- Learn The Steps

297 35 1
                                    

Sesuai janji, Xiaojun datang lebih pagi dari biasanya. Tidak dengan Hendery yang ternyata belum bangun dari tidurnya sama sekali, itu yang dipikirkan olehnya karena batang hidung anak itu tak terlihat sedari tadi. Namun, benturan keras dari atas membuat Xiaojun terkejut.

"Hendery? Apa kau baik-baik saja?" Kakinya dengan cepat menaiki tangga, tak peduli tentang dirinya yang akan terpleset lagi jika tidak hati-hati.

Pintu terbuka memperlihatkan Hendery dengan kondisi cukup buruk. Tudung hoodie miliknya tak terpakai, memperlihatkan rambutnya yang berantakan dan lepek, serta keringat yang basah membanjiri keningnya.

"Ada apa?" Tanya Xiaojun terlihat sangat khawatir.

"Tidak ada, hanya teringat sesuatu." Jawab Hendery sembari menghirup udara secara tergesa-gesa.

"Bersihkan diri, aku akan segera memasak sarapan untukmu."

Hendery tak mengangguk, dia langsung berbalik masuk ke kamar dan menutup pintunya. Si Xiao tak mau berpikir aneh-aneh, tapi ia takut laki-laki itu kembali mengingat kejadian buruk yang menimpanya beberapa tahun yang lalu.

"Astaga, aku lupa tidak ada bahan makanan di kulkas." Xiaojun mengetuk-ngetuk dagunya bingung, dan seketika sebuah ide muncul.

Selang beberapa menit Hendery turun dengan wajah yang lebih segar. Xiaojun pun langsung menampilkan senyum manisnya. "Temani aku ke convenience store sebentar."

Pria berdarah campuran itu membulatkan matanya. "Apa? Tidak, aku tidak mau."

"Ayolah, hanya berjarak beberapa meter dari sini. Tidak jauh kok." Xiaojun meyakinkan Hendery dengan senyumnya. Tapi tetap tak berhasil.

Xiaojun menghela nafas dan menatap insan di hadapannya. "Belajarlah untuk keluar sekali-sekali. Rumah ini tak ada orang lain, hanya untuk pelindung bukan tempat bersosialisasi."

Uluran tangan lentik itu menjadi perhatian utama Hendery sekarang. Ia takut, tapi juga merasa aman karena ada Xiaojun di dekatnya.

°°

"Hendery! Cepat!"

Belum keluar gerbang, Hendery sudah menyerah duluan. Takut jika ada orang tiba-tiba melihatnya dan melakukan sesuatu padanya. Ia menggeleng kuat sambil melirik sekitar secara gelisah.

"Pegang tanganku, aku janji kau akan aman bersamaku."

"Bohong."

"Eh?"

"Pria tua itu juga mengatakan hal itu, aku tau itu bohong."

Xiaojun tertegun mendengarnya. Mata Hendery benar-benar hilang fokus padanya, bergetar dan hanya menatap kosong. Dirinya tak bisa membiarkan seseorang diselimuti oleh kenangan buruk yang terlintas tiba-tiba.

"Sadarlah, Hendery. Aku bukan dia dan dia bukan aku, kami manusia yang berbeda dengan sifat yang berbeda. Aku akan menjagamu dan membantumu lebih nyaman terhadap kehidupan luar." Xiaojun mendekat dan menepuk-nepuk pelan kepala Hendery, mencoba menenangkannya dari perkataan dan aksi yang dilakukannya.

Hendery menghembuskan nafas panjang sambil menutup mata. Ketika dia membuka kedua matanya, Xiaojun yakin bahwa tatapan anak itu mulai melunak. Jadi, ia bawa Hendery ke luar gerbang dengan hati-hati. "Tak jauh dari sini, semua akan baik-baik saja dan kau tak perlu berinteraksi. Kita akan melakukannya kapan-kapan."

Sekitar 15 menit mereka habiskan untuk berjalan dengan sangat pelan menuju convenience store. "Pilih lah apa yang kau mau, aku akan membayarnya." Ujar Xiaojun, ia pergi ke daerah pendingin untuk mencari sayur dan daging. Toko ini menyediakan barang yang banyak sekali, bahkan sampai cemilan dari negara lain. Bukannya mencari jajanan, Hendery malah masih tetap mengikuti Xiaojun kemanapun dia pergi, seperti anak ayam saja.

"Xiaojun? Belanja bulanan?"

Munculnya Renjun secara tiba-tiba, mengagetkan keduanya.

"Renjun! Sedang apa kau di sini? Tidak ada kelas?" Xiaojun bertanya sambil mengambil beberapa sayur dari rak pendingin.

"Tidak ada, makanya aku ingin belanja untuk apartemenku dan Yangyang. Dia ada kelas jadi tak bisa ikut." Renjun memperlihatkan keranjang yang ia bawa. Matanya tiba pada figur seorang pria di belakang Xiaojun, ia cukup penasaran karena sedari tadi pria itu menatapnya dengan tatapan tak biasa.

"Itu siapa?"

"Ah, ini hanya temanku." Ujar Xiaojun, ia mengerti Hendery sekarang sedang takut dengan eksistensi manusia lain yang ada di dekatnya selain dirinya.

"Teman ya? Aku kira dia kekasihmu, dia menatapku dengan tatapan mengerikan. Aku takut dia cemburu."

"T-Tentu saja tidak! Hendery, jangan seperti itu lagi ya?" Xiaojun berbalik untuk menatap Hendery. Tak ada jawaban yang ia dapat. "Um.. apa kau sudah selesai? Duluan saja, aku masih lama di sini."

"Baiklah, sampai jumpa!" Renjun melambaikan tangannya dan bergegas menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

"Ada apa dengan matamu? Jangan tatap orang seperti itu, tidak baik." Xiaojun menegur sekali lagi.

"Aku tak suka."

"Kau bisa saja menghindari kontak mata, Hendery."

"Aku sengaja untuk membuat orang itu pergi."

Xiaojun menghela nafas lelah mendengar jawaban Hendery. "Namanya Renjun."

°°

Setelah pulang, Xiaojun langsung memasak untuk sarapan pagi. Ia sudah lapar sekali melihat-lihat daging tadi, jadi dia membeli tak hanya satu. Sekarang, Xiaojun memotong beberapa sayur dan daging. Hendery duduk sambil memakan apel yang tadi dibeli, mengisi perut sedikit.

Tiba-tiba Hendery berdiri di sebelahnya membuat Xiaojun menoleh sebentar.

"Ada apa?" Tangannya dengan lihai masih memotong sayur.

"Ingin bertanya." Hendery mengambil satu gigitan apel setelahnya.

"Silahkan." Xiaojun tebak pasti pertanyaan tak masuk akal, ia jadi sedikit malas.

"Kenapa kita dikira sepasang kekasih?"

Xiaojun menghentikan pergerakan memotongnya lalu menatap Hendery yang sialnya menatapnya juga. Mata mereka terkunci seakan kunci itu telah hilang kemana, membiarkan kedua insan itu menatap warna mata masing-masing.

"Dari banyak pertanyaan, kenapa harus itu?"

"Aku penasaran tentang arti kekasih yang sesungguhnya, Dejun."

Sial, Xiaojun merasa pipinya memanas seketika. Ia yang lebih dulu memutuskan kontak mata dan mengalihkan pandangan ke cutting board. "A-Aku tak pernah memiliki kekasih, aku tidak tahu." Dia terdengar sangat gugup sekarang. "Tapi, mereka menjadi sepasang kekasih karena saling mencintai. Mereka ingin meningkatkan status hubungan mereka karena yakin akan takdir yang mempertemukan keduanya."

"Berarti, Papa dan Johnny saling mencintai ya?"

Xiaojun tak mengerti, siapa Johnny?

"Aku rasa begitu, jika Papa selalu tersenyum ketika bersama Johnny. Itu adalah cinta, dan kau juga akan merasakannya nanti."

"Aku ingin cinta, merasakannya sekali. Kau mau membantuku merasakannya?"

"Hah? Maksudmu-"

"Aku ingin merasakannya, mempunyai kekasih dan mendapat cinta."

Xiaojun terkekeh canggung. "Tak semudah itu, Hendery."

"Kau bilang akan membantuku, kan?"

"Tapi jangan menjadi sepasang kekasih juga!" Protes Xiaojun.

"Aku ingin, hanya sampai Papa kembali saja."

Xiaojun menatap Hendery dengan terkejut dan iba menjadi satu. Ia bimbang untuk hal ini karena dia tak bisa seenaknya menjadi kekasih seseorang, apalagi itu anak dari pemilik rumah yang memperkerjakannya. Tapi di sisi lain, dirinya berjanji akan membantu Hendery mengenal dunia lebih dalam dan mengatasi rasa takutnya.














--
020523

- Wound - [Henxiao] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang