Terbang ke impian.

2 1 0
                                    

Bima meringis kesakitan saat tangannya terkena pisau tak sengaja saat membantu Saskia membuat bukaan puasa.

Ia memotong buah dan tak sengaja mengiris bagian ibu jari, Saskia dengan cepat mencari p3k dan memperban luka itu cepat, Bima meringis sakit saat darah terus menerus mengucur dari tangannya.

Hari ini adalah hari ketiga mereka berpuasa, dan ini sudah ketiga kalinya Bima terkena pisau di jari, alhasil banyak perban dibagian tangannya.

Setelah mengobati, Saskia menatap Bima yang terduduk, "Besok gak usah bantuin lagi ya".

Bima terkekeh, "Biarin".

Saskia tersenyum lalu memukul pelan suaminya, karena ditambah puasa jadinya tubuh Saskia semakin kurus dan kecil.

Bima mengusap kepala Saskia yang cantik, lelaki yang duduk itu kini berdiri.

"Besok kita berangkat ke Mekkah".

Ucapan itu membuat Saskia membulatkan mata tak percaya bahwa suaminya akan mengajaknya ke sana, ia menepuk tangan pelan senang.

"Pokoknya aku harus cium Ka'bah," ucap Saskia.

Bima terkekeh mengangguk dan mengusap pelan pipi istrinya. Bima menatap jendela dari ruang taman, hujan mengguyur bunga bunga yang tersusun indah di sana.

Bima sudah sering kali pergi ke Mekkah sendirian maupun dengan keluarganya namun dengan Saskia baru kali ini, Bima akan pergi bertiga saja dengan Saskia dan Aksara, dan akan ia pastikan saat saat itulah hari bahagia bagi mereka.

"Bima, Bima gak marah lagi kan?," tanya Saskia pada Bima yang tersenyum terus padanya, Bima menggeleng, "Enggak".

Bima mencium pipi kanan dan kiri Saskia lembut karena tak ada satupun di rumah, Bi Layatul bahkan masih di pasar berbelanja, jadi ia sedikit leluasa.

"Kita beresin barang ya," ucap Bima mengajak Saskia beresan untuk esok berangkat, bahkan Bima sudah mengabarkan pada Fahiza dan Akbar jika besok ia akan ke Mekkah.

Saskia mengacungkan jempol senang.

"Bima, memangnya boleh ya cium istri kalau bulan ramadhan?," tanya Saskia membuat Bima terkekeh.

"Tapi istri siapa dulu?," tawa Bima menggelegar sedangkan Saskia masih saja tak faham dan menggaruk kepala, "Istri siapa maksudnya gimana?".

Bima menghentikan tawanya dan tersenyum lalu menggeleng, ia faham istrinya ini susah terkoneksi dengan cepat, saat hampir satu menit berfikir baru Saskia tertawa kecil baru faham apa yang Bima katakan.

"Ih kamu, ya istri kamu, kamu cium aku emang boleh?," tanya Saskia dengan tawanya.

"Kalo nggak boleh pasti gak akan aku lakuin sayang," ucap Bima lembut menyelipkan rambut berantakan Saskia.

Bima meraih sesuatu dari tasnya yang ada di atas meja, ia mengambil suatu kotak hitam mengkilap lalu ia tunjukkan pada istrinya, ia membuka kotak tersebut dan menampilkan cincin cantik untuk Saskia.

"Buat kamu," ucap Bima membuat Saskia menepuk nepuk tangan senang, "Beneran?"

Bima mengangguk lalu memegang tangan kiri Saskia dan memakaikan pelan cincin cantik itu pada istrinya, "Di pake ya!".

Cincin cantik dengan berlian itu membuat kedua mata Saskia terkesima, sungguh cincin yang Bima pilih benar benar cantik, "Kapan kamu belinya?".

Cincin itu sudah lama Bima beli tepat saat umurnya masih 14 tahun, ia iseng membeli itu untuk Dealova yang entah kemana, dan sekarang akhirnya itu terwujud, Dealova menjelma menjadi Saskia yang cantik dengan mata redup yang sanggup ia tatap setiap hari di dalam rumah.

Ketika Allah MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang