Menyempurnakan yang Rusak.

8 3 0
                                    

Kedua mata cantik Fatimah melihat Fahiza yang mengajarkannya cara melipat pakaian, walau Fatimah pandai memasak namun ia sangat tidak bisa melipat pakaian.

Fatimah, Bima beserta Aksara kecil datang ke rumah besar Akbar, wanita itu berada di kamar mertuanya dengan masih memangku Aksara.

"Lama lama bisa kok nanti," ucap Fahiza mengusap kepala Fatimah, Fatimah mengangguk, "Malu sama umi kalau menantunya lipat pakaian saja tidak bisa".

Fahiza terkekeh pelan, "Ya nggak apa, belajar lagi".

"Umi waktu dulu juga begitu," ucap Fahiza membuat Fatimah tersenyum.

Sudah tiga hari Fatimah menikah dengan Bima, hidupnya baik baik saja dan bahagia walau Bima masih canggung dan terlihat masih belajar banyak tentang dirinya.

Tangan Fatimah mengutak atik pakaian yang akhirnya berantakan lagi, "Umi tutah ya?".

Aksara kecil berbicara gemas padanya membuat Fatimah tertawa pelan, "Iya nak susah banget".

Aksara malah mengikuti gerakannya dan membantunya namun malah semakin berantakan, Fatimah gemas dan mencium pipi anak kecil itu pelan secara kanan kiri.

Fahiza terkekeh, "Udah, di rumah belajar lagi, lagian beginian tuh bukan tugas seorang istri sayang".

"Urusan rumah itu urusan pembantu bukan urusan seorang istri, bahkan urusan suami juga, bukan mutlak urusan istri," ucap Fahiza.

Fatimah tersenyum, "Tapi Fatimah ingin menjadi istri yang baik untuk kak Bima umi".

"Bima tidak banyak menuntut, Bima lelaki yang mengerti keadaan wanita, sekalipun Fatimah tidak bisa apa apa pasti Bima fahami benar kok," ucap Fahiza lagi pada menantunya itu.

Wanita berhijab abu abu panjang itu mengangguk angguk faham, tapi menurutnya ia akan belajar banyak hal agar menjadi lebih baik lagi apapun caranya.

"Kewajiban istri itu melayani suami, menjaga anak, sudah itu saja," ucap Fahiza lembut.

Fahiza mengusap pelan pipi menantunya itu, "Fatimah suka buku enggak?".

Fatimah menganguk cepat karena memang iya menyukai novel, bahkan ia sering mengoleksi novel di rumah ayahnya.

"Bima ada ruangan perpustakaan pribadi dia lho," ucap Fahiza membuat kedua mata Fatimah berbinar.

Fahiza mengajak menantunya itu berjalan mengikutinya untuk memasuki ruangan kamar Bima, ruangannya cantik namun berhasil mengejutkan hati kecil Fatimah dengan banyaknya foto foto almarhumah Saskia, baik berhijab maupun tidak berhijab, Fahiza membuka salah satu pintu dan memperlihatkan banyaknya buku yang menjulang dari lemari lemari buku.

Fatimah yang menggendong Aksara kecil langsung kagum luar biasa, "Kak Bima suka banget ya sama novel umi?".

Fahiza menggeleng, "Enggak juga".

Fatimah bingung juga jika benar Bima tak menyukai novel lalu mengapa ia membuat novel dan bahkan mengoleksi novel sebanyak ini.

"Kak Bima gak suka novel, tapi kok koleksi sebanyak ini umi?," tanya Fatimah bingung.

Umi Fahiza tertawa lalu menggedikkan bahu tak tahu, "Dia sering baca novel tapi pas umi tanya dia enggak pernah suka novel, begitu dia jawab".

Bingung sama sama keduanya rasakan saat melihat buku koleksi sebanyak ini, sering dibaca namun saat ditanya Bima akan mengatakan tak menyukai novel, dasar aneh.

Tiba tiba Bima memasuki perpustakaan, lelaki itu tertawa, "Wah nerobos ruangan rahasia ya".

Ucapnya bercanda membuat Fahiza tertawa, "Ya enggak apa dong kan umi mau nunjukin ke Fatimah, oh iya Fatimah suka novel lho, bawa aja bukunya ke rumah!".

Ketika Allah MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang