Bima menunduk saat Habibi menjulurkan tangannya khusus untuknya sebagai wali sah bagi Fatimah.
Semua mata menoleh ke satu tujuan, Bima yang sudah siap menggenggam tangan Habibi, Akbar tersenyum pada anaknya itu. Keluarga Bima dan Mariana susah berada di sana, hanya mereka, sedangkan Fatimah masih berada di dalam, nanti ia akan keluar dituntun Fahiza juga.
"Nak Bima, setelah menikah saya serahkan tanggung jawab Fatimah kepada kamu ya, sebelum ini saya didik Fatimah, saya urusi segala urusannya, saya jaga setiap sholatnya, saya lengkapi apa kelengkapannya, setelah ini apa saja yang ia kurangi tolong lengkapi, bawa dia ke surga Allah ya nak!," perintah Habibi ketika Bima menggenggam tangannya.
"Anak saya ini anak piatu, ditinggalkan oleh ibunya saat dia masih kecil, saat dia baru lahir bahkan, dia tak tahu bagaimana kasih sayang seorang wanita maka dari itu dia sangat menyayangi anak kecil, jaga anak saya ya".
Bima mengangguk, "Iya pak".
"Baik, bismillah saya nikahkan engkau nak Bima Akbar bin Basyir Niloni dengan putri saya Fatimah binti Habibi dengan mahar yang tertera dan dipinta," ucap Habibie lalu di balas ucapan dengan Bima.
"Saya terima nikahnya Fatimah binti Habibi dengan mahar yang tertera dipinta berupa sholawat yang dipinta, sah!," ucap Bima.
""Qobiltu nikahaha wa tajwijaha bil-mahril madzkuri halan," ucap Bima erat menggenggam tangan Habibi.
"Bagaimana saksi?," tanya Habibi kuat.
"SAHHH!!!," ucap keluarga Bima dan Fatimah serta Mariana bersorakan, Bima mengangguk.
Habibi menyentuh kepalanya seperti berdoa, "Jangan kecewakan saya ya, bawa anak saya jauh pergi kemana saja tapi jangan pernah sakiti hatinya".
Bima mengangguk lalu mencium punggung tangan lelaki itu, "Syukran pak".
"Jadikan dia wanita yang shalihah ya!," perintah Habibi terkekeh membuat Bima mengangguk.
Lalu sesaat itu Bima dan lainnya berdiri saat Fahiza dan sekelompok wanita datang membawakan wanita yang menatapnya manis dengan hijab putih dan gamis putih, wajahnya cantik dihiasi make up menarik, tepat di hadapan Bima, Bima masih menunduk lalu memegangi kepala wanita yang sudah menjadi istrinya itu, ia mendoakan istrinya, setelah memegangi kepala ia memegangi dada kiri istrinya itu, setelah itu ia mencium kening Fatimah hangat.
Fatimah mencium punggung suaminya dengan tangan yang gemetar dan entah kenapa Bima masih canggung disentuh seperti ini dengan wanita lain.
Fatimah berdiri tertunduk di samping kanan suaminya, pemotretan segera di laksanakan, Bima mengambil cincin berlian yang lebih tepatnya milik almarhumah Saskia lalu ia pasangkan ke jemari manis Fatimah.
Senyum Fatimah begitu terukir sekarang walau Bima belum berani menatapnya, Aksara kecil berlarian ke arahnya dan memeluk kakinya, dengan cepat Fatimah menggendong anak kecil itu.
Acara selanjutnya adalah sungkem, terduduklah Habibie, Akbar dan Fahiza di sana. Beriringlah Bima dan Fatimah untuk sungkem, walau hanya pihak keluarga, ini sudah cukup ramai dan meriah.
Di tambah Mariana yang datang, sungguh hal ini adalah hal paling menyenangkan bagi Fatimah. Ia suka hal sakral seperti ini.
"Kenapa kamu menunduk terus?," tanya Fatimah membuat Bima tersenyum lalu mengeleng.
"Syukran ya Fatimah udah menjadi istriku,".
•••
Fatimah melihat Bima yang terduduk di sofa kamar diam saja dan menunduk, wanita berhijab hitam itu jadi tak tahu harus bagaimana dengan malam pertamanya dengan Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Mencintaimu
Fiction généraleMenikahlah namun sebelum menikah berilmulah. Lalu terus terang ku bimbing lagi engkau menuju Jannah dan engkau kokohkan imanku menjadi imammu. Bima seorang lelaki yang sudah lama bingung dengan rasa cintanya sendiri setelah kehilangan cinta pertaman...