Part V

1 1 0
                                    

"kini aku percaya malaikat benar benar nyata, engkaulah malaikat yang slalu ku tunggu selama ini".

Seketika saat aku menoleh ke arah kanan ku, tiba tiba sebuah mobil hitam menghantamku hingga terpental jauh, sepertinya aku sudah mengeluarkan begitu banyak darah..
.
.
Pandangan ku mulai kabur, aku menyadari kini kepalaku berada pada pangkuan Rakha. Dia begitu panik dengan keadaan ku, orang orang mengerumuni ku dengan sangat dramatis. Kini Rakha berteriak kepada warga untuk segera menelponkan ambulans.

Ia terus menyemangati ku untuk tetap bertahan hingga bantuan tiba, bahkan sebelum aku memejamkan mataku aku mendengar kata kata yang tak akan pernah terlupakan.

"Nay lo harus tahan, pliss jangan tinggalin gue.. Gue gak bisa hidup tanpa lo", ucapnya sembari mengeluarkan air mata, kemudian dibalas olehku dengan sebuah senyuman sebelum aku benar benar kehilangan kesadaran ku.
                            🕊🕊🕊
POV RAKHA__
.
Jam telah menunjukan pukul 15.18, dan kini masih belum ada kabar dari dokter. Nayla kini sedang dirawat di ruang IGD. Sungguh aku tak mau kehilangan sosok sahabat yang sudah menemani ku begitu lama.

Aku terduduk di kursi tunggu dengan pakaian penuh bercak darah segar dari Nayla, aku kini hanya dapat berdoa meminta agar ia masih diberi kesempatan tuk hidup.

Beberapa menit kemudian___
.
Dokter pun akhirnya keluar dari ruang operasi, lantas aku menghampirinya dan menanyakan keadaan sahabatku.

"mohon maaf apakah anda keluarga dari pasien?", tanya sang dokter.

"bukan, tapi saya adalah temannya. Bagaimana keadaan pasien?", tanyaku to the point.

"alhamdulillah, pasien dapat melewati masa kritis nya selama operasi berjalan. Namun kini pasien sedang tak sadarkan diri, mungkin dalam beberapa hari pasien baru siuman",

"kalau begitu terima kasih banyak dok, apakah saya boleh masuk ke dalam untuk melihat pasien?", tanya ku dengan hati hati.

"boleh namun diharapkan untuk tidak berisik, harap tenang ketika menjenguk pasien", ucap sang dokter.

"baik dok, sekali lagi saya sangat berterima kasih", balasku dengan senyuman.

"sama sama", ujar sang dokter, lalu memeprsilahkan diriku tuk memasuki ruang rawat.

Saat aku memasuki ruangan tersebut aku melihat wanita yang kini tengah terbaring lemas di brankar, dengan infus yang menancap di tangan nya dan masker oksigen di mulutnya. Aku pun menghampirinya dan duduk di samping kanannya.

"kenapa sih lo gak hati hati Nay, gue gak suka ngeliat lo kayak gini", gumamku.

Aku pun menggenggam tangan kanan Nayla yang begitu terasa dingin, kemudian mengecup perlahan lengannya yang begitu lembut.

"lo pasti kuat Nay, lo pasti bisa ngelewatin ini semua. Gue yakin lo kuat", ucap ku dengan lembut. Lantas aku mengusap rambutnya yang terurai namun sedikit berantakan tersebut dengan lembut.
                           🕊🕊🕊

Meaningful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang