"Good Morning Eileithya," sapa Devin yang baru masuk ke dalam kamar dan melihat perempuan itu baru bangun dari tidurnya.
"Ngagetin, ck."
Devin tertawa mendengar respon Eileithya. Ia berjalan mendekat ke arah perempuan itu, lalu mencium pelipis Eileithya.
"Sana mandi habis itu kita sarapan di bawah. Gua udah buatin sarapan untuk dibawa ke kampus."
"Thanks." Devin mengangguk.
"Oh ya, nanti kita ke rumah Mami ya."
"Ngapain?"
"Tentu aja mami dan ayah mau ketemu mantunya." Tangan kanannya ter-ulur untuk menyelipkan helaian rambut Eileithya kebelakang telinga perempuan itu.
"Oke." Eileithya beranjak dari kasur dan ingin berjalan ke kamar mandi, namun Devin menarik tangannya hingga dirinya duduk di pangkuan cowok itu.
"Kiss." Devin menunjuk kedua pipinya sambil tersenyum.
"Gak mau ah, mulut kamu bau jigong," ucap Eileithya diiringi kekehan.
Devin menjitak kening istrinya itu, "Enak aja ya. Gua udah bangun dari jam setengah lima. Emang lo baru bangun jam lima lewat, mana lewatnya banyak lagi," sewot Devin.
"Namanya juga ngantuk hehe."
Devin menggeleng, "Ya udah kalo gak mau cium gue gak papa. Kalo gitu gue yang nyium lo."
Devin memajukan wajahnya ke Eileithya. Ia menciumi kedua pipi, kening, dagu, dan bibir perempuan itu. Eileithya yang diperlakukan seperti itu hanya bisa mematung dengan wajah sudah memerah menahan malu.
"Oh ya, lo tau gak nanti mami mau ngomongin apa disana?"
Eileithya menggeleng.
"Gua tau dong. Lo mau tau gak apa yang nanti mami omongin hm?" tanya Devin bangga.
"Apa?"
Devin mendekatkan mulutnya ke telinga Eileithya. "Kapan hamilnya?"
Deg.
Eileithya langsung mematung mendengar perkataan Devin di telinganya.
Hamil?
"Lo gak mau hamil anak gua?" tanya Devin menatap manik mata istrinya.
"Gimana gue bisa hamil anak lo coba. Ada-ada aja deh."
"Bisa dong, Ei." Devin menyusupkan tangan ke dalam baju tidur yang digunakan Eileithya lalu mengelus perut perempuan itu. "Sudah dua kali gue nanam benih di rahim lo. Lo lupa apa bagaimana setiap hubungan intim, gue keluarin di dalam cantik."
Eileithya diam mendengar penuturan pria itu. Dia baru sadar selama dua kali hubungan intim ini, mereka tidak memakai pengaman dan pria itu keluar di dalam rahimnya.
"Masa bibit gue gak jadi dalam dua kali. Gak mungkin lah kan bibit gue unggul," ujar Devin terkekeh geli membayangkan bibitnya berenang dan berlomba di dalam rahim Eileithya.
"Tapi gak papa deh kalo gagal. Kan kita bisa coba lagi. Iya gak, Ei?" Goda Devin.
Eileithya menghempaskan tangan Devin yang semakin lama naik ke atas di balik baju tidurnya. Dia bangun dari duduknya dan berjalan masuk ke kamar mandi dengan wajah sudah memerah seperti kepeting rebus. Devin yang melihat itu tertawa puas karena berhasil menggoda istrinya.
"GIMANA SAYANG TAWARAN GUA?" Teriak Devin diiring tawa.
"DASAR ORANG STREES."
-
Devin melempar pelan smartphonenya ke atas meja kantin sebelum menduduki kursinya. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi. Mengingat moment yang dilakukan tadi subuh bersama Eileithya membuat Devin tersenyum-senyum.
"Masih pagi udah kek orgil," cibir Galang yang melihat Devin kayak orang gila karna senyum-senyum dari tadi.
Devin mengubah raut wajahnya, pria itu menatap wajah temannya. "Bacot. Yang penting gue senyum-senyum karna ada alasan yang jelas."
"Alasan apa sih, Vin?" tanya Galang kepo.
"Kepo. Anak kecil gak boleh tahu urusan orang dewasa."
"Cih, si paling dewasa." Sementara yang lain hanya tertawa melihat interaksi Devin dan Galang layaknya Tom and Jerry.
"Pengen punya pacar," gumam Galang yang didengar oleh mereka.
"Ada syaratnya kalo lo mau punya pacar, Lang."
Galang menatap ke Seno, "Apa?"
"Syaratnya cuma dua, lo harus good looking dan good rekening. Udah itu aja, simple kan?"
"Jahat lo najis!"
Devin yang melihat Seno dan Galang adu mulut, memutuskan untuk tidak terlibat di dalamnya. Pria itu mengambil smartphone miliknya dan memutuskan untuk bermain game saja daripada mengurusi bocil abstrak.
-
Kini kedua pasutri sedang berdiri di depan sebuah rumah minimalis modern. Tangan Eileithya bergerak memegang tangan Devin dikarenakan dirinya gugup. Devin yang menyadari istrinya gugup, ia menenangkan istrinya dengan mengelus telapak tangan istrinya dengan lembut untuk menyalurkan kekuatan.
"Assalamualaikum!" Ucap Devin ketika memasuki rumah orang tuanya.
"Mami, ayah, liat deh Devin kesini sama siapa," teriak Devin.
Eileithya menoleh ke arah pria itu dan menepuk bibirnya. "Berisik deh! Jangan teriak-teriak kayak di hutan aja!" Peringatnya. Sementara yang di ingatkan hanya tersenyum tidak jelas.
Devin melangkahkan kakinya semakin memasuki rumah orang tuanya bersama Eileithya yang tidak lepas memegang tangannya. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengecek ke dapur namun ia tidak menemukan orang tuanya disana.
Mereka melangkahkan kaki ke area kolam renang. Dan menemukan kedua orang tuanya bersama seorang perempuan yang duduk disana. Tapi siapa perempuan itu?
"Mi, Yah?"
Devi, suaminya, beserta perempuan itu menoleh ke arah pintu kaca karena mendengar panggilan dari seseorang.
"Eh kalian udah sampe. Sini sini duduk dulu sayang." Devi menunjuk sisi di samping suaminya yang kosong.
Devin duduk di samping sang ayah dengan diikuti Eileithya.
"Tadi di jalan mami ketemu sama Lestari. Kamu ingat Lestari gak, Vin?"
Setelah mendengar cerita Devi, pandangan Eileithya dan Devin beralih menatap ke perempuan yang duduk di hadapan mereka.
"Kamu pasti lupa ya nak, siapa Lestari. Lestari itu teman masa kecil kamu. Dia anak dari sahabat ayahmu ini, Tante Diandra," jelas Devi ketika anaknya tidak kunjung jawab.
Devin hanya diam mendengar penjelasan maminya. Dia sempat lupa dengan perempuan itu namun ketika dijelasin tadi, dia ingat kembali.
"Udah Tante gak masalah kalau Devin gak kenal aku. Lagian juga kita baru ketemu lagi setelah tiga belas tahun tidak ketemu," ujar Lestari tersenyum ke arah Devi dan Devin. Dan hal itu tidak luput dari pandangan Eileithya.
"Ya udah kalau begitu, tante tinggal dulu ya ke dapur untuk membuat makan siang," ucap Devi.
Eileithya dengan cepat berdiri dari duduknya. "Mi, biar Eilei bantuin ya?"
"Gak usah nak, kamu disini aja. Kamu gak liat tuh raut wajah suamimu karna mau kamu tinggal?" Kali ini bukan Devi yang berbicara melainkan Ayah Devin yang sedari tadi hanya diam. Devi terkekeh melihat raut wajah putranya yang bahagia lagi. Sepertinya tidak salah menikahkan mereka berdua.
"Tapi Mi—"
Devin menarik tangan Eileithya tiba-tiba membuat perempuan itu duduk di atas pangkuannya. "Kamu apaan sih? Kamu gak denger kata ayah hm? Kamu mau ninggalin aku sendiri disini gitu?" Gerutu Devin.
"Alay," cibir sang ayah.
"Ayah mah, gak temenan Devin sama ayah!"
Sementara Lestari yang melihat itu hanya bisa diam, ia seperti orang asing disini.
"Om, saya mau tanya sesuatu boleh?"
"Tanya apa, nak?"
"Devin sudah berapa lama ya menikah?"
-
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBINGUNGAN
Fantasy"Semua berawal dari pilihan yang tidak diharapkan." - Kapan kalian menikah? Pada umur berapa? Saat mapan dan sukses? Standar sukses & mapan menurut mu setelah mempunyai apa? Itulah yang diinginkan oleh sepasang manusia yang baru saja memasuki umur d...