26: the embarrassing fact

1.2K 183 32
                                    

❀° ┄───────╮
Vote | Comment
╰───────┄ °❀

Sejak tadi Jungkook berusaha keras untuk tidak hanya meringkuk di atas ranjang dan berlindung di balik selimut. Kendati kondisi hatinya saat ini seperti ditusuk oleh ribuan duri, ia tetap harus melanjutkan rencana yang mendadak muncul di kepalanya manakala emosinya mulai mereda secara perlahan.

Sementara Rochely, seusai meminta para pelayan untuk mengemas barang pribadinya, wanita itu memutuskan untuk menghampiri sang keponakan.

Rochely sempat melirik pintu kamar Jungkook yang tertutup rapat, sebelum akhirnya ia berjalan mendekati kamar tersebut. Kemudian mengetuk pelan pintu yang tak kunjung terbuka sembari bertanya, "Jung? Bisakah aku masuk?"

Hening. Tidak ada jawaban yang seakan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kehidupan.

"Jung, aku tahu kau masih berusaha memproses semua ini, tapi bisakah aku menemuimu?"

Dengan hati yang berdebar, Rochely terus menempelkan telinga ke daun pintu. Berharap dapat menangkap suara yang dapat memberinya petunjuk tentang apa yang sedang di lakukan Jungkook di dalam sana.

Hingga beberapa detik kemudian, Rochely mendengar suara derap langkah kecil sebelum pintu tersebut mulai terbuka.

"Maaf," ucap Jungkook yang telah terbalut kaos putih dengan jaket casual berwarna hitam. "Masuklah. Tadi aku sedang mengompres memarku di kamar mandi," lanjutnya sembari berderap kembali ke dalam kamar.

Pun sepasang tungkai jenjang wanita cantik itu mengekori langkah sang adam sampai ke depan cermin tinggi samping meja belajar Jungkook.

"Aku ingin memberikanmu ini," ujar Rochely. Wanita itu menatap nanar sambil menyodorkan sebotol foundation high coverage—dengan shade yang kegelapanmiliknya kepada Jungkook. "Kau pasti akan membutuhkannya untuk menutupi wajahmu yang babak belur."

"Ya, aunty. Terima kasih," ucap Jungkook yang  sibuk menyemprotkan parfum ke beberapa titik di tubuhnya di depan cermin. Pria muda Jeon itu menolak untuk menerima uluran foundation dari sang hawa. "Letakan saja di atas meja nakas."

Rochely dapat mengendus aroma maskulin yang sangat ia sukai, cukup menusuk indera penciumannya selagi wanita itu kian memangkas jaraknya untuk mendekat ke arah Jungkook. Aroma—white musk—itu begitu kuat dan menyegarkan, membuatnya kembali merasakan kehangatan dan kenyamanan yang merangsek memenuhi dadanya.

"Aku akan membantumu mengoleskannya." Rochely kini berdiri berhadapan dengan Jungkook. Tidak diduga, ia menangkap pandang mata bambi Jungkook melesat pada dirinya dengan pipi pemuda itu yang nampak merona. Rochely pun mengerling, lalu mencolek dagu sang keponakan. "Sini, menurut saja padaku."

Jungkook lantas merendahkan kepalanya, mengulas senyum tipis sembari mengangguk. Walaupun tampak tegar, sesungguhnya ia tidak benar-benar demikian. Ia masih merasa tertekan dengan situasi yang ia hadapi.

"Kau mau pergi kemana?" tanya Rochely di sela-sela menepuk pelan sudut bibir sebelah kanan Jungkook dengan jari telunjuknya, agar foundation yang telah ia torehkan itu dapat merata dengan warna kulit asli milik sang adam.

"Rahasia," katanya. Jungkook berupaya keras menghindari pertemuan mata lawan bicaranya. Pemuda Jeon itu masih tidak sanggup untuk mengaitkan manik bulatnya ke netra hazel milik sang bibi.

AUNTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang