"Demi Allah saya tidak menyentuh Nafisa!" ucap Bima memunculkan rahang bawah nya keras sambil berdiri, tepat di rumah Rohin ia berucap.
"Kamu berani bersumpah atas nama Allah?" tanya Rohin kesal.
Bima mengangguk keras, "Saya bersumpah, saya berani bersumpah dan anak anda yang memaksa saya, bahkan ia mencium saya tepat di halaman rumah anda".
Albas melihat sorot mata tajam milik Bima saat ini, Albas yakin bahwa Bima tidak bersalah namun kedua orang tuanya malah berfikir aneh aneh.
"Sungguh Allah tahu siapa saja orang orang yang tega mendzalimi saya tanpa sebab".
Bima menunduk dan hampir saya menangis sedangkan Nafisa berada di belakang ayahnya bersembunyi.
"Setelah kamu kotori anak saya sekarang kamu bilang tidak ada sebab?" tanya Rohin.
"SAYA MASUKKAN KAMU KE PENJARA ATAS PEMERKOSAAN ANAK SAYA!".
Fahiza menggeleng, "Biarkan Bima menikahi Nafis"
Bima menggeleng dengan kekehan nya, "Gak akan, lebih baik aku di penjara seumur hidup daripada harus menikah dengan wanita pembuat fitnah seperti dia".
Zafar yang tadinya masih di rumah sakit kini pulang dan melihat perdebatan sengit ini.
"Zafar ada saksi kalo Nafisa yang salah ayah" ucap Zafar membela yang benar, dan menyalahkan yang benar salah.
Di belakang tubuh Zafar ada sembilan wanita paruh baya yang memakai cadar tertutup.
"Mereka melihat kalo Nafisa yang licik bukannya Bima" ucap Zafar menunjuk adeknya dengan tatapan sangat kecewa.
Sedangkan Nafisa mulai memejam panik, "Itu gak benar ayah".
Salah satu wanita berbicara lantang dengan menjelaskan bahwa Bima yang turun dari mobil awalnya di tarik oleh Nafisa namun bisa melawan, lalu Nafisa mencium Bima tanpa aba aba dan terakhir Nafisa memeluk Bima dari belakang dan sengaja merobek bajunya sendiri dengan gila.
"Kalau saja benar anak muda ini memaksakan putri bapak untuk bermaksiat tentu saja ia tidak akan melakukan hal itu di depan sini, atau kah sudah gila anak muda sepintar dia?".
Ucapan wanita itu membuat Rohin terdiam sedangkan Nafisa malah takut dan panik.
Albas mengusap lengan kiri Bima, "Istighfar!".
Akbar dan Fahiza tidak berkutik dan fokus mendengar apa apa saja yang wanita bercadar itu sampaikan.
"Saya sering melihat lelaki muda ini mengaji dan bercengkrama dengan para kyai di pesantren sebelah rumah saya, dia lelaki yang penyayang dan ia juga sudah mempunyai istri yang beberapa bulan lalu dinyatakan meninggal atau hilang" ucap seorang wanita lagi untuk menambah.
"Saya berani bersumpah bahwa lelaki muda ini tidak memperkosa anak bapak".
"Saya melihat dia sibuk beribadah dan mengurus anaknya di perkarangan halaman rumah dan saya baru semalam melihat lelaki muda ini bersama putri bapak".
Rohin menatap Bima yang menunduk, lelaki itu berdzikir dalam hati, sungguh rasanya hati hancur bak gelasan kaca terpecahkan begitu saja.
"Bahkan ia berani bersumpah di bawah keagungan Al Qur'an dan Allah tidak diam atas kedzaliman kalian" ucap salah satu wanita lagi berucap lantang dengan suara yang keras bak mengancam.
Rohin menatap Bima yang tidak ada cemas cemasnya sedangkan Nafisa malah terlihat panik dengan tatapan yang selalu dilemparkan kemana saja, kali ini ia membelokkan pemikiran emosionalnya tadi.
"Ambil Al Qur'an Zafar!" Perintah Rohin membuat Zafar berjalan mengambil Al Qur'an nya yang berada di mushola rumahnya.
Setelah diambil Zafar memberikan Al Qur'an itu kepada Rohin, Rohin meletakkan Al Qur'an itu di atas Al Qur'an.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Mencintaimu
General FictionMenikahlah namun sebelum menikah berilmulah. Lalu terus terang ku bimbing lagi engkau menuju Jannah dan engkau kokohkan imanku menjadi imammu. Bima seorang lelaki yang sudah lama bingung dengan rasa cintanya sendiri setelah kehilangan cinta pertaman...