuah ruangan yang biasanya digunakan untuk penjaga perpus beristirahat.
"Keknya di sini gue buka gak ya pintunya?" Fuad ragu ingin membuka apakah didalamnya manusia atau setan kalau setan bagaimana. Fuad mempunyai trauma dengan melihat setan, dulu saat dia kecil pernah melihat setan dengan wajah yang hancur membuatnya demam hingga seminggu. Makanya Fuad tak ingin lagi melihat makhluk seperti itu lagi.
"Tapi gue kepo, gue buka aja deh" Fuad membuka pintu sedikit mengintip siapa yang menangis didalam situ.
Fuad membulatkan matanya saat melihat sosok perempuan berambut panjang duduk di sebuah kursi. Cepat-cepat Fuad menutup pintu ia mengatur nafasnya.
"Anjir beneran setan" Fuad hendak pergi dari situ tapi tiba-tiba pintu terbuka memperihatkan sosok perempuan tadi rambutnya menutupi seluruh wajahnya dengan seragam yang acak-acakan.
Fuad terjatuh karna kaget. "Pergi gak lo setan jelek" mengibas-ngibaskan tangannya.
Perempuan itu mendekati Fuad. "Anjing gak usah deket-deket gue!"
Perempuan itu berjongkok menyeimbangi tinggi Fuad. Fuad menutup kedua matanya keringat dingin membasahi tubuhnya.
"Lo kenapa?" tanya perempuan itu.
"Anjir setan bisa ngomong" Fuad sedikit membuka matanya.
Saat perempuan itu hendak menyentuh wajah Fuad dengan cepat Fuad mendorong perempuan tersebut membuat.
"Aw..." ringis perempuan itu karna terjatuh dengan posisi duduk.
"Kok gak nembus?" heran Fuad.
"Pergi lo setan jelek!"
Perempuan itu menyilakakan rambutnya. "Gue bukan setan!"
"Kok manusia?" bingung Fuad.
"Heh ya gue emang manusia bukan setan!"
"Gak lo pasti setan orang tadi lo nangis dan gue yakin lo sekarang nyamar jadi manusia"
Perempuan itu berdiri. "Gue emang nangis tadi dan gue manusia bukan setan"
"Terus kalo lo manusia lo ngapain nangis di situ?" tanya Fuad.
"Ya karna tadi gue nonton drakor, nih gue kasih tau ya kalo lo mai wifi-an mending di tempat itu tadi sumpah sinyalnya kencang"
"Oh ya kenalin gue Pricill Mahardita biasa dipanggil Mahar, lo anak baru yang pindah ke sekolah ini seminggu yang lalu kan? and lo yang berantem sama Angga di kantin?" tebak Mahar.
"Hm" Fuad merubah wajahnya menjadi datar.
"Oh gue ke kelas ya, bye"
"Tunggu" cekal Fuad.
"Kenapa?" bingung Mahar.
Fuad mendekat ke arah Mahar membuat gadis itu ketakutan, takut jika Fuad berbuat macam-macam mana perpus sepi. Mahar berjalan mundur hingga punggungnya terbentur dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIA
Teen FictionKenangan indah maupun buruk yang tak pernah bisa dilupakan, kenangan yang akan selalu diingat tanpa tahu kapan akan pergi. Masa lalu yang katanya akan pergi dan tak pernah kembali lagi tapi kenapa masa lalu itu bisa kembali lagi di saat kita i...