"Ini kenapa jadi kamu yang marah ya, Li?" Tanya Jungkook berkacak pinggang. Pasca selesainya penampilan Blackpink malam itu, Jungkook memaksa Lisa untuk datang ke kamar hotelnya. Dia ingin bicara, Jungkook ingin menyelesaikan perselisihan pendapat yang terjadi di antara dirinya dan sang kekasih.
"Bukannya harusnya aku yang marah? Video, foto, semua hal tentang pacar aku hari ini tranding dimana-mana. Bahkan temen-temen aku pada upload foto kamu dengan pake caption menyebalkan, yang rasanya pas baca postingan-postingan itu aku mau telepon pemilik Twitter sama Instagram biar akun-akun mereka dibumihanguskan dari dunia."
Lisa masih saja nyaman dalam diamnya, gadis itu duduk tanpa ekspresi dengan tatapan mengintimidasi sang kekasih yang tengah bermonolog bersama raut dan ekspresi yang tak kalah dingin. Lisa dan Jungkook sama-sama tengah diliputi amarah saat itu.
"Udah? Ngomongnya udah?" Tanya Lisa yang berhasil membuat Jungkook membeku di tempat. "Giliran aku yang bicara, boleh?"
Si pemuda malah gelagapan, tatapan yang semula tegas kini goyah dan menghindar kesana kemari. "Sini duduk," ajak Lisa, Jungkook mengerutkan keningnya, "aku bilang sini duduk, duduk di samping aku, Jungkookie." Lanjut Lisa sembari menarik tangan Jungkook mendekat, mengarahkan kekasihnya agar mendaratkan tubuh di samping kanan.
Lisa memutar badan, membuat tubuh mereka saling menghadap kini. "Aku itu kerja, Jungkookie. Masalah aku tranding, foto, video, dan semua tentang aku yang jadi perbincangan orang banyak, itu adalah resiko dari pekerjaan aku ini. Seperti kamu, apa kamu lupa kemarin kamu live lipat daleman aja nama kamu jadi perbincangan dunia, kamu lupa?" Ungkap Lisa sambil kembali menggenggam tangan Jungkook.
Jungkook diam membisu.
"Aku minta maaf kalau performa aku hari ini bikin kamu kurang nyaman, tapi maaf juga aku tidak mungkin menghilangkan identitas aku hanya karena pacar aku ini cemburu dengan respon baik orang-orang yang menghargai pekerjaan aku, sayang."
"Bukan itu maksud aku," akhirnya Jungkook mengeluarkan suara, "yang aku tidak sukai adalah pemikiran liar para lelaki setelah melihat performa kamu, Li, aku tidak mau milikku dijadikan fantasi liar laki-laki lain di luar sana."
"Maknanya, aku pun boleh tidak menyukai para perempuan yang mengaku sebagai istri kamu, karena yang akan jadi istri kamu kelak itu hanyalah aku, begitu?"
Jungkook kembali diam. Maka, dengan senyuman tulus Lisa merangsek masuk ke pelukan Jungkook, menaruh kepala kecilnya di dada bidang sang kekasih untuk kemudian menutup mata mencari titik ternyamannya di sana.
"Sepertinya kamu sudah terlalu lama vakum dari dunia hiburan, Jungkookie."
"Apa hubungannya?"
"Kamu lupa, kalau aku dan kamu adalah seorang idola yang memang resiko pekerjaannya adalah dicampuri dan dikenali kehidupan pribadinya, sampai kejadian malam ini buat kamu marah-marah padahal ini adalah resiko yang harus kita tanggung bersama."
Jungkook merenung untuk beberapa saat, untuk kemudian menyadari keliru yang ia perbuat. Sepertinya cemburu membuat akal sehatnya sedikit tertutup hari itu.
Jika tadi hanya Lisa yang melingkarkan tangan di tubuh kekar Jungkook, maka kini tangan si lelaki pun turut melingkar dengan telapak mengelus rambut sang kekasih lembut. Keduanya sama-sama menyalurkan kekuatan, energi, kasih sayang, cinta, ketulusan yang hanya dapat diberi dan diterima dari satu sama lain.
"Maaf ya." Gumam Jungkook pelan.
Lisa tersenyum kemudian malah melepas pelukan erat keduanya, ditatapnya sang kekasih yang kini balas menatapnya sendu. "Coba, jadi kesalahan kamu hari ini apa?" Tanya Lisa pura-pura menguji dengan tangan ditaruh di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKNAE LOVE [NEW]
Fanfiction[CERITA INI SUDAH DINOVELKAN] Di usia kepala dua, menurut hukum alam yang berlaku, remaja akan menginjak fase menikmati indahnya jatuh cinta seolah dunia milik berdua. Janji bertemu di kantin sekolah, pulang bersama setelah jam pelajaran selesai, p...