14🐣

3 1 0
                                    

14

****

CKLEK!

Pintu kamar rawat Adriel dibuka pelan oleh Kaisha yang kini melenggang masuk ke dalam sembari membawa bingkisan cemilan yang setiap hari tak lupa ia beli di supermarket saat tengah dalam perjalanan.

“Haii, gimana keadaannya sekarang?” tanya Kaisha tersenyum senang menatap wajah pucat Diel kemarin kini berganti dengan wajah semringah yang sudah tampak jauh lebih sehat dan bugar.

“Udah baikan dong, kemarin kan dapat surprise the winner dari princess.” sahut Diel cepat yang sontak saja dibalas kekehan ringan oleh Kaisha. Gadis itu mendaratkan bobotnya pada salah satu kursi ditepi brankar yang tengah ditempati Adriel untuk duduk dengan tubuh setengah tertutup selimut.

“Bisa aja deh.”

“Gua gak nyangka lo ternyata lebih hebat dari yang gue kira. Bisa tersaingi nih lama-lama.” canda Diel dengan nada pujian yang terdengar tulus.

“Apaan banget, jangan muji mulu! Pala gue ntar meledak. Ngomong-ngomong makasih ya, karena ada lo, gue jadi bisa ngerasain ada diposisi saat ini.”

“Kok karena gue?”

“Yah.. Lo kan yang ngasih gue tumpangan, tempat tinggal, makanan, bantu gue buat bisa sekolah, pokoknya lo baik banget deh. Kalau aja waktu itu lo ngebiarin gue terlantar, mungkin sekarang gue udah jadi gembel di Kota besar ini.”

Adriel tersenyum menatap Kaisha.

“Lo belum ingat jalan pulang?” tanya Diel merasa prihatin, rasanya pasti sangat sedih jika berada diposisi Kaisha saat ini. Adriel curiga, Jangan-jangan gadis itu pernah mengalami satu kecelakaan yang membuatnya amnesia, kehilangan ingatan.

Kaisha menggeleng pelan sembari menekuk wajahnya untuk menunduk. Ia sebenarnya bukan tak ingat pulang, hanya saja, belum tahu caranya. Melihat perubahan mimik wajah Kaisha yangs berubah sedih, Adriel mencoba mengalihkan topik.

“Tadi kesini bareng siapa?”

“Naik taksi.”

“Anak pinter, gak bareng Niko lagi, kan?”

“Iya, takut banget. Kenapa sih?”

“Gak apa-apa. Jangan deket-deket sama dia pokoknya, dia nggak baik.” celetuk Diel sembari menahan diri agar tak menceritakan masa lalu kelamnya, dimana Niko menjadi tokoh utama yang dengan kejam menghancurkan separuh dari jiw4nya.

“Makanya, lo cepet sembuh biar bisa bareng gue lagi ke sekolah, terus biar Niko gak modus mulu sama gue. Makan yang banyak, istirahat yang bener.”

“Siap, tuan putri.” sahut Diel tersenyum tipis menatap Kaisha lekat-lekat.

Kaisha yang ditatap hanya menggeleng pelan sembari tersenyum mendengar nama panggilan itu untuknya.

“Buat lo.” ucap Diel memecah keheningan usai beberapa menit berlalu tanpa suara.

“Ini apa?” tanya Kaisha penasaran, sembari meraih sebuah kotak soft gold berukuran kecil yang disodorkan Diel untuknya.

“Buka aja.”

Dengan hati-hati, Kaisha membuka tutup kotak kecil berwarna emas lembut ditangannya, kedua netranya berbinar saat menatap seuntai kalung putih berkilauan yang terbuat dari titanium dengan merk yang sudah jelas ia ketahui merupakan merk sultan di masa itu. Merk terkenal dari perusahaan produk-produk perhiasan mahal yang kualitasnya tidak main-main.

Bandul kalung tersebut berbentuk angsa dengan beberapa manik berlian putih kecil yang menghiasi sayap-sayapnya. Kaisha tak percaya pada apa yang kini digenggamnya, benda yang begitu indah yang pernah didapatnya dari orang lain selain keluarganya.

DIMENSI WAKTU (By : Livia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang