11🔮

3 1 0
                                    

11

****

Disini Kaisha berada, duduk menekuk lutut di balkon apartment Diel, ia termenung menatap langit malam bertabur bintang.

Gadis itu senang melihat kerlap-kerlip bintang yang menemani dinginnya atmosfer langit malam dengan segala keindahannya, bintang-bintang kecil itu tampak seperti sebuah harapan dalam sanubari yang samar-samar terus bercahaya meski Kaisha tahu, harapan itu tidak logis dan mau tidak mau, ia harus bisa menerima kenyataan.

Bahwa dirinya,

Tak sebebas banyak orang lain yang bisa bermimpi dan menaruh cita-cita setinggi langit. Ingin berharap, namun takut pada rasa kecewa yang bisa saia menikam dengan kejamnya. Tapi, bukankah harapan yang kuat memiliki keajaiban?

Beberapa saat yang lalu, Alvin sudah berpamitan usai mengantarnya hingga tiba di lobi depan. Tak lupa mengucapkan terima kasih, Kaisha berjalan seorang diri, menaiki lift hingga tiba di kamar ini. Selesai makan malam dan minum susu, rasa kantuk tak jua menerpa, Kaisha kemudian memutuskan untuk duduk sebentar dibalkon apartment.

Ia gelisah, menatap lalu lintas penuh keramaian dengan cahaya gemerlap dari tiap-tiap kendaraan jauh dibawah sana, tiba-tiba saja Kaisha teringat tentang kehidupannya sendiri. Kehidupan dimasa aslinya.

Dokter bilang, waktunya tak lebih dari 2 bulan. 2 bulan yang tersisa, apa dirinya masih bisa kembali ke masa sesungguhnya lalu memeluk ayah ibunya untuk yang terakhir kalinya?

Atau dirinya akan terjebak ditempat ini lalu menghilang begitu waktunya tiba. Sirna tanpa jejak, lenyap dari bumi tak bersisa, bayang-bayang tentang dirinya akan terlupakan dan tak ditemukan selamanya bagai butiran debu yang ditiup angin.

Se menyedihkan itukah?

“Gue kangen rumah,” gumamnya tanpa mengalihkan pandangannya dari kerlap-kerlip ribuan bintang diangkasa. Bicara soal rumah, dirinya tentu senang berada disini, amat senang. Ia hanya terbuai oleh rasa takut dan rasa khawatir saja memikirkan batas waktu kehidupannya yang tersisa sedikit sementara dirinya belum menemukan cara untuk pulang.

Merogoh ponsel dalam saku nya, gadis itu mulai mencari tau lebih dalam tentang persoalannya. Jari-jemari nya menari-nari diatas keyboard, menelusuri sesuatu di mesin pencarian internet.

Searching : ‘Apa kunci dan bagaimana cara agar time traveler bisa kembali ke tempat asalnya?’

Studypedia.co.fd : Beberapa diantara para penjelajah waktu yang secara tak sengaja tersedot ke lorong dimensi biasanya kesulitan mencari jalan untuk pulang. Mereka dapat menderita frustasi berat karena kebingungan dan cemas. Sobat studyped, tahukah kamu? Melansir dari salah satu rekapan pembicaraan langsung dengan narasumber yang mengaku pernah menjelajah waktu, kunci untuk kembali pulang saat tersedot lorong dimensi sebenarnya tergantung dari masing-masing pribadi dan berbeda-beda setiap orang. Mereka harus menyelesaikan permasalahan dan memperjelas identitas serta meraih tujuan untuk bisa kembali pulang.

Kaisha berhenti membaca artikel situs dilayar ponselnya, gadis itu masih jua tak paham.

Permasalahan? Tujuan?

Identitas?

Apa maksudnya?

****

“Cari dan selidiki informasi lengkap tentang anak itu, lacak asal-usulnya, kalau perlu kamu cari tahu sampai ke detail-detailnya. Dia salah satu siswi di Sekolah Musik yang sama dengan anak saya. Pembayaran kamu akan saya transfer begitu saya menerima hasil dari pekerjaanmu. Kamu datang lagi kemari besok siang untuk melapor, mengerti?”

“Siap! Mengerti, Bos!” jawab salah seorang anak buah pemimpin perusahaan ternama dikota itu dengan lantang, ia lekas-lekas meninggalkan ruangan gelap nan redup yang menjadi tempat Bos Besar nya termenung memikirkan banyak hal usai mendapat instruksi. Namanya, Reno, pemuda 32 tahun yang berpengalaman dibidang intelijen, teknik komputer (IT) dan pengusutan. Sejak kecil, hobi nya memang senang mengorek informasi. Nyaris segala hal penting mampu diingatnya dengan baik, Reno sendiri adalah lulusan universitas hukum dan kriminalitas bagian penyelidik.

DIMENSI WAKTU (By : Livia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang