Bima, Pria Romantis.

7 2 0
                                    

Bima menatapi wajah Fatimah yang terbaring sedari tadi. Kertas yang dokter berikan membuat Bima sedikit bernafas lega.

Kehamilan, Fatimah hamil. Bima tersenyum, memiliki satu anak saja sudah membuatnya bahagia hampir mati, apalagi ini?.

Namun dokter mengatakan bahwa kehamilan Fatimah ini adalah suatu kerentanan, harus dijaga dengan baik dan jangan sampai kelelahan, kelalaian sedikit saja bisa jadi berakibat fatal.

Beberapa menit kemudian, Fatimah membuka matanya pelan menampakkan diri Bima yang sibuk termenung.

"Kak Bima," panggil Fatimah.

"Iya sayang?," tanya Bima memecahkan lamunan.

Bima mengusap pipi istrinya, di ruangan rumah sakit ini Bima berjanji pada dirinya sendiri untuk berubah menjadi lebih baik sebagai seorang suami.

"Kenapa Fatimah di rumah sakit?," tanya Fatimah tak tahu.

"Fatimah sakit apa?," tanya Fatimah cemas.

Bima tersenyum, "Pengen punya Dede baru".

Bima memeluk tubuh Fatimah. Benar, ia harus dengan cepat mencintai Fatimah dan inilah langkah awal bagaimana ia mencintai wanitanya ini.

•••

"Aksara sayang jangan lari larian begitu nanti jatuh," ucap Fatimah mengusap kepala Aksara pelan.

Fatimah terus terusan mengikuti anaknya itu berusaha menjaga Aksara agar tetap nyaman bermain di taman rumah.

Tiba tiba Bima memeluk tubuh Fatimah dari belakang, hal ini membuat Fatimah terkejut karena sikap manja Bima yang tiba tiba muncul.

"Mau makan apa, hari ini aku yang masak ya," ucap Bima senang.

Bima melihat wajah cantik Fatimah lalu ia menempelkan hidungnya pada hidung istrinya itu, wanita kelahiran India itu mempunyai hidung mancung nan indah.

"Memang kamu bisa masak?," tanya Fatimah ragu.

Bima tertawa, "Jangan remehin gitu".

"Cie calon bapak dua anak," ejek Fatimah tertawa dan hembusan nafasnya dapat Bima rasakan sekarang juga.

"Gimana, masih ganteng?," tanya Bima membalas tawa manis istrinya.

Fatimah hanya tersenyum dan tak menjawab, tak usah dan tak perlu ditanyakan, Bima selalu tampak tampan baginya.

"Kalo punya anak dua, Fatimah enggak repot?," tanya Bima pelan.

Fatimah terkekeh, "Fatimah suka anak kecil kak".

"Ya asal jangan kecapean ya sayang," ucap Bima kali ini membuat Fatimah tersipu malu dan memunculkan wajah memerah.

Tiba tiba Bima memegang kedua tangan dan menggenggam erat jemari indah istrinya, mengayunkan dan mengajak Fatimah berdansa.

"Dansa tanpa lagu?," tanya Fatimah heran. Bima mengangguk.

"Hayati saja bagaimana cara kita tua diiringi lantunan dan suara anak kita berkembang".

Itu jawaban yang berhasil membuat Fatimah menatap kedua mata Bima kagum, "Terimakasih".

Fatimah hanyut dalam dekapan hangat dari Bima, diiringi dengan Aksara yang tertawa tawa di antara dansa mereka.

Angin pelan menerpa wajah mereka di sore ini, dengan setiap langkah Bima yang mengajak Fatimah untuk mengikuti derap derap rasa yang ada.

Ketika Allah MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang