Sebelum baca vote dulu yaa..
****
“Begini, Kaisha. Ibu sudah rundingkan dengan para guru pembimbing lainnya mengenai olimpiade yang dua hari lagi akan dilaksanakan. Karena Adriel yang menjadi pasangan olimpiade sedang dirawat di RS, maka pihak sekolah kita tak punya pilihan selain mencari pengganti.” Jelas Bu Mira, guru pembimbing itu duduk dimeja kerja nya diruang kantor menghadap Kaisha.
Kaisha masih setia mendengarkan penjelasan Bu Mira sambil sesekali menanyakan perihal yang ingin diketahuinya.
“Lalu, Bu? Ada kendala?”
Sesaat Bu Mira menghela napas, membuat Kaisha merasa ada sesuatu yang membebani guru muda tersebut.
“Hasil seleksi tidak memadai. Kami membutuhkan siswa-siswi yang mencapai kriteria kompetensi sesuai syarat dari pihak penyelenggara. Sedangkan anak-anak sekolah yang ibu tau punya kemampuan yang sudah matang, itu hanya Adriel, Naila, dan kamu, nak Kaisha.”
“Niko gimana, Bu?”
“Masih belum sesempurna Adriel dalam bidang menyesuaikan ritme dan nada. Ibu ragu untuk memilihnya. Kamu tau kan? Peraturan olimpiade menyebutkan, penyanyi yang dipilih wajib merupakan siswi sedangkan untuk pemain musik adalah siswa. Adriel bisa memainkan semua jenis alat musik, jadi ibu tak pusing tiap kali ada olimpiade. Kamu urus saja bagaimana jadinya, satu hari sebelum olimpiade nanti konfirmasi ke ibu, biar ibu yang memberitahu pihak olimpiade apakah harus lanjut atau dibatalkan saja.” lanjut Bu Mira yang diangguki Kaisha pelan.
“Baik, Bu.”
Sementara itu, seseorang dibalik pintu depan kantor tersenyum sinis mendengar pembicaraan mereka. Gadis cantik dengan kepribadian arogan. Benar, Naila.
‘Walaupun sedikit nyesel liat Diel kayak gitu karena ulah gue, tapi ada gunanya juga, daripada gue harus liat Diel ikut olimpiade bareng cewek kampung itu.’ batinnya sinis sembari tersenyum penuh kemenangan. Naila beranjak meninggalkan pintu depan tempatnya menguping sedari tadi.
****
KRIIIINGGGG!
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring memecah keheningan, para siswa-siswi mulai berhamburan menghampiri halaman parkir. Riuh ricuh bak pasaran global. Satu persatu dari mereka meninggalkan halaman sekolah. Debby, Hazel, dan Kaisha tengah berjalan dikoridor menuju halaman depan, bersiap-siap untung pulang.
“Lo langsung balik, Sha?” tanya Hazel.
“Nggak, gue jenguk Diel ke RS dulu.”
“Cieee, perhatian bener, ekhem.” ledek Hazel yang segera mendapat jitakan pelan dari Kaisha dikeningnya. Ntah mengapa orang-orang senang sekali menganiaya kening lebarnya itu yang menurut Debby saking lebarnya, Hazel mungkin bisa berpotensi menjadi tukang sundul profesional.
HAHA okay okay, it's cringe.
Kaisha kemudian terpikir sesuatu, Geng FROZE tak ada satupun yang batang hidungnya terlihat disekolah hari ini. Kemana mereka? Apa ada masalah?
Lamunannya terputus saat seruan seseorang menggema lantang memanggil namanya dari arah belakang.
“Kaisha!”
Berbalik sesaat, Kaisha merutuk pelan dalam hati saat mengetahui sosok yang barusan memanggilnya.
Niko.
Pemuda itu mempercepat langkah mengejar Kaisha dari arah belakang.
“Mau balik bareng?” tawarnya begitu kini dirinya sudah berada tepat disebelah Kaisha, menyejajarkan langkah dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI WAKTU (By : Livia)
Fiksi Remaja||Masih tahap revisi|| Menceritakan Tentang Kaisha Dan Adriel Yang Terlibat Cinta Dalam Dimensi Waktu.