- Plester

314 38 0
                                    

Seisi rumah sudah kembali rapih, Xiaojun merasa jika istirahat sebentar di sofa tak apa. Jadi, ia membaringkan tubuhnya dan menatap langit-langit ruang tamu sampai rasa kantuk datang.

Selang beberapa jam Xiaojun terbangun, ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore, sekitar empat jam Xiaojun tertidur. Tapi rasa perih di pipi kanannya tiba-tiba terasa, Xiaojun segera bangun untuk ke kamar mandi. Saat melihat kaca, ia melihat pipi kanannya yang mengeluarkan darah, Xiaojun sedikit berlari mencari kotak P3K yang tak ditemukannya dimana pun.

Rasa nyeri dan perih semakin parah, Xiaojun mau tak mau harus membersihkannya menggunakan air keran terlebih dahulu. Xiaojun tersentak ketika Hendery muncul di hadapannya, menghalangi jalannya untuk ke dapur.

"Hendery-"

Tanpa sepatah kata Hendery menarik Xiaojun untuk duduk di sofa, ternyata ia sedari tadi membawa kotak P3K yang selama ini Xiaojun cari. "Ah kotak itu ada padamu."

Hendery membuka kotak itu dan melemparkan plester luka ke hadapan Xiaojun, jarak duduk mereka berdua cukup jauh. "Terimakasih." Xiaojun membuka plester itu sembari memegang dimana letak lukanya. Hendery diam menatap tajam pria dihadapannya, tak berniat membantu sedikitpun. Xiaojun hanya memaklumi karena Hendery pasti tidak nyaman berada di sekitar orang asing sepertinya. Setelah selesai, Xiaojun memungut bungkusan plester tadi untuk dibuang dan menaruh kotak P3K kembali ke tempat semula. Pergerakan Xiaojun tak luput dari mata Hendery.

Ketika Xiaojun kembali duduk di sofa, Hendery berniat beranjak pergi sebelum ditahan oleh Xiaojun. Lagi-lagi Hendery menepis kasar sentuhan yang diperolehnya, Xiaojun menggaruk tengkuknya canggung. "Apa kau yang melakukannya?" Tanya Xiaojun perlahan.

"Apa?"

"Luka ini, apa kau yang menggoresnya dengan pisau cuttermu?" Telunjuk Xiaojun diarahkan ke luka yang telah ditutupi plester.

"Iya, kenapa? Ingin segores lagi?" Tangan Hendery mulai merogoh saku hoodienya yang membuat Xiaojun panik setengah mati. "TIDAK! Aku hanya bertanya!" Xiaojun menutup matanya kuat-kuat. Suasana hening membuat matanya kembali terbuka dengan hati-hati, dan siluet Hendery menghilang secara misterius.

Xiaojun menghela nafas panjang, dia terlalu takut sekarang untuk memasak di dapur. Membeli makanan di luar lagi adalah pilihan yang bagus. "Hendery, aku ke luar sebentar ya." Suaranya sedikit kecil karena takut mengganggu Hendery di atas. Ia akan mulai schizophrenia jika lama-lama di sini.

°°

Kembali lagi di convenience store kemarin, ia hanya mengambil dua makanan instan yang menurutnya enak dan masih sehat.

"Terimakasih." Setelah membayar, Xiaojun keluar dari sana.

ZRASHHHH!

"Hah? Bagaimana bisa hujan?!"

Hujan turun dengan sangat lebat. Masalah sekarang adalah dia tak membawa payung, jika membeli uangnya tak akan cukup ditambah ponselnya yang tertinggal di rumah Ten.

"Bagus sudah takdirku ini." Hal terakhir yang bisa ia pikirkan adalah terobos, jarak dari sini sampai rumah Ten tak terlalu jauh juga. Dengan hitungan sampai tiga, ia berlari menorobos hujan. Pakaiannya dari atas sampai bawah otomatis basah, Xiaojun sialnya tak ingat bahwa ia tidak mempunyai baju ganti tambahan.

"AKU TAK PUNYA BAJU GANTI LAGI!" Xiaojun baru sadar ketika ia sudah sampai pada teras rumah. Penyesalan selalu datang terakhir kan?

Ceklek

Hendery terkejut melihat Xiaojun dengan keadaan basah kuyup, ia mencoba untuk menyembunyikan ekspresi terkejutnya.

"Ah Hendery, maaf mengganggumu. Ini makanan untukmu." Xiaojun menyodorkan kantung plastik yang ikut basah karena dibawa hujan-hujanan olehnya. Hendery pun menerimanya.

"Masuk."

Xiaojun kaget, bagaimana bisa ia masuk dengan keadaan basah seperti ini?

"Tidak usah, aku tunggu disini saja."

"Masuk."

Sudahlah tak ada gunanya menolak, ujung-ujungnya Xiaojun takut dengan mata tajam dan suara Hendery. Kakinya berjalan dengan perlahan ke dalam rumah, Hendery menaruh makanannya di dapur lalu pergi ke atas. Ia kembali turun kebawah sambil membawa handuk baru yang memang tersedia untuk hal-hal seperti ini. Xiaojun menerimanya dan menggosok rambutnya dengan cepat sampai berantakan.

"Pakailah baju Papa."

"Eh? Apa tidak apa?"

Hendery tak menjawab dan langsung pergi ke dapur. Xiaojun mendengus melihatnya, ia pun naik untuk ke kamar milik Ten.

Beberapa menit kemudian Xiaojun kembali dengan kaos biasa dengan celana training panjang, pakaiannya terasa pas karena ukuran tubuh Ten tak terlalu jauh darinya. "Terimakasih ya, nanti aku kembalikan setelah aku cuci."

Dua porsi makanan sudah dihangatkan oleh Hendery, anehnya dia tak langsung memakannya. Mungkin menunggu makanannya sedikit mendingin. Xiaojun duduk tapi bukan di sebelah Hendery, ia duduk di sebelah kursi kosong yang membatasi Hendery dan dirinya. Tiba-tiba Xiaojun teringat tentang tanaman yang berada di luar, ia segera melihat kearah jendela dengan tirai yang tak tertutup.

"Tanamannya belum disiram tadi, baguslah jika hujan turun untuk membasahi mereka." Gumaman Xiaojun rupanya terdengar oleh Hendery. Ketika Xiaojun menoleh, keduanya tak sengaja saling berkontak mata. Menurutnya, tatapan Hendery kali ini sangat berbeda. Tatapannya lebih lembut ketika menatap Xiaojun, tapi tak berlangsung lama Hendery kembali seperti semula dengan tampangnya yang dingin. Xiaojun hanya bisa mencibir dengan pelan.

"Hendery, bagaimana kalau kita besok membeli bahan makanan?"

Jawaban tak sesuai dengan harapan Xiaojun peroleh dengan kasar. "Tidak."

"Bagaimana dengan hanya sekedar jalan-jalan?"

"Tidak."

"Bermain game?"

"Tidak."

"Membeli tanaman baru?"

"..."

Xiaojun tepat sasaran! Hendery sangat menyukai tanaman, tak mungkin ia menolak tawaran itu.

"Tidak."

Lupakan yang tadi.

"Aku kira kau akan menyetujuinya." Kesalnya.

"Asal aku tak ikut membeli, aku hanya ingin menanamnya." Jawab Hendery dengan dingin.

Xiaojun mengangguk mengerti. "Baiklah kalau begitu, sebelum aku kesini besok pagi aku akan membeli beberapa tanaman!"

°°

"Bagaimana keadaan Hendery? Apa dia melukaimu?"

Saat ini Xiaojun sedang menelepon Ten, setiap malam mereka harus bertelepon supaya Xiaojun bisa memberi kabar tentang Hendery.

"Dia baik, masih dingin seperti biasanya tapi aku akan mencoba untuk membuatnya terbuka terhadapku. Tadi Hendery sempat menggoresku dengan pisau cutternya ketika sedang istirahat, tapi dia juga memberiku plester untuk mengobatinya."

"Aku rasa Hendery mengkhawatirkanmu Xiaojun, dia masih takut dengan orang lain. Kadang dia akan berpikir bahwa kau akan melukainya kapan saja jadi dia melukaimu terlebih dahulu."

Xiaojun tersenyum. "Aku senang jika dia mengkhawatirkanku, artinya dia mau berinteraksi secara tak langsung."

"Benar, sudah dulu ya. Aku harus kembali bekerja." Setelah mengatakan itu, Ten mematikan teleponnya. Meninggalkan Xiaojun yang masih tersenyum bahagia.












--
200423

- Wound - [Henxiao] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang