15
****
CKLEK!
“Surprise!” sahut Adriel tersenyum tipis seraya merentangkan kedua lengannya.
Sementara itu, Kaisha tampak sedikit terkejut menatapnya namun segera gadis itu berusaha mengendalikan diri. Ia melangkah menuju kamar yang telah diberikan untuknya selama beberapa waktu ini, tanpa mengucapkan sepatah katapun, tanpa mempedulikan Diel yang masih berdiri didekat sofa ruang depan.
Ya, mengabaikan seseorang yang belakangan ini telah mengisi hari-hari nya dan membuatnya larut dengan segala rasa nyaman.
Hal itu, jelas tidak mudah.
Pemuda tampan berkaos hitam yang baru saja pulih itu menatap bingung jejak langkah kepergian Kaisha. Tak biasanya gadis itu bersikap acuh terhadapnya.
“Apa gue punya salah?” gumam Diel.
‘Apa dia marah karena gue nggak ngabarin sebelum kesini?’
‘Tapi dia masih pakai kalung yang dari gue, gue nggak mikir kalau gue punya kesalahan. Apa gue nggak nyadar?’
‘PMS?’
Mengingat raut wajah Kaisha yang seolah tak ingin diganggu membuat Diel mencoba memberikan gadis itu waktu untuk menenangkan diri.
‘Mungkin, besok pagi moodnya udah baikan.’ terka Diel dalam hati, mencoba melapangkan dada. Tak bisa dipungkiri, sesungguhnya ia amat merindukan Kaisha dan ingin berbicara banyak hal padanya dibalkon depan seperti yang sebelumnya selalu mereka lakukan.
A deep talk.
****
Sementara itu di dalam kamarnya, usai mengunci daun pintu, Kaisha menjatuhkan dirinya ke lantai. Duduk dalam diam dengan tatapan kosong.
FLASHBACK ON
“Gue minta lo jauhin Diel. Don't you know? He is mine, bitch! Lo tau kan apa akibatnya kalau sampai lo ngelanggar perintah gue? Lo bakal ada dalam kesulitan! Semua orang di masa ini bakal datang ngerumunin lo dan ngeliat secara langsung anak dimensi lain hasil penyelidikan gue. Then, lo bakal diliput media dan keberadaan lo gak bakal tentram!”
“Gue ngerti, gue.... bakal jauhin dia.” jawab Kaisha tersenyum tipis, senyuman yang entah mengapa kelihatannya menyakitkan.
KLAP!
Naila menempelkan sesuatu pada bandul kalung yang tengah dipakai Kaisha.
“Gue udah tempel kamera pengintai disana, dan gue saranin lo jangan bertindak bodoh karena gue bisa mantau tingkah laku lo kapanpun gue mau.”
FLASHBACK OFF
Memori akan kejadian beberapa saat yang lalu itu, seolah tiada henti-hentinya menghantui pikiran Kaisha.
Dalam keheningan yang mencekam, gadis itu menundukkan kepala dalam, penuh rasa putus asa.
‘Gue minta maaf...’
‘Diel..’
****
Hingga pagi hari ini Kaisha tak kunjung menyapa Diel, membuat pemuda itu linglung kebingungan karena dugaannya salah.
Sudah jelas, mood nya tak membaik meski telah ditunggui semalaman. Karenanya, Adriel memutuskan menyapa terlebih dahulu saat Kaisha keluar dari dalam kamar lengkap dengan seragam sekolahnya. Sementara sedari tadi dirinya sudah lama menunggu di meja makan, dengan 2 potong roti selai dan 2 gelas coklat panas.
“Ada masalah, Kai? Lo.. keliatan beda dari biasanya.”
Hening.
“Sha? Lo nggak apa-apa, kan? Lo sakit?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI WAKTU (By : Livia)
Roman pour Adolescents||Masih tahap revisi|| Menceritakan Tentang Kaisha Dan Adriel Yang Terlibat Cinta Dalam Dimensi Waktu.