Part VI

1 1 0
                                    

"ada perhatian yang tak kasat mata, yaitu berdoa dalam diam".

3 minggu kemudian__

Masih belum ada perkembangan dari Nayla, ia masih tetap menutup matanya. Kini Rakha tengah menemani nya sambil mengusap pelan lengan Nayla. Ia masih setia menunggu Nayla untuk membuka kan matanya dan berharap mendapat senyuman yang selama ini ia rindukan.

Ayah Nayla sudah dihubungi 2 minggu yang lalu namun beliau tak dapat menemani Nayla lama lama, dan beliau memercayakan Nayla kepada Rakha. Jadi setiap sepulang sekolah Rakha pasti meluangkan waktu untuk menemani Nayla.
                          🕊🕊🕊
POV RAKHA__
.
Pagi ini aku memulai rutinitasku membersihkan rumah ku yang sudah berdebu. Terakhir aku membersihkannya mungkin pekan lalu, jadi aku pun segera menyapu di lantai dua sebelum aku berangkat ke kampus ku.

Entah mengapa selama 3 minggu ini aku merasa hampa, sepertinya aku sudah merindukan sosok yang selalu membuat ku jengkel setiap pagi, sosok itu kini tengah terbaring di rumah sakit dengan keadaan koma.

Beberapa menit kemudian__
.
Aku pun selesai menyelesaikan semua pekerjaan rumah ku dan kini sedang bersiap siap untuk pergi ke kampus. Namun disaat aku tengah menuruni tangga handphone ku tiba tiba berdering. Ternyata sebuah panggilan dari dokter yang merawat Nayla menelpon ku, lantas aku pun segera menjawab telpon tersebut.

"assalamualaikum, apakah ini dengan saudari Rakha?", tanya sang dokter di seberang sana.

"walaikumsalam, iya dengan saya sendiri, mohon maaf ada apa ya dok?", tanya ku mulai was was.

"pasien yang beratas namakan Nayla kini sudah tersadar dari koma nya, sekiranya bila anda ada disini tuk menemani nya itu akan lebih baik", ucap nya dengan terus terang.

"oh baiklah dokter terimakasih atas infonya, saya akan segera pergi ke rumah sakit secepatnya", ujarku

"sama sama, mari kami tunggu kehadirannya", ucapnya yang kemudian menutup telepon sepihak.

Aku pun segera menyambar kunci motorku dan bergegas pergi menuju rumah sakit.
.
.
Setibanya aku di rumah sakit aku berlarian di koridor rumah sakit akibat rasa yang begitu gembira saat mendengar berita ini. Sesampainya aku di ruang rawat VIP aku pun segera memasuki ruangan tersebut dan mendapati Nayla yang kini tengah terduduk di atas brankar sembari memakan makanan rumah sakit.

Kemudian aku pun menghampiri Nayla dengan bahagia.

"Nay, apa kabar?", tanyaku terharu melihat sahabatku yang kini sudah tersadar dari tidurnya.

"hai, aku baik kok", ucapnya dengan lemas.

"gimana? Masih kerasa ada yang sakit gak?", tanyaku menyelidik.

"udah agak mendingan, gak terlalu kerasa sakitnya". Aku pun menghela nafas pelan mendengar ucapannya, sungguh aku bahagia sekali namun masih ada yang aneh, saat aku datang ia tak memperlihatkan senyuman manis yang selalu ia tunjukan seakan akan kami orang asing yang berbeda.

Sekilas aku melihat sesuatu yang sulit diartikan dalam pandangan nya, matanya begitu kosong tanpa kehidupan. Aku merasa ini bukan Nayla yang ku kenal, ia bukan sahabat ku yang selalu ceria meski sudah terjatuh.

"Nay, lo inget kan siapa gue?", tanyaku ragu ragu.

"iya, kamu sahabat kecil ku tak mungkin aku lupa", ujarnya sembari meletakan nampan di meja di sampingnya.

"tau gak sih gue kesepian banget tanpa kehadiran lo di sisi gue, gue ngerasa ada kepingan puzzle yang hilang di hidup gue selama lo koma", ucap ku berterus terang dikarnakan aku sudah tak dapat menahan kata kata yang berada di tenggorokanku.

Ia hanya terdiam dan tak bergeming, namun mata coklat nya tersebut memandang ke arah ku dengan serius tanpa berkedip. Kemudian Nayla merebahkan dirinya kembali ke brankar dan memandang langit langit rumah sakit sejenak.

"aku mau tanya, aku tau kamu adalah sahabat aku tapi nama mu siapa?", tanya nya.

"nama gue Muhammad Rakha Fauzi, panggil gue Rakha", ujarku. Aku hanya tersenyum kecut akan hal yang tak terduga di depan ku ini.

"kalau aku siapa?", tanya nya kembali.

"Nayla, kamu adalah Nayla Aprilia Sakira", ucapku tersenyum getir kusadari mungkin Nayla sudah amnesia, memori nya menghilang. Semua kenangan yang dulu mungkin hilang dari ingatannya.

Akan tetapi dokter tak menyebutkan bahwa Nayla amnesia, lantas aku permisi kepada Nayla untuk keluar sebentar dan dibalas anggukan olehnya. Kemudian aku pun bergegas menuju ruang dokter tersebut, aku mengetuk pintu ruangan nya dan kemudian dipersilahkan masuk olehnya.

Di dalam kini aku tengah duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter hanya meja sebagai pembatas kami. Aku pun mulai menanyai kepada dokter yang telah merawat Nayla selama ia koma.

"dokter mohon maaf saya mengganggu, ada perihal yang ingin saya tanyakan", ucapku memulai pembicaraan.

"ya silahkan", jawab dokter tersebut memperkenankan ku untuk bertanya

"jadi gini, perihal pasien yang beratas namakan Nayla. Apakah ia mengalami amnesia?, karna ia tak ingat namanya sendiri!", ucapku berterus terang.

"tidak mungkin, pasien tak mungkin mengalami amnesia dikarnakan hasil test dari operasi maupun lab tak menyebutkan bahwa pasien mengalami amnesia karna pendarahan di kepalanya tak begitu parah", timpal sang dokter.

"tapi dok mengapa ia tak dapat mengingat namanya sendiri?", tanya ku memastikan.

"begini saja, coba kau ajak berbincang kembali agar perkembangan nya dapat terlihat. Apakah pasien mengalami amnesia atau tidak",

"atau mungkin menunggu beberapa hari untuk memastikan pasien mengalami amnesia atau tidak", sambung nya.

"baik dok, terimakasih atas bantuannya", sahutku yang kemudian beranjak dari kursi dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
                           🕊🕊🕊

Meaningful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang