III. Penginapan

234 54 9
                                    

Happy reading...

•••

Aku melangkah masuk ke dalam kamar dan melihat satu set pakaian sudah tertata rapi di atas tempat tidur. Sebelumnya, aku memang sudah meminta tolong perempuan tadi untuk menyiapkannya jika ada. Jelas saja, aku tak mungkin terus mengenakan pakaian lamaku di tempat ini.

Aku sudah cukup mencolok dengan rambut merah ini.

Jadi, hal yang baru kusadari saat berada di atas Elion adalah warna rambutku. Aku baru menyadarinya ketika di depan mataku muncul helai demi helai rambut semerah darah berkibar terkena angin.

Setelah mengenakan pakaian baru, aku berencana untuk meminta peta dunia di tempat ini. Jika benar ini adalah dunia di luar bumi, maka peta dunianya akan berbeda. Sejujurnya, aku sendiri memang yakin bahwa tempat ini berada di luar bumi.

Namun, sebelum sempat keluar dari kamar, sesuatu membuatku terkejut. Aku yang awalnya hanya berniat menguncir rambut dengan gelang hitam elastisku di depan kaca, justru sekali lagi dikejutkan oleh perubahan wujudku di dunia ini.

Sekarang warna kedua bola mataku menyerupai warna safir pada liontin kalung pemberian Bibi. Pupilku bahkan berhiaskan bunga yang bentuknya sama persis dengan liontin itu. Saat memperhatikannya lebih lama, aku teringat pada mimpiku yang belakangan sering muncul. Dalam mimpi itu, seorang anak kecil berambut merah selalu hadir, dengan mata yang persis seperti milikku sekarang. Entah mengapa, firasatku mengatakan bahwa semua ini saling berhubungan.

Aku pun berfikir, apakah anak kecil itu adalah diriku ketika masih kecil? Tetapi apakah itu mungkin? Intinya aku harus mendapatkan peta terlebih dahulu, dan mungkin menanyakan tentang keberadaan wilayah di sekitar sini kepada perempuan bermata coklat terang itu.

*Tok tok tok, suara ketukan pintu.

Aku pun membukakan pintu dan menemukan perempuan bermata coklat terang itu sudah berdiri di depan pintu, dan sepertinya sudah siap menjemputku untuk melakukan hal gila.

"Haiii, aku di sini menjemputmu untuk makan siang, kamu sepertinya terlihat belum makan saat sampai di depan gerbang penginapan jadi aku menghampirimu sekarang untuk mengajakmu makan siang bersama," ucap perempuan itu dengan senyuman yang cukup manis walaupun terkesan cerewet.

"Ah iya, tentu saja. Ayo pergi bersama," jawabku dengan senyuman ramah.

Di perjalanan menuju ruang makan tiba-tiba dia menanyakan namaku,
"Hei, kalau dipikir-pikir kita belum tahu nama satu sama lain," ucap Kle.

"Iya kita belum berkenalan, perkenalkan, namaku Eclis," jawabku.

"Nama yang bagus, senang bertemu denganmu Eclis, namaku Klea Homelys dan kamu dapat memanggilku Kle," ucap Kle.

"Senang bertemu denganmu juga Kle," jawabku dengan senyuman yang mungkin benar-benar tulus kali ini.

Entah mengapa aku merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Walaupun terkadang aku lelah menanggapinya, tetapi di satu sisi aku juga merasa nyaman di dekatnya. Ketika sudah sampai di tempat makan, kami pun langsung disuguhi dengan banyak makanan yang terlihat begitu lezat, dan saat aku mencobanya ternyata rasa makanannya memang sangatlah enak, terutama supnya.

"Apakah enak?" tanya Kle.

"Sangat enak, aku suka sekali terutama supnya," jawabku.

"Baguslah jika begitu, aku jadi senang jika kamu juga menyukainya hehe," ucap Kle dengan senyum andalannya.

Senyumannya memanglah manis. Terlebih lagi matanya yang ikut tersenyum membentuk U terbalik saat dia sedang tertawa lepas. Aku pun menikmati makanan dengan perasaan yang sedikit lega. Setelah makan, aku pun mengajak Kle untuk berbincang sambil mengitari penginapan.

My Life's WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang