Chapter 1

3.2K 241 33
                                    

Seneng banget karna ceritaku ini mulai rame. Jangan lupa vote, komen, dan follow akuu yaa!! Makasi semuanya <3

Enjoy yaaa

-Eve-

***

Hari eliminasi pertama sedang berjalan, babak ini dilakukan sehari penuh bahkan dilanjutkan pada hari berikutnya dikarenakan peserta di babak ini masih sangat banyak.

Pada babak ini, peserta mendapat tantangan untuk bernyanyi dalam waktu satu menit dan diharapkan bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam sedikitnya waktu. Seluruh peserta dikumpulkan dalam satu ruangan yang wujudnya menyerupai aula dengan bayaknya jajaran kursi.

Sebelumnya, para peserta sudah dipetakkan menjadi beberapa kelompok yang nantinya akan masuk bersama dalam backstage.

Nabilah yang sedang duduk sendirian setelah pembagian kelompok, tiba tiba dihampiri oleh seorang gadis yang juga berkerudung.

"Hai! Aku Ihziva, salam kenal ya," sapa seorang gadis berkerudung pada Nabilah sambil mengulurkan tangan. Mereka akan menjadi satu kelompok nantinya.

"Halo kak, aku Nabilah" saut Nabilah tersenyum seraya membalas uluran tangan Ihziva.

Mereka asik mengobrol demi membunuh waktu dan mulai bergabung dengan lainnya. Awalnya, Nabilah masih terkesan kikuk dan pendiam tetapi semakin lama ia bisa membaur dengan yang lain yang juga satu kelompok dengannya. Mereka mengobrol ringan dan terkadang tertawa atas lemparan jokes temannya agar rasa gugup dapat berkurang.

Nabilah tidak sadar jika dari kejauhan, ada seorang lelaki blasteran yang sedang memperhatikannya dalam diam. Memperhatikan bagaimana cara ia tertawa, tersenyum, dan menimpali obrolan dari teman-temannya.

Lelaki itu tersenyum tipis, dan hal itu disadari oleh salah satu teman kelompoknya.

"Heh Paul, kenapa lo? Gue daritadi ngomong sama lo, malah senyum-senyum gak jelas," ucap aziz, teman satu kelompoknya.

"Hah? Gapapa," gugup paul.

"Anjir bule satu ini, dingin amat pak,"

"Hahaha, maaf maaf,"

"By the way, kita masuk stage habis kelompok cewek yang lo liatin tadi. Tuh mereka udah masuk backstage," ujar temannya.

Paul menoleh kearah Nabilah yang sudah masuk ke backstage. "Iya? Yaudah kita kesana aja, nunggu dari deket,"

"Elahh Paul Paul, kita harus nunggu dipanggil dulu kali. Sabar napa, buru-buru amat. Naksir lo sama cewek yang tadi?"

"Gak, biasa aja gue." ujarnya sambil melihat pintu dimana Nabilah masuk tadi.

***

Giliran kelompok Nabilah yang kini mempersiapkan diri di backstage. Kamera sudah on, terlihat mereka sedang mengatur detak jantungnya, menunggu seraya gugup. Nabilah juga sedang berdoa dan menundukkan kepalanya. Sampai pada akhirnya, mereka diperkenankan untuk masuk ke stage.

Hal pertama yang Nabilah lihat adalah luasnya panggung dengan kelima juri berada di depan mereka. Membuat detak irama jantung saling bersahut-sahutan. Ia menunggu gilirannya untuk bernyanyi, dengan menyaksikan terlebih dahulu teman-temannya membuat ia sedikit khawatir.

"Oke selanjutnya Nabilah Taqiyyah," ujar salah satu juri.

Ia mengambil nafas untuk menenangkan diri, dan memasrahkan segala halnya kepada Allah.

"Bismillah," lirih Nabilah.

Ia membawakan lagu berjudul Demi Waktu dengan improvisasi tipis yang memikat. Terlihat salah satu juri yaitu Kak Dikta tersenyum mendengarnya. Setelah semua melakukan tantangannya, juri berdiskusi untuk menentukan peserta yang lolos ke tahap selanjutnya. Nabilah senantiasa berdoa dan tersenyum berharap ia akan lolos.

"Nabilah Taqiyyah," panggil Dikta.

"Iya Kak," angguk Nabilah.

"Kamu lolos, selamat,"

Nabilah kaget dan tersenyum. Tidak lupa ia mengucap syukur atas kelolosannya.

"Terimakasih para juri," ucapnya kemudian keluar menyusul Ihziva yang juga lolos dengannya. Saat ia keluar, sudah disambut oleh kamera lagi. Maklum, ajang bernyanyi ini sudah menjadi ajang paling bergengsi dan selalu menjadi pusat perhatian masyarakat. Dan tiap babak juga akan selalu ditayangkan di televisi nasional tiap tahunnya.

Para crew mengatur kontestan yang lolos untuk shooting mengenai sudut pandang mereka yang nantinya digunakan sebagai video teaser untuk pembuka di tiap video. Nabilah menjadi giliran terakhir di kelompoknya dan masih ada beberapa peserta kelompok sebelumnya yang belum melakukan shooting, sehingga ia izin untuk menunaikan shalat terlebih dahulu.

***

Selesai shalat Nabilah langsung bergegas ke tempat shooting video teaser, ia takut jika terlambat dan menjadi tidak profesional. Ia ingin memperhatikan hal-hal kecil seperti ini yang ia yakini akan penting di kemudian hari.

Saat sampai, ternyata masih beberapa orang lagi sebelum gilirannya. Ia menunggu di kursi pojok sambil mendengarkan musik dengan mp3nya. Hingga tiba-tiba seorang lelaki menghampirinya.

"Misi, aku duduk disini ya?"

"Eh, iya kak. Duduk aja," ucapnya sambil melepas earphone yang ia gunakan. Merasa sungkan.

Keduanya saling diam, Nabilah melihat-lihat kearah lain sedangkan lelaki itu memperhatikan gerak gerik Nabilah. Bingung dengan situasi seperti ini, pasalnya hanya ada mereka yang duduk di pojok sedangkan yang lain membaur satu sama lain.

"Mmm, aku Nyoman Paul," ujar Paul sambil menyodorkan tangannya.

"Eh? Aku Nabilah Kak, salam kenal," balas Nabilah sambil tersenyum.

"Kamu darimana?"

"Aku tadi dari mushola, habis shalat asar," polos Nabilah.

Paul pun tersenyum, "Maksudnya, asal daerah kamu. Kalau aku dari Bali."

Nabila mengedipkan matanya beberapa kali, bingung. Hingga ia tersadar, "maaf Kak, aku dari Aceh. Tapi udah stay di Jakarta dari lama," ucap Nabilah dengan sedikit kekehannya menyadari kebodohannya. Ia malu.

Hingga nama Nabila dipanggil untuk masuk dan melakukan shooting. Ia terbebas dari rasa malunya, dan kemudian pamit pada Paul.

Paul terkekeh singkat melihat Nabilah.

'lucu' batinnya dengan menggelengkan kepalanya dan senyum yang tidak pudar dari bibirnya.

***

Salting sendiri ngetiknya, semoga ceritanya bisa sesuai ekspetasi kalian yaaa <3

Salam damai

-eve-

NyomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang