"Vin, lu mau kemana?"
"Naik. Sekarang udah jam 8 kurang 15 menit, ntar telat kalo kagak naik dari sekarang," jawab Devin yang sudah berjalan meninggalkan teman-temannya yang masih memutuskan di basement.
Pria itu berjalan ke gedung kelas dan menaiki lift untuk mengantarkan dirinya ke lantai 4 yang dimana ruang kelasnya berada. Setelah pintu lift berhenti di lantai 4, tidak lama pintu lift terbuka. Pria itu keluar dari dalam lift.
Devin menghentikan langkahnya saat melihat pemandangan di depan sana. Istrinya, sedang mengobrol dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal. Pria tampan itu memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan melangkah mendekati istrinya.
"Sip deh, nanti lo tinggal chat-eh D-devin?"
Eileithya terkejut ketika melihat Devin yang berdiri di sampingnya dengan wajah suram. Ada apa dengan pria itu?
Devin mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki itu. Ia terdiam sebentar mengamati wajah di depannya. "Ini pacar lo, Ei?"
"Hah?" Eileithya yang ditanya itu tidak mengerti dengan ucapan pria itu.
"Selera lo mayan juga, Ei. Koko Chindo." Devin terkekeh.
"Apasih Devin, gak jelas dah lu. Orang gue ketemu sama Rayhan gak sengaja saat kami mau naik lift. Rayhan datang ke kampus kita karna dia magang disini selama 4 bulan," jelas Eileithya.
"Lalu mesti sampe tukeran nomor hm?"
Nada bicara Devin sungguh tidak bersahabat. Pria itu bertanya dengan marah.
Rayhan, pria itu mengerutkan keningnya tak suka. "Kenapa sih lo? Gak suka? Lagian lo siapanya Eileithya sampe begitunya?"
Ingin rasanya ia berteriak keras di depan laki-laki itu, bahwa Eileithya istrinya, miliknya.
"Napa diem? Eileithya pacar lo? Keluarga lo? Bukan kan? Lagian jadi teman kelas doang sampe lebay segitunya."
Rahang Devin mengeras. Devin melangkahkan kakinya mendekati laki-laki itu. Devin yang baru saja ingin mencengkram kerah baju laki-laki itu, Eileithya sudah memegang pergelangan tangannya.
Eileithya mengkode Rayhan agar laki-laki itu pergi sana. Dia tidak mau ada keributan sepagi ini. Rayhan yang menangkap kode itu, langsung pergi dari sana dengan menatap sinis ke arah Devin.
"Apa lo hah?" sewot Devin.
Kedua tangannya masih mengepal erat. Jika bukan karena Eileithya yang memegang telapak tangannya, laki-laki tadi sudah ia pastikan akan masuk rumah sakit saat ini juga.
Pandangan turun ke bawah, melihat Eileithya yang masih menggenggam telapak tangannya. Perlahan wajahnya terangkat, melihat manik mata Eileithya.
"Ngapain lo deket-deket sama dia?" Devin menghela nafasnya lalu ia melepas genggaman Eileithya pada tangannya. Devin mengambil telapak tangan Eileithya. "Jangan deket sama pria manapun," gumam Devin yang masih terdengar oleh Eileithya.
Eileithya menatap manik mata pria itu, "Why? Kenapa gua gak boleh deket sama cowok lain, Vin?" tanyanya.
"Gue gak suka, Ei."
"So? Lo lupa ya Vin, tentang perjanjian kita di awal pernikahan? Kalau lo lupa biar gue ingetin lagi. Kita sepakat untuk tidak mengurusi kehidupan masing-masing dan kita juga sepakat untuk mempunyai pacar dengan syarat tidak boleh ketahuan oleh keluarga. Di depan keluarga kita pura-pura bahagia dengan pernikahan ini." Eileithya berharap pria di hadapannya ini segera mengingat kembali akan janji yang mereka buat.
"Ei..."
"Apa? Lo masih belum ingat tentang janji itu? Gue aja gak ngelarang lo sama Krystal pacaran, Vin! Seharusnya lo gak ngelarang gue deket sama cowok manapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBINGUNGAN
Fantasy"Semua berawal dari pilihan yang tidak diharapkan." - Kapan kalian menikah? Pada umur berapa? Saat mapan dan sukses? Standar sukses & mapan menurut mu setelah mempunyai apa? Itulah yang diinginkan oleh sepasang manusia yang baru saja memasuki umur d...